Kapal Pesiar memang menyenangkan.  Sebatas mata memandang, hamparan laut yang berwarna biru, ombak dan langit. Berkunjung dari satu tempat ke tempat yang lain. Saya tidak akan berbicara mengenai kapal pesiar yang asli, melainkan hanya kapal pesiar buatan dan pelajaran yang bisa saya petik dari sana. Belum lama ini anak saya mendapat school project dari sekolahan. Dulu sih jaman saya namanya prakarya, entah kenapa sekarang sekolah lebih suka agak ke-enggres enggres-an menyebutkan sesuatu.  Bahkan, yang namanya Ibu Guru dan Bapak Guru saja sampai tidak ada, yang ada hanya Miss atau Mr. Somebody. Ini cukup bikin senyum kalau ketemu dengan Beliau Beliau ini. Kembali ke prakarya tadi. Sekolahan meminta kepada siswanya untuk mengumpulkan sebuah karya yang memang wajib dibantu orang tuanya.  Terserah, mau menciptakan apa saja,hanya diberi arahan beberapa pilihan tema supaya tidak terlalu bingung untuk murid kelas 1 Sekolah Dasar. Ada tema transportasi, interaksi masyarakat, olahraga dan lain sebagainya. Waktu yang diberikan kepada mereka cukup lama, sekitar 1 bulan. Entah kenapa, putri kami memilih tema transportasi dan bahkan sudah menyebutkan bahwa ia ingin membuat sebuah kapal pesiar.  Alasan dia, dengan kapal pesiar dia ingin keliling melihat dunia. Kenapa wajib dibantu oleh orang tua? Karena sekolah sendiri rupanya cukup faham. Kesibukan orang tua jaman sekarang sangat meminimalisasi interaksi antara orang tua dengan anaknya, dan ini layak untuk diapresiasi.  Awalnya, karena kesibukan di pekerjaan, putri saya yang merengek untuk segera memulai projek tersebut 'sedikit' saya abaikan. Nanti dulu, besok dulu dan penundaan penundaan, sampai tiba pada satu minggu sebelum projek. Didorong oleh perasaan bersalah terhadap si anak dan keinginan untuk memberikan yang terbaik, projek pun kami mulai. Membeli bahan bahan dan berdiskusi mengenai seperti apa  kapal pesiar yang ingin kami kerjakan. Dan akhirnya, kami pun memulainya. Awalnya memang team work sih... Lama lama kok malah saya yang jadi terlalu konsen membuatnya? Bahkan setelah sempat membuat 'rangka' kapal pesiar yang salah, saya pun segera membuat rangka yang baru.  Bahkan sampai dengan urusan yang terlalu mendetil, semua menurut saya adalah untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada si anak.  Putri saya hanya sedikit sekali membantu disitu, seperti sedikit mengelem dan menggunting. 80 % bisa dibilang adalah hasil karya saya sendiri. Karena tidak ingin mengganggu saya yang 'keasyikan' , akhirnya putri saya bersama adiknya malah sibuk bermain main dengan rangka kapal yang salah tadi. [caption id="attachment_208099" align="aligncenter" width="640" caption="kapal pesiar yang sudah jadi *foto dokumen pribadi"][/caption] Selesai sudah "Kapal Pesiar " yang 'kami' buat tadi. Cukup bangga dan senang, karena baru sekali ini membuat maket model kapal atau maket apapun.  Di tes di kolam kami dan ternyata dapat mengambang dengan sempurna. Perfect, begitu pikir saya.  Senang rasanya bisa berinteraksi dengan anak, dan bisa mempersembahkan yang terbaik buat mereka... Itu pikir saya. Pada saat yang bersamaan, Putri saya yang tadi asik bermain dengan rangka kapal bersama adiknya ternyata juga menciptakan "Kapal Pesiar Tandingan".  Memang sih, saya pun mencermati pada saat mereka mengerjakannya. Tetapi saya pikir tadinya mereka hanya main main saja. Putri saya tidak mau mengganggu saya dengan kesibukan, dan juga memberikan kesibukan kepada adik adiknya supaya mereka bisa ikut bermain juga dalam projek sekolahan ini. [caption id="attachment_208100" align="aligncenter" width="640" caption="Kapal Pesiar Tandingan,hasil karya anak - foto dokumen pribadi"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H