Tim Nasional Indonesia Versus Laos hari ini.
Sepertinya pertandingan AFF kali ini telah sedikit bergeser makna-nya bagi sebagian orang. Tidak sesimpel yang lalu lalu, dimana keindahan permainan, trik trik yang ditampilkan, rasa nasionalisme yang dalam dan sportivitas yang dijunjung tinggi menjadi suatu pertaruhan.
Tentu, siapa sih yang tidak ingin menang? Tapi menang itu bukan satu satunya tujuan.
Kali ini, lagi lagi bagi sebagian orang, AFF ibarat pertaruhan.
Di satu sisi, banyak yang menginginkan perjuangan Tim Nasional Indonesia buru buru kandas, supaya mereka bisa menunjukkan taringnya. Bisa semerta merta berkata " Tuh kan, gue bilang juga apa? " Senang, dan mencibir karena kekalahan TimNas berarti kemenangan mereka.
Kok gitu? Sebatas grupnya menang, argumennya tak terpatahkan, peduli setan dengan perjuangan TimNas Indonesia di ajang AFF kali ini.
Di satu sisi, sebuah grup yang menunjukkan support untuk perjuangan Tim Nasional Indonesia. Sepertinya, jiwa dan raganya untuk TimNas Indonesia. Mereka pun terus mengawal Tim Nas dari awal pembentukan sampai dengan hari ini. Kadang, fanatisme yang ditunjukkan pun masih seputar sebuah prestise pandangan. Bagi sebagian dari mereka, AFF masih tetap pertaruhan nama ,visi dan misi pandangan yang (sepertinya) didukungnya. Lebih penting bagi mereka adalah kemenangan TimNas untuk menunjukkan siapa diri mereka. Kebenaran visi mereka. Dan yang terpenting, mempecundangi para non pendukung TimNas.
Kok gitu? Itu lah tujuan yang lebih penting. Sebuah 'rasa dan kepuasan' akan kemenangan.
Dari kedua grup diatas, sense of belonging atau rasa memiliki mereka sudah bisa ditakar. Dua buah pandangan yang lebih mementingkan sebuah persamaan, daripada nilai perjuangan atau kecintaan pada merah putih sendiri.
Ada juga grup yang lain. Mereka terus bersiteru. Berbeda sebuah sudut pandang akan organisasi bola di Tanah Air. Namun saat tiba saatnya, mereka akan melupakan ego dan sudut pandang mereka masing masing dan bisa sama sama bersorak saat bola berkalang di gawang lawan.
Sama sama menangis saat goal keeper Tim Nasional Indonesia, Garuda, terpeku tidak percaya.
Mengumpat pun bersamaan, sehingga para malaikat pencatat pun terkaget dan tak sempat mencatatkan umpatan tersebut karena menjatuhkan pena pena mereka.
Do'a yang sama sama terucap, sebuah harapan untuk menjadikan TimNas Indonesia yang terbaik. Galau pun berjamaah. Saat rasa dan adrenalin campur aduk mengikuti pertandingan. Sehingga kopi, bir dan pisang goreng yang tersaji pun menjadi tidak terjamah. Tak ada rasa dan selera untuk bergerak kesana, karena mata, hati , terpaku ke layar kaca atau ke arena pertandingan.
Kalau, rasa tersebut masih sama.
Apakah itu berarti bahwa sejatinya kita memang cinta dengan Tim Nasional Indonesia ? Lantas, apalagi yang ingin diperdebatkan?
Perjuangan akan arti nasionalisme kanal bola, bukan semerta merta perjuangan akan sebuah pandangan. Call me naive, buta atau tidak mengerti tentang bola. Hal itu terserah anda.
Lebih kepada menyikapi sebuah perbedaan pandangan. Tegas pada pilihan, itu perlu, tapi tak serta merta memberikan hak untuk saling terus menjatuhkan. Dan jangan jadikan perjuangan TimNasional Indonesia menjadi sebuah ajang pembuktian sikap dan pandangan masing masing.