Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Indonesia, Suara Warga Semakin Berharga

23 September 2015   03:26 Diperbarui: 23 September 2015   15:25 1588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gayus Bikin Heboh | Foto: detik.com"][/caption]Gayus Halomoan Pertahanan Tambunan memberikan satu pelajaran yang berharga kali ini.

Di saat kepercayaan publik tentang ketidakpastian hukum yang carut marut saat ini, saya, anda, kita,  sekarang bisa bernafas (sedikit) lebih lega. Foto yang pada akhirnya pada tanggal 19 September 2015 lalu diposting di laman pribadi jejaring sosial Facebook mendapatkan satu reaksi positif dan sangat responsif dalam penanganannya. 

Tercatat secara resmi, setelah trigger awal dimulai dari halaman Kompasiana, detik lah yang pertama kali menayangkan berita tersebut disini .

PS : Buat Mas yang udah capek capek ngobrol dengan wartawan detik di laman Facebooknya sendiri terkait hal ini, matur suwun ya. 

Kecaman yang datang pada saat itu adalah satu reaksi yang menurut saya pribadi manusiawi. Ungkapan ketidak puasan yang sesungguhnya juga merupakan pertanyaan, baik pribadi dan banyak khayalak ramai di Indonesia. Kenapa seorang terpidana korupsi yang lebih dikenal dengan nama Gayus Tambunan bisa berada di sebuah resto di Jakarta, alih alih menjalani hukuman di Lapas Sukamiskin ?

Belakangan, setelah kasus ini mencuat dan ditangani kita tahu bahwa memang Gayus berada di resto tersebut setelah menghadiri sidang perceraiannya. Yang berarti, secara prosedural hal tersebut memang dimungkinkan. Dalam kurun waktu kurang dari 48 jam, segala hal yang berkaitan dengan perihal Gayus Tambunan telah dijabarkan secara baik  kepada publik oleh Tim Investigasi Kemenkumham atas perintah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna Laoly secara langsung. 

Secara pribadi, saya merasakan satu perubahan positif disini. Sebuah apresiasi, akan cepatnya reaksi dari satu hal menuju yang lain. Yang bisa  memulihkan kepercayaan publik akan hukum yang ada di Indonesia. Sekarang, suara warga semakin berharga dan didengarkan.

Kasus ini sejatinya mencuat bukan karena unggahan pribadi. Hal yang telah dimulai sebelumnya melalui satu media jurnalisme warga bernama Kompasiana. Artikel yang memuat foto yang pada saat itu masih dalam dugaan adalah Gayus Tambunan berasal dari artikel yang ditulis oleh akun Tomy Agustinus ( Tomy Unyu Unyu) disini. Memang, akhirnya trigger yang menggulirkan 'suara' ini telah dihapus oleh admin Kompasiana dengan alasan keberatan yang diajukan oleh orang yang berada di dalam foto tersebut dan artikel yang (bisa) dianggap mendiskreditkan pribadi.

Sebuah alasan yang sangat bisa di terima, meski penyangkalan atas dasar  rasa tanggung jawab sebagai warga untuk pelaporan satu indikasi atau dugaan terkait tindak pidana korupsi pun tetap kental rasanya. Warga Kompasiana pun seperti serempak menyuarakan hal yang sama. Meski juga agak sedikit gusar karena beberapa penulis yang cukup kredibel malah lebih meluangkan waktu dan pikirannya untuk subyektivitas pribadi, bukan kepada satu materi yang lebih luas dan penting.

Sebetulnya Menteri Hukum Dan HAM tidak perlu gusar atau merasa berang. Ini apabila Beliau mengetahui bahwa anjuran untuk melakukan satu pelaporan atau pertanyaan secara resmi apabila masyarakat merasa menemukan kejanggalan  ke Itjen Kemenhumham yang mampir di kolom komentar  laman Facebook saya justru hadir dari seorang "white knights" yang datang dari pekarangan Beliau sendiri.

Dari banyaknya komentar yang mampir disana, satu komentar yang masuk pada tanggal 19 September 2015  ini memberikan satu pencerahan. Terlihat kecil sih pada saat itu. Namun sebuah harapan meski kecil, kenapa tidak dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun