Dari panjangnya pengertian tentang despotisme sendiri, ada beberapa kata terangkai dari wikipedia yang sedikitnya mampu menggambarkan apa sih sebetulnya despotisme keyakinan itu sendiri ?Â
Despotisme dapat berarti tiran ( dominasi melalui ancaman hukuman dan kekerasan), atau absolutisme ; diktaktorisme. Ia adalah kekuasaan absolut yang terkesan dipaksakan. Bukan seperti kerajaan yang meski kekuasaan yang dipegang adalah absolut, penguasa tetap memerintah dengan hukum yang ada dan tidak berubah ubah. Sementara didalam despotisme sendiri, 'penguasa' memerintah berdasarkan keinginannya sendiri.
Dan sekarang, inilah yang terjadi di Indonesia sendiri. Saat kelompok mayoritas pemeluk keyakinan ( Islam ) berusaha melakukan penegakan hukum dengan sikap yang 'kondisional dan sarat kepentingan, dan bersifat tidak tetap. Seperti yang terjadi pada aksi 'demo damai' pada tanggal 4 November 2016 yang lalu. Â Meski pada akhirnya ditutup dengan bentrokan, aksi protes atas so called penistaan agama ini terlihat damai pada siangnya.
Foto foto kemesraan ummat dengan aparat dimuat berulang kali untuk menegaskan bahwa ini bukan  berkaitan dengan Pilkada, atau ketidak sukaan pada pemerintah sekarang. Ini adalah aksi murni pembelaan atas nama agama. Mohon maaf apabila penulis sedikit sinis untuk mengatakan bahwa foto foto mesra antara ummat dengan aparat pun sejatinya tidak perlu ada apabila semua pihak bisa menahan diri tidak untuk terbawa arus berdasarkan kepercayaan diri yang terlalu besar atas nama ketersinggungan komunal. Banyak umpatan, atau sindiran menyuruh penulis untuk 'lebih baik diam' apabila tidak mampu untuk mendukung aksi damai ini.Â
Meski sindiran dan juga ancaman yang tampak di laman media sosial masih bisa terbilang tidak terlalu kelewatan apabila anda tidak melihatnya dari kacamata bernegara, Â Â aksi damai 4 November 2016 ini pun tidak memberikan rasa tenang dan yang lebih dalam, keadilan. Â Para demonstran masih juga tidak menemukan rasa keadilan. Bagi sebagian, mereka datang atas nama agama. Bagi mayoritas yang menggerakkan demo sendiri, mereka datang atas dasar kepentingan
Masing masing datang dengan versi keadilan sendiri sendiri. Bahkan seorang yang sebenarnya pantas didengarkan karena umurnya menjadi seorang tua bangka yang tidak ada nilainya saat menawarkan sejumlah uang untuk kematian 'sang penista agama'. Target mereka adalah hukum Ahok, sementara agenda sebetulnya adalah jangan sampai Ahok ( masih) mencalonkan diri karena kita tidak punya program realistis atau rasional yang bisa mencegah kepemimpinannya.Â
Keadilan belum tentu kebenaran, karena menjadi bias dan sarat kepentingan. Saat semua sibuk dengan merasa bahwa kepentingannya wajib diutamakan, apakah sempat melirik saudara sebangsa yang sama sama lahir di Indonesia, sama sama mencintai negaranya namun harus selalu dan melulu dipinggirkan dan bahkan tidak dianggap keberadaannya? Kondisional, anda akan menganggapnya orang Indonesia apabila kebetulan dia memenangkan sebuah pertandingan bulu tangkis kelas Internasional. Selebihnya? Ya dia akan kembali menjadi minoritas lagi.Â
Yang harus berdiam diri saat keyakinan mereka dinista. Etnis mereka terlalu sering dipertanyakan sehingga pada akhirnya mereka pun bertanya pada diri mereka sendiri. Apakah saya, yang terlahir di Indonesia dan sangat mencintai negara ini ternyata tidak terlalu pantas untuk menjadi warga negara Indonesia? Hanya karena saya mempercayai yang beda, atau terlahir berbeda?
