Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berkat Orang Suci, Sekularisme dan Liberalisme Pun Berkembang

27 Agustus 2012   11:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima Kasih.

Itu saja yang bisa diucapkan kepada para orang orang suci.  Cara penyampaian dan dakwah yang relatif 'indah' sukses turut membesarkan ideologi sekularisme dan liberalisme di tengah masyarakat di Indonesia

Jangan mudah terheran heran apabila pada akhirnya keyakinan hanya dibawa hanya sebagai sebuah sarana seremonial saja.  Bukan hanya karena memang sudah yakin, tapi hanya sebatas mengikuti baju yang pantas dibawa bersanding pada kesehariannya. Di hati? Nol besar.

Sekularisme menawarkan pintu keluar yang rasional.  Sekali lagi, rasional menjadi tolak ukur sebab akibat.  Menjauh dari nilai keyakinan merupakan suatu ide yang rasional apabila dirasakan sudah tidak mampu lagi mengayomi.

Liberalisme? Kenapa tidak? Saat keinginan individu individu dalam bernegara tidak lagi terwakili dan selalu harus 'manut' oleh kepentingan sebuah golongan,  sisi kebenaran menjadi sebuah pegangan yang bias.  Menjadi seorang individu yang bebas dalam mengutarakan suaranya, bukankah itu sangat layak dijadikan pilihan?

Saat keyakinan keyakinan yang beragam di tengah masyarakat di Indonesia ternyata gagal berkomunikasi dengan baik mengenai teori kebenaran menurut versi masing masing orang orang suci, pada akhirnya, ini yang mengakibatkan sekularisme dan liberalisme pun berkembang pesat dengan baik.

Jangan salahkan teori konspirasi atau faktor eksternal dulu. Tak perlu jauh jauh melihat kearah sana, karena persoalan yang nyata ada disekitar kita.

Rabun dekat, itu istilah yang tepat menggambarkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun