Memang betul. Untuk mengakui sejarah bahwa Islam (ternyata) masuk bukan dengan jalan  melulu damai memang terasa menampar. Masalah persepsi aja sih. Bagi muslim, strategi dakwah.  Bagi Gulo Klopo, 'kelicikan' tamu kepada tuan rumah.   Anak dibuat durhaka kepada Sang Bapak. Â
Sepertinya 'sedikit' terlena dengan romantisme kebesaran tapi juga abai dengan sejarah. Bahwa penolakan pemberian upeti terhadap Majapahit sudah terjadi sedikit demi sedikit. Bahwa Kasta menjadi penghalang namun sekaligus keuntungan yang hanya bisa dinikmati di sekitar Kerajaan saja, tapi tidak dengan wong cilik. Â Bahwa Hindu seakan juga mau sedikit 'sembunyi' dengan mengatakan bahwa semua kerusakan terjadi karena mereka yang disebut "pendatang". Kan Hindu juga pendatang padahal.Â
 Kita merasa sebagai Tuan Rumah yang sugih ramah dan baik  yang disalah gunakan oleh mereka, para pendatang . Lantas bagaimana dengan Kisah Candi yang Megah bernama Borobudur ? Ditinggalkan karena banyak hal termasuk bencana alam, perkembangan agama Hindu Jawa yang pesat dan banyak hal lain nya lagi, tidak termasuk didalamnya adalah  karena terlalu baik  dan mungkin keluguan.Â
 Harta, Wanita, Tahta , Agama dan Perbedaan Yang Sulit Disatukan.  Bahkan seorang Mahapatih Eyang Gadjahmada pun jadi rebutan rujukan sejarah. Kalau ada yang beranggapan bahwa penulis lali Jowone lan Leluhure, maka biarkanlah.  Dianggap murtad pun yo monggo kersa. Â
Tapi secara prinsip untuk mengakui sebuah pendapat yang sekedar miring sana sini , tanpa mau perlahan  meresapi pelajaran dari Resi Mayangkara.  Bima dan Dewa Ruci.  Kekecewaan Sabdo Palon , Janji Sunan Kalijaga dan kebesaran hati  Eyang Brawijaya V seperti masih sulit dilakukan. Belum dapet hidayah kali ya?Â
Coba pelajari Amukti Palapa  secara  disini.
Tembang dan Wayang Purwa dengan  cerita sejarah perkembangan, falsafah, permintaan dan rasa syukur kami terhadap alam beserta isinya dan dimana Kunci Urip adalah meminta ampunan kepada Yang Maha Suci bagi jagad cilik berupa 7 lapisan tubuh sehingga inti dari hati bisa bersih. Dimana kami manut berserah diri mengikuti Kersaning dan Petunjuk dari Gusti Allah. Nurani.
Pokoknya itu sesat dan mbid'ah. Ga sesuai dengan perintahnya dulu, jaremu. Yo karepmu, tapi ketimbang ngamuk coba pelan pelan dipahami yuk barengan.
Bahwa manusia adalah mahluk yang paling sempurna, maka kesempurnaan itu hanya bisa dicapai dengan pengendalian diri yang baik, dan bisa "memerintah" alam beserta isinya dengan menunjukkan falsafah yang baik. Meminta dengan baik dan lembut lebih diutamakan. Bisa merasa, bukan merasa bisa karena sombong adalah SelendangNya Allah ? Â Bagaimana menjadi Khalifah , tanpo ngasorake esensinya. Bukan kilap ah obong obong ah seperti yang baru hijrah. Â
Memuja patung ?  Hei, bukan kami lho yang diminta  oleh Rasulullah SAW untuk bersama sama membentangkan kain di ke empat bagian untuk menghindari klaim kepemilikan dan pertikaian. Bukan kami juga yang konon tolak  Khilafah, tapi masih satu komando dari Vatikan lho.  Â