Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Saleh dan Bela Negara, Mengapa Dibatasi?

15 November 2016   21:17 Diperbarui: 16 November 2016   11:41 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inalillahi Wa ina Illaihi Rojiun.

Turut bela sungkawa sedalam dalamnya atas meninggalnya ananda Intan Olivia dan korban anak anak lainnya atas aksi terorisme bom molotov di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda Kalimantan Timur. Korban anak anak yang jatuh ini merupakan 'martir' yang kesekian kalinya. Terjadi di Bumi Indonesia, dengan membawa 'ruh' radikalisme terorisme Islam. Dan kemudian disusul dengan teror bom di Vihara SIngkawang, yang alhamdulillah, tidak menimbulkan korban jiwa.

Jangan sensitif, jangan sekonyong konyong mengumpat saat penulis menyebutkan kata Islam dengan jelas.  Mengenali pokok akar permasalahan gerakan radikalisme yang memang tumbuh subur didalam tubuh Islam sendiri adalah jalan satu satunya untuk dapat bersama sama menjaga kemurnian Islam yang berarti Salamah, atau Selamat. Tanpa mau mengakui hal tersebut dan coba menelusuri dimana dan bagaimana 'tuntunan kesalehan Jihad biadab ala terorisme itu bermulai dan berkembang, maka kita tidak akan sanggup untuk mengatasinya secara bersama sama.

Atau diam diam, ternyata ada diantara kalian yang memang sedang tersenyum simpul saat halseperti  itu terjadi dan cenderung mengamini ?  Apabila iya, maka anda termasuk bagian dari radikalisme Islam sendiri.

Pertanyaan yang harus kita tanyakan pada diri sendiri adalah, sejak kapan keIslaman seseorang membatasi dirinya untuk menjadi seorang warga negara yang baik?  Atau lebih tepatnya, mengapa dengan menjadi seorang Islam yang taat, anda tidak dapat menjadi seseorang yang lebih mencintai negaranya ketimbang tuntunanNya ? Sementara, sejatinya keduanya sangat berhubungan.  Adalah bukan pilihan yang Islami atau non Islami, saat seseorang dihadapkan pada posisi untuk bela negara.

Tidak pernah seperti itu, karena Islam sendiri menuntun kita untuk melakukannya. Membela negara adalah satu kewajiban bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Segala tindakan yang berupaya untuk melemahkan, menghancurkan dan bahkan memperjelas kotak kotak dan sekat didalam kondisi bernegara? Itu yang merupakan hal yang tidak Islami.  Berusaha makar, bahkan dalam hal yang kecil sekalipun seperti tidak menghormati pemimpin negara ? Anda mau mempergunakan banyaknya bait atau ayat saleh manapun untuk justifikasi hal tersebut, sejatinya anda pun tau bahwa hal tersebut sangatlah tidak Islami.

Islam yang benar, selalu mengajarkan untuk melindungi ummat yang lain. Adalah kewajiban sebagai seorang Muslim, untuk membela hak hak dari sesama warga negara Indonesia. Terlepas dari apapun suku, agama, ras dan keyakinan mereka. Itu Islam sebenar benarnya, dan menjadi seorang Islam yang taat adalah dengan menjadi seorang warga negara yang baik. Bukan sebaliknya.  Menunjukkan sebuah ketersinggungan komunal karena merasa mayoritas, membesar besarkan sebuah masalah yang sejatinya bisa diselesaikan dengan baik. Apakah itu ciri ciri Islam ?

art by Jason Hutagalung

Apabila anda disini mengatakan ya, dan anda berhak melakukan tersebut sebagai seorang warga negara yang merasa keyakinannya dinistakan, saya akan bertanya dimana posisi anda saat ada gereja, vihara , patung Buddha yang dirusak dan lain sebagainya? Saat anda hanya meminta hak namun tidak mengindahkan kewajiban anda untuk membela hak hak warga negara yang lainnya, atau minimal bisa menghormati satu pilihan yang berbeda, ya anda adalah bagian dari Radikalisme Islam.

