Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saat Kedua Kapal Pesiar Bersanding

22 Agustus 2012   00:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:28 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal Pesiar memang menyenangkan.  Sebatas mata memandang, hamparan laut yang berwarna biru, ombak dan langit. Berkunjung dari satu tempat ke tempat yang lain. Saya tidak akan berbicara mengenai kapal pesiar yang asli, melainkan hanya kapal pesiar buatan dan pelajaran yang bisa saya petik dari sana. Belum lama ini anak saya mendapat school project dari sekolahan. Dulu sih jaman saya namanya prakarya, entah kenapa sekarang sekolah lebih suka agak ke-enggres enggres-an menyebutkan sesuatu.  Bahkan, yang namanya Ibu Guru dan Bapak Guru saja sampai tidak ada, yang ada hanya Miss atau Mr. Somebody. Ini cukup bikin senyum kalau ketemu dengan Beliau Beliau ini. Kembali ke prakarya tadi. Sekolahan meminta kepada siswanya untuk mengumpulkan sebuah karya yang memang wajib dibantu orang tuanya.  Terserah, mau menciptakan apa saja,hanya diberi arahan beberapa pilihan tema supaya tidak terlalu bingung untuk murid kelas 1 Sekolah Dasar. Ada tema transportasi, interaksi masyarakat, olahraga dan lain sebagainya. Waktu yang diberikan kepada mereka cukup lama, sekitar 1 bulan. Entah kenapa, putri kami memilih tema transportasi dan bahkan sudah menyebutkan bahwa ia ingin membuat sebuah kapal pesiar.  Alasan dia, dengan kapal pesiar dia ingin keliling melihat dunia. Kenapa wajib dibantu oleh orang tua? Karena sekolah sendiri rupanya cukup faham. Kesibukan orang tua jaman sekarang sangat meminimalisasi interaksi antara orang tua dengan anaknya, dan ini layak untuk diapresiasi.  Awalnya, karena kesibukan di pekerjaan, putri saya yang merengek untuk segera memulai projek tersebut 'sedikit' saya abaikan. Nanti dulu, besok dulu dan penundaan penundaan, sampai tiba pada satu minggu sebelum projek. Didorong oleh perasaan bersalah terhadap si anak dan keinginan untuk memberikan yang terbaik, projek pun kami mulai. Membeli bahan bahan dan berdiskusi mengenai seperti apa  kapal pesiar yang ingin kami kerjakan. Dan akhirnya, kami pun memulainya. Awalnya memang team work sih... Lama lama kok malah saya yang jadi terlalu konsen membuatnya? Bahkan setelah sempat membuat 'rangka' kapal pesiar yang salah, saya pun segera membuat rangka yang baru.  Bahkan sampai dengan urusan yang terlalu mendetil, semua menurut saya adalah untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada si anak.  Putri saya hanya sedikit sekali membantu disitu, seperti sedikit mengelem dan menggunting. 80 % bisa dibilang adalah hasil karya saya sendiri. Karena tidak ingin mengganggu saya yang 'keasyikan' , akhirnya putri saya bersama adiknya malah sibuk bermain main dengan rangka kapal yang salah tadi. [caption id="attachment_208099" align="aligncenter" width="640" caption="kapal pesiar yang sudah jadi *foto dokumen pribadi"][/caption] Selesai sudah "Kapal Pesiar " yang 'kami' buat tadi. Cukup bangga dan senang, karena baru sekali ini membuat maket model kapal atau maket apapun.  Di tes di kolam kami dan ternyata dapat mengambang dengan sempurna. Perfect, begitu pikir saya.  Senang rasanya bisa berinteraksi dengan anak, dan bisa mempersembahkan yang terbaik buat mereka... Itu pikir saya. Pada saat yang bersamaan, Putri saya yang tadi asik bermain dengan rangka kapal bersama adiknya ternyata juga menciptakan "Kapal Pesiar Tandingan".  Memang sih, saya pun mencermati pada saat mereka mengerjakannya. Tetapi saya pikir tadinya mereka hanya main main saja. Putri saya tidak mau mengganggu saya dengan kesibukan, dan juga memberikan kesibukan kepada adik adiknya supaya mereka bisa ikut bermain juga dalam projek sekolahan ini. [caption id="attachment_208100" align="aligncenter" width="640" caption="Kapal Pesiar Tandingan,hasil karya anak - foto dokumen pribadi"]