Ini bukan masalah etnis ! Ini adalah masalah penistaan agama ! Ada Felix Siauw, Jaya Suprana dan ( hahaha) Lius Sungkharisma yang konon mengatasnamakan Cina Indonesia dan menyesalkan tindakan seorang Ahok  ?  Saya tidak kenal dengan Felix Siauw, buat saya dia sekedar ' bekas kafir ' yang lupa kulitnya, simpel saja. Jaya Suprana ? Apabila anda sempat membaca ini, maka sebaiknya anda , Jaya Suprana , tahu bahwa kita bertetangga dulunya di Semarang.Â
Jalan Kawi , tahun 80-an. Anda masih ingat ? Saat itu saya masih kecil, dilarang keluar rumah. Karena rasa penasaran pun akhirnya tetap melompat pagar keluar untuk sekedar melihat mengapa tetangga tetangga di kampung berlarian dengan marah dan beringas? Lemparan batu kerumah anda, kerumah tetangga tetangga kita yang lainnya. Rumah gedong punya Cina, dan saya melihat Bapak saya ada didepan rumah rumah kalian. Tidak punya kepentingan sama sekali, namun dia dan almarhum Pak Kastam yang dulu cukup disegani didaerah Tegalsari pun secara tegas berusaha memberikan pengertian kepada para tetangga, bahwa batu tidak menyelesaikan masalah. Bahwa amarah terhadap 'kalian', tetangga dan juga saudara kami yang terdekat tidak pada tempatnya. Â Besar dengan nilai nilai ini, yang tidak membedakan benar atau salah dari warna kulit atau keyakinan seseorang. Â
Anda kok jadi lupa ?
Saat ini, kita berulangkali 'dipaksa' berdamai atas dasar kepentingan yang menjual nama tuntunan. Semenjak pemilihan Gubernur DKI yang lalu, Pemilihan Presiden, rasionalitas kita menjadi terus menerus dipertanyakan. Kita diminta menjadi bodoh terus menerus, saat oposisi pun tidak punya program yang mumpuni dan pada akhirnya menghalalkan segala cara. Politik memang kotor, tapi lebih menyinggung lagi saat bermain di ranah memecah belah bangsa. Bahkan seorang Bapak yang kebingungan nantinya akan status hukum anaknya pun menjadi rela berkoban demi keluarga untuk memecah belah bangsa. Dan bahkan, mengorbankan anaknya yang lainnya.
Shame on you, Pak. Â "Fitnah" yang datang ke keluargamu akan menjadi catatan siapa sebenarnya jatidirimu dan dimana letak kecintaanmu terhadap Bangsamu.Â
Datang, pecah kesatuan massa, berpihak, ambil alih kekuasaan. Apabila anda besar dilingkungan dimana sabuk kopel menjadi hakim akan kadar keberanian yang anda miliki, maka anda sudah pasti tahu bahwa taktik memecah belah ini adalah karakter militer. Â Saat anda tak mampu dikuasai, maka anda akan diperTuhankan. Karena sudah pasti anda tidak mempunyai sifat sifat Tuhan, ya yang dilakukan adalah bermain menjadi Tuhan dan menciptakan kehancuran. Bukan kebaikan.Â
Dan disini, masih atas nama Agama, anda meminta saya, atau mungkin kami untuk lebih baik diam apabila tidak mendukung? Emang ini Negaranya Mbahmu ?
Sudah cukup rasanya berdiam diri. Apabila kita sedang berdalih bahwa ini adalah murni penistaan terhadap agama, saya secara pribadi akan mengambil sikap bahwa ini adalah penistaan terhadap Kedaulatan Negara. Jangan terus menerus membenturkan atas nama mayoritas, karena anda tidak tahu bahwa 'jumlah' ini adalah semu. Â Jangan berpendapat didzholimi saat sedang diam melakukan kedzholiman kepada yang lain.Â
Satu orang membela Al Quran dengan satu alasan yang santun dan halus bahwa kelak ayat ayat Al Quran itulah yang kelak akan membela dirinya di alam sesudah kematian nantinya. Ini adalah posisi mereka.Â
Mudah-mudahan niat kami masih lurus bahwa kami tidak mengharapkan surga atau neraka, karena itu adalah hak mutlak Tuhan. Anda tak akan mampu menyuap apa apa. Bela negara, tanpa harapan imbalan apa apa, sekalipun itu adalah surga atau neraka. Karena bagaimana anda bisa masuk atau bahkan menciptakan surga, saat anda menciptakan neraka untuk orang lain?
Wong anda bukan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H