Baik dan buruk itu tidak mengenal suku, keyakinan, kasta atau apapun yang lain. Orang mau baik ya baik, yang buruk ya buruk.
Ojo wani wani yen wedi dan ojo sekali sekali wedi yen emang wani. Jangan sesekali merasa berani kalau aslinya emang penakut, dan jagan sekali sekali merasa takut kalau emang berani.
Pesan Penolakan Yang Lebih Dalam
Satu ‘pesan penolakan’ yang lebih dalam lagi terkait dengan radikalisme dan terorisme yang belakangan ini justru terkait dengan warga Kota Semarang sendiri. Dua anak yang masih remaja. Warga Taman Karonsih, Ngaliyan Semarang dan yang satunya lagi Warga jalan Layur, Kuningan Boom Lama Semarang. Mereka, yang muda menjadi ‘martir’ gerakan radikalisme pengecut yang mengatas namakan Islam. Terorisme bukan Islam, itu adalah satu pengertian baku. Jangan disangkal, jangan pula berusaha merasa tersinggung kok terorisme selalu dikaitkan dengan Islam. Jangan berusaha sensitif dengan pembelaan pembelaan semu yang kegeeran.
Kami, Warga Semarang mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya kepada Keluarga yang ditinggalkan. Kami pun merasa berduka atas kepergian mereka. Bukan karena kami mendukung tindakan mereka. Bukan itu penyebabnya.
Duka kami adalah duka sebuah keluarga. Yang tidak tahu menahu kenapa anak anak seusia mereka berhasil dicuci otak untuk sebuah tujuan pecah belah dan kami tidak tahu menahu tentang hal ini. Mereka adalah penerus bangsa. Yang seharusnya menjadi penerus segala nilai baik dari leluhur Kota Semarang dan Indonesia, bukan sebaliknya.
Kami, Warga Semarang, tidak menolak pemakaman mereka. Gak seperti kalian yang sok suci menolak mengurus jenazah bagi pendukung paslon tertentu atas nama keyakinan.
Warga Kota Semarang, tidak mau kecolongan lagi dengan penyebaran radikalisme semu yang mengatasnamakan keyakinan. Jangan coba coba cuci otak anak anak kami kedepannya.
Ini adalah sebuah amaran. Anda mau keras, mau halus, sudah pasti nanti ‘dibeli’. Baru mau dasaran aja udah pasti diborong.
Bagaimana Cara “Membela Islam” Di Semarang ?
Ummat Islam di Semarang tidak merasa harus dibela. Oleh siapa siapa, dan dari siapapun. Ada masalah, gesekan, masih bisa dirembuk gayeng ala Semarangan. Tipikal cah Semarang yang keras namun tetep santun bisa kok menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus ada embel embel membela.