13455952131181892647
13455952131181892647
[/caption] Memang, saya ikut membantu mereka disini. Tapi bisa dibilang bahwa hasil karya saya di Kapal Pesiar tandingan tadi hanya sekitar 20%. Itupun bicara maksimal, ya? Selebihnya, benar benar mereka sendiri yang membuatnya.  Asik dengan cat poster, gunting, styrofoam , kertas minyak dan yang lainnya. Benar benar bisa dibilang hasil karya dan imajinasi mereka sendiri. Bahkan, saya dibuat malu disana. Di Kapal Pesiar mereka, ada Masjidnya. Di tempat saya, jujur saja saya malah tidak berpikiran sampai disana. [caption id="attachment_208101" align="aligncenter" width="640" caption="Masjid Besar di Ujung Kapal Pesiar - foto dokumen pribadi"]
13455955211912807976
13455955211912807976
[/caption] Jujur, ada perasaan kembali bersalah disini. Projek yang seharusnya menjadi sebuah kebersamaan kami, ternyata harus kalah dengan ambisi pribadi. Meskipun ambisi tersebut adalah memberikan yang terbaik untuk sang anak,  tetapi bukan itu tujuannya kan? Kadang, orang tua hanya bisa berpikir dari kacamata mereka, tanpa bisa mengerti  apa yang dilihat dari sisi si anak sendiri. Selama ini, orang tua seringkali berpikir bahwa apa yang terbaik yang dilihat mereka sudah pasti yang terbaik untuk si anak. Dan juga, orang tua merasa bahwa mereka sudah menjadi orang tua yang terbaik untuk si anak. Padahal, belum tentu juga keadaannya seperti itu. [caption id="attachment_208102" align="aligncenter" width="640" caption="Kapal Pesiar Bapak VS Kapal Pesiar Anak - Foto dokumen pribadi"]
1345596489436540535
1345596489436540535
[/caption] Pelajaran berikutnya yang saya bisa ambil dari malaikat malaikat kecil saya adalah sebuah karya yang orisinal dan kejujuran. 'Bantuan' yang saya berikan pada saat projek tersebut sudah salah kaprah. Keikutsertaan saya disana bukan sekedar partisipasi lagi, karena bisa dibilang hasil karya Kapal Pesiar yang pertama memang bukan hasil karya mereka. Sebaliknya, di Kapal Pesiar Tandingan, terdapat kemurnian ide mereka. Sebuah proses belajar. Unsur kesenangan. Pendidikan.  Dan malah detil detil yang terlewatkan nyatanya bisa terwakilkan disana. Dan apresiasi atas sebuah hasil karya, bagi saya pribadi adalah prosesnya dan keaslian ide dan hasil tersebut disini. Disini saya harus belajar banyak dari mereka. Saat seseorang bisa mengapresiasi dan menikmati sebuah proses, apapun hasil akhirnya, maka mereka akan dapat menghargai hasil karya orang lain seutuhnya. Skor pelajaran yang didapat :   Anak 1 : Bapak : 0. Menang telak, tanpa basa basi. Saat terakhir hari pengumpulan hasil karya pun tiba. Bisa ditebak Kapal Pesiar yang mana yang berlayar dengan megah ke sekolahan mereka?
1345596628175156806
1345596628175156806
Buat yang bisa menghargai sebuah proses dan hasil karya yang orisinal dan interaksi yang menyenangkan di dunia fotografi, yuk gabung disini : https://www.facebook.com/groups/kampretsklik/ Untuk  tautan di Kompasiana sendiri, bisa masuk ke tautan di bawah ini : http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/08/20/breaking-news-becak-melbourne-plagiat/ http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/07/14/weekly-photo-challenge-apresiasi-foto/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun