Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menilik Proses Lahirnya Sebuah Ideologi Negara dan Kini

1 Juni 2017   09:29 Diperbarui: 2 Juni 2017   09:39 2463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno dan Cindy Adams - Sumber https://rosodaras.files.wordpress.com

Bersama dengan beberapa perwakilan dari Maluku, Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Kalimantan, A.A Maramies mengemukakan kegelisahan dan keberatannya tentang sebuah  kewajiban melakukan syariat Islam. Indonesia adalah sebuah kemajemukan. Dan gubahan ini pun pada akhirnya diterima meski pada awalnya mendapat penolakan dari beberapa tokoh Islam seperti Teuku  Haji Muhammad Hasan, Ki Bagus Hadikusumo dan Kasman Singodimedjo.

Kembali, kita hanya kini bisa membayangkan. Sebuah proses mengalahnya satu keyakinan terhadap keutuhan dan cikal bakal sebuah Bangsa. Rumusan ke VI PPKI pada akhirnya berbunyi sebagai berikut. 

  1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
  3. Persatuan Indonesia
  4. Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Tunggu dulu. Masih berbeda dengan versi yang sekarang ini?

Kita, Bangsa Indonesia masih melalui (banyak) sejarah. Kependudukan NICA yang pada akhirnya menghasilkan Republik Indonesia Serikat (RIS).  Perubahan Konstitusi saat Republik Indonesia Serikat bergabung dengan Republik Indonesia Yogyakarta, dan melahirkan Undang Undang Sementara. Peristiwa Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengembalikan Undang Undang Dasar 1945 sebagai Dasar Negara. Rumusan demi Rumusan, dan kalimat demi kalimat. 

Sampai pada Rumusan XI atau Kesebelas.

Sedikit yang mengetahui, justru baru pada Tap MPR No II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) inilah kita mengenal Rumusan Pancasila seperti yang dikenal sekarang ini. 

  1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Buah pemikiran yang pada awalnya merujuk pada masa pemikiran Soekarno pada tahun 1934 sampai dengan 1938 di pengasingan nya di Ende, Flores. Proses panjang Sejarah. Sampai dengan perumusan kalimat yang final pada tahun 1978. Lambang Burung Garuda sendiri. Yang konon terinspirasi dari Lambang Kerajaan Samudra Pase, Garuda Wisnu, dan bahkan perisai yang terinspirasi dari lambang negara Rumania? 

Penulis  pernah melihat sendiri dan beberapa tahun yang lalu menulis artikel saat melihat sebuah 'kemiripan' tentang perisai yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila kita. Bukan di Rumania, melainkan disebuah Kota sejarah tua Krakow, Polandia, Inspirasi tentu bisa datang darimana saja kan? 

foto pribadi yang didapat di bukit Wawel, Krakow Polandia. Tidak mirip apabila dibandingkan dengan perisai pada Lambang Burung Garuda ; sumber pribadi
foto pribadi yang didapat di bukit Wawel, Krakow Polandia. Tidak mirip apabila dibandingkan dengan perisai pada Lambang Burung Garuda ; sumber pribadi
Anda, saya dan kita. Melalui sebuah proses panjang tentang sebuah Ideologi Negara bernama Pancasila. Negara yang baru saya disebut di atas, Polandia, menyebutkan bahwa Pancasila adalah satu bentuk ideologi utuh yang dapat menjembatani berbagai prinsip bernegara dan beragama. Lambang Negara yang bahkan terinspirasi dari Kerajaan Islam, perlambang mahluk mitologi peradaban Hindu Jawa dengan masih membawa Bhinekka Tunggal Ika. Berbeda beda tetapi tetap satu juga. 

1 Juni 2017, Presiden Jokowi. Saya Indonesia, Saya Pancasila  

Presiden Jokowi dengan Pekan Pancasila mulai tanggal 29 Mei 2017 sampai dengan 1 Juni 2017 ini mengajak kita untuk mengingat kembali sejarah panjang tadi. Merenung kembali untuk sebuah semangat Pancasilais yang sempet rada terasa hambar dan kabur pada pita yang bertuliskan Bhinekka Tunggal Ika. Berbeda beda tetapi satu jua. Lelah akan situasi yang akhir-akhir ini sering memanas jujur membuat saya subyektif dengan mengatakan bahwa Pidato dan Tema yang berusaha diluncurkan oleh Presiden Jokowi, terasa kurang gregetnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun