"Pangeran Iku Langgeng, Tan Kena Kinaya Ngapa, Sangkan Paraning Dumadi" - bahwa Tuhan adalah Abadi, tak bisa diperumpamakan, dilambangkan dengan apa dan siapa dan menjadi asal dan tujuan kehidupan.
Konsep Kapitayan inilah yang kemudian "melebur". Sejarah masuknya Islam dengan "kemudahan" apabila dibandingkan dengan keyakinan yang lain adalah di mana sosok "Allah" yang dibawa dalam syiar Islam pada saat itu mudah diterima dengan baik karena sifatnya yang relatif sama. Atau bahkan disama-samakan sehingga penyerapannya lebih mudah? Anda bebas menyimpulkan sendiri terkait referensi artikel di sini.
Sejarah peradaban manusia sejauh bahkan 23.000 tahun sebelum masehi: Situs Gunung Padang.
Ilustrasi Gunung Padang dari Ir. Pon S Purajatnika - sumber : grahamhancock.com
Bangunan berundak mirip Piramida yang diklaim bahkan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir memang masih banyak menimbulkan pro dan kontra. Ditemukannya ruangan berongga, sampai dengan reaktor pembangkit hidro elektrik yang diklaim mempunyai usia 13.000 sampai dengan 23.000 tahun sebelum masehi. Ini menjadi salah satu temuan terpenting abad ini yang bahkan semakin menjelaskan adanya kebudayaan maju di bumi Nusantara sendiri. Di pekarangan kita. Budaya yang juga membawa satu keyakinan. Sunda Wiwitan. Secara garis besar, penemuan ini bisa menjadi satu penentu:
Bahwa sejatinya pada masa yang relatif sama dengan sejarah versi Abrahamik, di sini sudah ada keyakinan asli Nusantara.
Lantas mengapa selama ini bahkan mereka Urang Kanekes, atau lebih dikenal dengan Suku Badui sering kali diabaikan? Atau bahkan 245 aliran kepercayaan lainnya?Â
Baduy Kembali . Sumber : kompas.com
Beberapa melihat hal ini sebagai satu rangkaian peristiwa bahwa tidak ada yang "kebetulan" dalam satu Kebangkitan Nusantara. Saya melihat ini dalam konteks yang lebih sederhana. Saat kita sebagai suatu bangsa tanpa terkecuali berhasil mengenali jati diri kita yang sesungguhnya, dan sudi untuk mengakui dan menghormati perbedaan yang ada sebagai kekayaan untuk menuju Indonesia yang seutuhnya, bersama sama. Toleransi beragama dan kini, berkeyakinan yang berlindung di bawah demokrasi Pancasila.
Itu arti Mahardika yang sebenar-benarnya.
ritual pemotongan anak berambut gimbal Dieng. Peleburan keyakinan. sumber : ensiklopediaindonesia.com
Nah sekarang sedikit pernyataan yang rada menggelitik. Menurut pembaca, apakah seorang
atheis itu Pancasilais? Tentunya terkait dengan, ehm, pengamalan sila pertama ya?Â
Rahayu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya