Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

JBR Versus Jogja; Egomaniak Puber Kedua Versus Tata Krama?

16 Agustus 2015   15:06 Diperbarui: 16 Agustus 2015   16:03 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahini. Problem nya ada pada baju yang rapih saat rolling thunder . Sumber : kompas.com /IST/Andika

Media di mana mana memberitakan secara malu malu.

Aksi heroik seorang warga Jogja ( yang belakangan dibantu oleh yang lain ) menghadang rombongan rolling thunder lengkap dengan pengawalan yang 'merasa berhak' untuk menerobos lalulintas demi kelancaran acara. Disini lebih baik enggak menyebut kata "moge" berulangkali, karena jadinya malah menggeneralisir kan?

Lebih baik langsung tunjuk saja kepada penyelenggara acara Jogja Bike Rendesvous 2015 , yang merupakan hajatan tahunan  Harley Davidson Club Indonesia ( HDCI) .  "Ini acara Kenegaraan ! " Tegur seorang biker berbadan tegap kepada Elanto Wijoyono (32) di perempatan Condong Catur, Sleman, Jogjakarta ,Sabtu, 15 Agustus 2015 lalu. 

Foto yang akhirnya rame di medsos ini memang epic. Ekpresi kaku sang pengendara Harley yang gak tau kenapa di acara rolling thunder yang mestinya asik dan santai tetap keliatan rapi mlitit dengan kaos yang masuk rapi didalam celana.  Ini udah satu penggambaran bahwa 'beliau' ini bukan seorang yang 'easy rider'. Tipikal stiff birokrat, protokoler , bekas atau masih menjabat dan melihat para Polisi yang tidak berani menegur saat dia turun dan berkesan memarahi Mbah Joyo ( Elanto ;red) sepertinya dia itu aparat. 

 

Acara kenegaraan ? Negara ne sopo, Mas ? Wong merah putih mu aja masih kebungkus sama rompi klub kok. 

Event JBR sejatinya sudah terkesan dipaksakan untuk diadakan di Jogja. Enggak tepat.  Komjen ( Purn ) Nanan Sukarna selaku Ketua Umum HDCI pusat mengatakan bahwa salah satu tujuan kehadiran para biker ini "untuk mengangkat pariwisata Jogja". 

Pariwisata Jogja manalagi yang mau diangkat ? Jogja bukan daerah baru yang masih perlu promosi apalagi dengan acara yang cenderung gak pas dengan kultur setempat seperti ini. Raungan bising rombongan, gesekan yang sudah terjadi dari tahun tahun sebelumnya oleh para 'tamu' yang datang pun  menyatakan sebaliknya.  Bicara teknis spek motor pun rake  dan bobot tipikal harley davidson yang sejatinya lebih nyaman untuk turing bukan manuver meliuk enggak pas buat tipikal jalan di Jogjakarta yang cenderung kecil , ramai dan padat. 

Disini para patwal, konon, dibutuhkan.

Tanpa event Jogja Bike Rendezvous, Ngayogyakarto Hadiningrat tidak bakalan sepi dari pengunjung. Para pengunjung yang bisa lebih 'njawani' selagi mereka berada di Jogja. Merasakan budaya dan keindahan kota ini dengan respek mereka terhadap nilai lokal, bukan malah sebaliknya. 

With all due respect, your argument on tourism is invalid, Jendral.  

Masalah dengan stereotype khas rombongan moge ( atau yang lain)  sejatinya pun sudah akumulatif.  At au yang lain dalam tanda kurung ini untuk menegaskan kembali, bahwa bukan hanya rombongan HDCI, Moge 'saja' yang masyarakat enggak menerima. Rombongan konvoi apapun yang mengganggu masyarakat, mau itu motor besar atau kecil, mobil dan yang lainnya sudah bikin masyarakat muak. Jadi lupakan saja alasan cengeng seperti kecemburuan sosial yang mau dijadikan pembelaan diri dari para egomaniak yang lagi puber kedua.

Kalaupun kecemburuan sosial itu pun ada, kenapa semakin di pertebal dengan kegiatan seperti ini ? 

Di satu sisi yang berseberangan. Ada sesuatu lebih krusial yang  di rasakan oleh Elanto Wijoyono dan warga Jogja yang lainnya.  Warga Jogja sedang resah. Resah dengan perubahan besar besaran yang terjadi di kota yang dulunya nyaman ini. Masalah yang timbul dengan pembangunan mall, hotel lagi hotel lagi dan yang lainnya yang konon demi kata pariwisata. Belum lagi gesekan dengan para pendatang yang tak jarang bikin ulah. Disini, warga Jogja yang terkenal santun, ramah terhadap para tamu dan pendatang tak lagi bisa tinggal diam. Antara aksi dan reaksi, akhirnya. 

Wis gak pahin lagi. Sumuk, Dab..

Turisme, datang karena budaya lokalnya, indahnya Jogjakarta.  Pendatang , bermukim di Jogja pun karena hal itu dan juga pendidikan yang ditawarkan disini. Tapi jelas perlu keseimbangan disana.  Warga Jogjakarta kebanyakan bukanlah mereka yang rela menggadaikan budaya nya demi apa kata duit . Mereka warga Jogja  bukan saya, atau anda yang melulu seringkali berpikiran yang penting nyari duit sebanyak banyaknya itu jalan orang menuju bahagia. Kearifan budaya Jawa seringkali mengajarkan yang sebaliknya. Kalau anda bukan orang Jawa atau bahkan mungkin Wong Jowo yang lagi keblinger, gak perlu repot repot berusaha memahami, apalagi berusaha merubah.  Menghormati saja sudah cukup kok.

Jogja, ora di dol ( meneh).

Buat para punggawa HDCI, penggiat Jogja Bike Rendezvous, mungkin sudah saat nya memikirkan format atau venue acara yang lain. Ketimbang nantinya reaksi semakin keras. Atau bila memang tetap pengen di Jogja, mungkin bisa dipikirkan untuk rombongan yang tidak melewati pusat kota. Om Rachmad, masuk yo ? Mosok biker acara di Prambanan nya sebentar lebih pentingan di hotel nya? Di dukani Peter Fonda lho nanti, mana Easy Rider nya. 

Jangan sampai ibu jari dan senyum ramah warga Ngayogyakarto Hadiningrat yang mempersilahkan tamu di rumahnya terlipat kedalam membentuk kepalan atau mencabut keris yang selalu santun berada di belakang. 

Jogja, ora di dol ( meneh).

Sumber yang njelehi juga :

Konvoi Moge Arogan, Ini Kata Bos Mabua Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun