Inalillahi Wa Inaillaihi Roji'un.
Gunung Kelud yang terletak di area Kediri, Jawa Timur akhirnya meletus semalam pukul 22:55 waktu setempat. Suara letusan yang lebih mirip ledakan bahkan terdengar dan terasa getarannya di Kota Semarang semalam. Disusul dengan beberapa suara 'dentuman' yang lebih ringan, kaca dirumah pun bergetar sebagai pertanda absorbsi suara dan getaran.
Seorang sahabat yang kebetulan di Blitar sempat mengabadikan fotonya saat Kelud meletus, pada saat sedang dalam perjalanan pengungsian.  Dia memberikan sebuah catatan ringan via whatsapps bahwa setelah letusan hujan turun disertai kilat yang menyambar nyambar dan disusul dengan hujan batu  berukuran cukup besar dan juga kerikil yang cukup membahayakan.
Gunung Kelud meletus . Foto diambil di Blitar Kota, Jawa Timur - Sumber : Pribadi
Pagi ini hujan abu pun menyelimuti daerah Jawa Timur, Â Jawa Tengah seperti Solo, Sragen dan sekitarnya bahkan sejauh Kota Ungaran dan Cilacap . Daerah Istimewa Jogjakarta pun dikabarkan masih terselimuti abu vulkanik pasca letusan Kelud semalam.
Selain berjaga jaga akan adanya potensi letusan susulan, tak kalah pentingnya untuk mewaspadai potensi bahaya abu vulkanik  terhadap kesehatan. Selain gangguan pernafasan skala ringan,  abu vulkanik yang mengandung  silika berpotensi untuk menyebabkan penyakit paru paru Silikoisis.
Silikoisis akan mudah menyerang di daerah dengan tingkat debu silika yang tinggi, seperti yang terjadi pada saat ini. Kenali gejala awalnya pada saat mengalami kesulitan nafas, terbatuk akibat terhirupnya debu silika ini kedalam paru paru. Â Debu silika yang terhirup bahkan dalam jumlah yang relatif kecil dan tidak kasat mata pun dapat berinkubasi selama 2 sampai dengan 4 tahun, dan pada akhirnya pun dapat mempengaruhi kinerja organ tubuh yang lain, seperti di gagal jantung.
Iritasi pada pernafasan yang timbul saat abu vulkanik tersebut secara tidak sengaja terhirup pada saat kita bernafas dapat menimbulkan gangguan pernafasan yang awalnya tampak ringan, namun berbahaya jangka panjangnya, terutama pada anak anak. Penggunaan masker sangat dianjurkan dan hindari beraktivitas di luar rumah /ruangan untuk sementara waktu dengan asumsi paparan terhadap resiko abu vulkanik di minimalisir.
Selain pernafasan, abu vulkanik yang mempunyai komposisi batuan halus dan bahkan silika berpotensi pada bahaya terhadap iritasi mata. Kornea mata yang terpapar secara langsung pada awalnya mengalami iritasi, dan dapat tergores akibat dari penanganan yang salah. Hindari mengucek mata pada saat mata terasa gatal atau perih terkena paparan abu vulkanik atau debu yang tak terlihat ini. Para pengguna lensa kontak pun diharapkan lebih berhati hati karena sifat abrasi yang ada pada abu /debu vulkanik sendiri. Â Pergunakan tetes mata saat mengalami iritasi, dan kaca mata sebagai pelindung kontak langsung terhadap debu yang ada di udara.
Adapun gangguan lain yang dapat di lihat atau dirasakan adalah pada kulit , yang biasanya berupa iritasi ringan gatal gatal ataupun memerah akibat paparan abu vulkanik ini.
Sekali lagi, untuk sementara waktu, hindari banyak aktivitas yang berada di luar rumah atau ruangan yang secara langsung memberikan potensi paparan terhadap abu atau debu vulkanik lebih besar lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H