Di satu sisi, keterbukaan TNI di kasus ini bisa dibilang cukup menggembirakan dan layak diberikan apresiasi. Â Meski demikian, tetap menimbulkan pertanyaan. Â Sifat terbuka TNI pun mendapatkan apresiasi resmi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang pada akhirnya pun substansi pernyataan tersebut mendapat kecaman di masyarakat, walaupun tidak sebanyak dukungan terhadap aksi eksekusi itu sendiri.
Yang tidak tampak namun tetap terasa janggal adalah cara eksekusi yang dilakukan oleh oknum satuan elit tersebut. Terlalu 'jorok'  dan emosional  untuk sebuah pasukan terlatih. Dan sepertinya, jejak remah remah roti memang sengaja ditabur bagi para pencari jejak untuk dengan mudah mengikutinya ke Kandang Menjangan, rumah bagi mereka semua.
2014 sudah dekat. Apakah sebetulnya pesan yang hendak disampaikan di kasus ini? Bahwa dwifungsi ABRI yang sempat digembosi dan mendapat penolakan rakyat akan kembali ? Perlawanan atas keistimewaan Polri yang didapat pada era Presiden Megawati?
Apakah ini adalah perlawanan antara calon yang nantinya mengusung misi humanis, hak asasi manusia dan ketegakan hukum versus figur militer yang tampaknya dirindukan oleh rakyat Indonesia yang merasa sedang dipermainkan harga dirinya sebagai sebuah bangsa yang sempat besar ?
Cloak and Dagger yang bisa jadi terlalu rumit untuk diejewantahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H