Kok bisa begitu? 

Klaim bahwa anda yang paling damai secara otomatis gugur, tidak terjawab. Karena saat seseorang hanya mementingkan kepentingan pribadi , golongan dan keyakinan sendiri diatas kepentingan bernegara, maka baik baiklah anda dengan  daya ingat yang semakin menurun ini. Ego, yang merupakan penyakit hati akan menutup semua kemampuan berpikir dengan baik. Dan kesombongan adalah sifat manusia yang paling disukai untuk dimanfaatkan. Disinilah, dengan mudahnya seorang manusia menjadi di adu domba.

Karena kesombongan, gengsi akan menutup sebuah logika. Termasuk logika dalam bernegara.

Indonesia dalam keadaan genting saat ini. Dan ini sudah memuakkan.  Sama memuakkannya seperti ucapan Tengku Zulkarnain saat mengatakan bahwa Bom Samarinda hanyalah usaha penghianat bangsa untuk memelintir gerakan 411 yang damai ini.  Sama seperti Esbeye yang kebakaran jenggot sendiri tentang 'Lebaran Kuda', ucapan Tengku Zulkarnain ini seperti sebuah pembelaan diri yang menyedihkan.

Mengutip perkataan Ahmad Dhani yang konon juga Islami ini, " Saya ingin bilang Anjing ! Namun tidak bisa.... "

Sayang, masih banyak pemikiran pemikiran kerdil yang enggan membaca banyaknya sejarah dimana Islam dapat berdiri dengan sempurna disebuah masyarakat yang majemuk. Perbedaan perbedaan yang ada, tidak pernah mengecilkan Islam sama sekali dulunya. Dan karena itulah Islam menjadi sebuah agama yang berkembang pesat.  Banyak sesat pikir yang justru mengatakan, bahwa melindungi hak hak mereka yang berbeda sudah pasti Liberal yang tidak Islami. Padahal, apabila mau meluangkan waktu dan uang receh sedikit untuk lebih banyak belajar tentang Islam dan peradabannya di pemerintahan yang majemuk, sudah pasti menemukan banyak alasan alasan mengapa Islam dapat tumbuh dan berkembang sehingga besar seperti sekarang ini.

Indonesia, dengan konon 85% mayoritas penduduk Islam seharusnya dapat berkaca disini. Bahwa pada saat anda diminta untuk sama sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari ancaman baik dari luar maupun dalam negeri, adalah sangat Islami saat seseorang mengutamakan kepentingan negara, diatas kepentingan baik pribadi, golongan maupun keyakinan sekalipun.

Sudahilah semua omong kosong tentang kesalehan yang sejatinya merupakan bumbu pedas politik berkepanjangan ini. Indonesia semakin mudah dipecah belah karena ancaman dari dalam ini, bukan sebaliknya. Coba tengok dan amati, banyaknya status di media sosial, berita yang ada dan bahkan tulisan tulisan yang mampir di Kompasiana sendiri, termasuk dengan tulisan ini. Lebih banyak mana artikel yang berisi ilmu pengetahuan yang bermanfaat, atau artikel yang membahas tentang sebuah penemuan baru yang dilakukan oleh orang Indonesia. Atau usaha, industri kecil yang berkembang? 

Berapa persen artikel artikel itu ada dibandingkan dengan kita yang melulu sibuk dengan artikel kebencian, pro dan kontra, SARA dan lain sebagainya yang berafiliasi kesana? Disitu letak kita, Indonesia pada hari ini dan mungkin juga besok, lusa dan seterusnya. Kita tidak berkembang kemana mana, melainkan melulu disibukkan dengan 'mainan' bernama kesalehan semu dan juga berulang kali pengingatan akan ke Bhinekaan Indonesia. Konflik, itu yang kita minati. Bukan yang lainnya.

 Masih belum sadar juga ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun