Otomasi mengeliminasi rasio kesalahan /product defect akibat kesalahan manusia
Sebagai skala perbandingan mentah. Seorang manusia yang bekerja secara terus menerus jelas tidak mungkin dilakukan. Produktifitasnya akan menurun pada satu poin. Dan ini memang manusiawi. Pada mesin justru kebalikan. Semakin lama mesin tersebut berproduksi, hasil yang didapat akan semakin baik dan semakin lancar. Walau pada akhirnya mencapai sebuah titik stagnan, produk yang dihasilkan akan semakin stabil
Lebih memantapkan niat para industri manufakturing untuk melakukan otomasi , kini banyak tersedia mesin mesin dari negeri Panda, China. Dengan harga yang relatif jauh lebih baik daripada apabila melakukan investasi mesin dari Eropa. Memang, saat ini kualitas mesin mesin tersebut masih menjadi pertanyaan dan pada akhirnya keengganan untuk mempergunakan masih cukup besar.
Secara goodwill dan kepercayaan, masih diperlukan waktu untuk dapat mempercayai sebuah industri manufakturing kelas massal dengan investasi mesin dari China. Tapi tidak semuanya, sebagian ada yang memang benar benar qualified, sehingga secara sedikit demi sedikit pun sudah banyak industri yang mengaplikasikan otomasi pendukung manufakturing dari China.
Beri mereka sedikit waktu lagi, dan kualitas pun akan ada disana!
Dari tahun 2008, dan yang terbesar di tahun 2010, sudah terlihat lonjakan pembelian  atau investasi mesin dan otomasi pendukung manufakturing skala besar yang dilakukan oleh para pelaku industri di Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah industri FMCG, Otomotif, Pharmaceutical dan yang lain.
Dan pada akhirnya, seperti di filem sci fi  "Terminator" yang dahulu sempat populer, akan terjadi peperangan atau perebutan periuk nasi antara tenaga kerja di Indonesia, dan para 'terminator' atau robot dan otomasi di sentra manufakturing.
Sayangnya, ini bukan fiksi. Dan lajunya memang sepertinya sudah tidak terhentikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI