Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selibat, Selingkuh, Selira

13 Agustus 2012   12:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:51 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bener bener manusia.

Urusan imin dikait kaitkan dengan iman.  Itu saja yang dibahas, padahal iman lebih general sifatnya. Gak melulu ngurusin si imin saja.

Mungkin karena takdirnya diciptakan berpasang pasangan, jadi urusan berpasangan atau tidak, atau berpasangan dan nambah pasangan menjadi pembahasan yang 'nampaknya' menarik untuk dibahas.

Padahal gak menarik menarik banget lah, orang dari dulu sampai sekarang sudah dilakukan kok.

Selibat adalah saat seseorang memilih untuk tidak menikah. Bukan karena tidak punya selira atau rasa cinta,lho.  Bukan karena dulunya kuper dan gak gaul sama sekali yang menyebabkan orang memilih jalan yang tampak sepi ini.  Selibat melibatkan selira yang tinggi.  Selira kepada sang Pencipta.  Tentang sebuah dedikasi. Kaum rohaniwan lah yang mampu melakukan ini.  Berbagai agama dan latar belakang pun ada.

Dan selira kepada Tuhan lah yang menciptakan keadaan ini. Hanya kepada yang bisa, not recommended kepada yang tidak.

Selira, atau rasa cinta, ini lebih general atau umum. Semua bisa melakukannya. Dari para kaum yang melakukan Selibatpun punya rasa selira ini.  Ada pula yang mengikuti petunjuk untuk menjalankan apa yang sudah disunnahkan. Menikah, merupakan salah satu dari bentuk perwujudan selira juga.

Selingkuh? Ini perwujudan selira yang kebanyakan dan tidak dianjurkan.  Selira yang galau, dan sayangnya, menjadi sesuatu yang tampaknya 'gaul'.  Udahannya galau galau-an dan jarang yang berujung baik.   Apalagi muhson, atau sudah pernah/sedang menikah pelaku perselingkuhannya.  Itu dosa besar.

Bagaimana kalau seorang rohaniwan yang melakukan selibat kemudian ternyata mencintai seseorang dan pada akhirnya memilih untuk menikah? Apakah itu masuk kategori selingkuh terhadap Nya?   Ya enggak tau juga, tanya aja pada yang sudah atau sedang selibat, karena penulis sendiri memilih menjalankan yang sunnah saja.

Terus bagaimana dengan poligami sendiri? Sudah banyak yang membahasnya.  Sudah dicontohkan dengan cara yang elegan, tinggal hati saja yang bisa memaknainya. Penulis pernah memikirkan arti kata selingkuh secara mendalam, poligami secara mendalam, semua gara gara kata selira. Yang belum pernah terpikir cuma selibat.

Sekelebatpun tak pernah.  Beneran.

Ngurusin imin sendiri aja dulu deh, gak usah ngebahas iminnya orang.   Bahas imin orang lain itu menjijikkan... Beneran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun