Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mau Ribut? Bikin Akun Kloningan Saja!

1 Juli 2012   03:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak rekan Kompasianer yang  mengeluhkan tindakan 'hukuman pancung' Admin atas akun beberapa rekan Kompasianer disini. Banyak rekan yang akunnya diberhentikan dengan hormat oleh Admin, atas dasar laporan dari Kompasianer yang lain ( ini yang kebanyakan) dan juga kebijakan Admin sendiri apabila dipertimbangkan akun tersebut sudah cukup pasal terkena hukuman pancung tanpa adanya proses peradilan terlebih dahulu.

Aturan main yang dibuat simpel, fair and square. Dan ditilik dari Terms and Condition yang telah tertera, hal itu sah saja.

Berantem itu hal yang biasa. Setidaknya itu menurut saya pribadi. Saat dua kepala berbeda pemikiran beradu, timbul perbedaan pendapat. Ada yang bisa menyikapi dengan baik perbedaan tersebut sehingga mencari titik temu, ada yang tetap keras mempertahankan argumen namun tetap santun dan ada juga yang berdebat sampai kata kata berbau intimidasi atau kebun binatang eksotik pun mengalir.  Bahkan, tak jarang banyak yang mengajak ketemuan untuk 'menyelesaikan permasalahan'  secara jantan ( ataupun betina) . Semua tergantung dari pribadi masing masing.

Yang jadi masalah di Kompasiana ini adalah saat akun dibekukan.

Sebetulnya ada solusi yang gampang buat para penggemar adu jotos argumen ini. Bikin saja akun kloningan. Bukan akun kloningan yang licik dan kotor dibuat hanya untuk tujuan 'menjatuhkan' tanpa mau mengakui siapa akun resmi yang  sebenernya. Itu sudah biasa. Disini kita sudah punya sebutan untuk kloningan jenis ini

Dan jangan salah juga, akun resmi disini juga bukan berarti  harus akun yang 'terverifikasi' atau jelas siapa asal usulnya. Akun resmi adalah akun yang 'nyaman' anda pakai saat ini. Tak jadi masalah siapa anda sebenarnya.  Itu dulu saja definisinya.

Akun kloningan yang ini sedikit beda. Dia memang sejatinya dirancang untuk berantem. Sengaja diset untuk ranah diskusi yang sudah diluar kewajaran. Untuk wajar dan tidak seperti apa, ya kembali ke pribadi masing masing deh, ranah batasan itu seperti apa. Yang jelas rambu etika kan sudah ada toh ?

Akun kloningan yang ini, memang di disain untuk 'lepas sarung tinju'.  Bagi penggemar olahraga tinju, selayaknya tau bahwa lepas sarung tinju itu lebih lethal. Tanpa sarung berarti lebih keras. Lebih pure, lebih berbahaya dan bisa mematikan. Segala unek unek, sumpah serapah yang dirasa perlu dilontarkan disalurkan melakui si akun kloningan tersebut.  Sementara akun asli, hanya dipakai untuk argumen 'light weight' atau lebih beradab.

Yang membedakan dengan akun kloningan lain yang 'kurang bertanggung jawab', para penggemar diskusi model baku hantam disini wajib mengakui bahwa akun kloningan tersebut adalah akun dirinya yang memang di rancang spesifik untuk adu argumen kasaran itu. Itu baru mantap. Jangan hanya bersembunyi dibalik akun kloningan karena tidak berani menunjukkan wajah aslinya.

Saat ada yang menyerang, giring mereka keluar arena, tinggalkan diskusi sehat yang sedang terjadi sebelumnya dan hadapi rival di akun lain dengan tema yang khusus untuk duel tersebut.

Akun resmi masih bersih, bebas dari sumpah serapah dan segala hal yang bisa mengakibatkan di pancungnya akun resmi tersebut, dan tujuan 'berbaku hantam' tadi masih bisa dicapai.

Mau di banned admin ya monggo monggo saja. Mau didepak, tinggal bikin baru lagi.  Yang jelas, akun resmi tetap terjaga. Sehingga tak perlu lagi adanya protes ke admin atau yang lain karena pemancungan akun resmi tadi.

Tak perlu lagi mempertanyakan kebijakan admin, terkait adanya lapor melapor atau yang lainnya. Tak perlu mempertanyakan si pelapor, atau juga mogok nulis.

Rugi sendiri kalau ngambek hanya hal hal seperti ini. Teruskan karyanya. Sikapi semua dengan baik, tutup kasus dan terus jalan. Kata orang Jawa Koek, "Life Goes On".

Idealnya, memang sudah sewajarnya kita mentaati rambu rambu. Bukan karena alasan takut ditilang, tapi memang karena unsur kepantasan, etika dan keselamatan.  Jangan memakai helm atau sabuk pengaman karena takut ditilang. Pakai karena 'self awareness' memang sudah jalan.

Dan saat itu terjadi, maka buang artikel sampah  yang saya buat ini dan mari kita berkarya dan berinteraksi dengan baik di Kompasiana ini, dan tentunya juga di dunia yang lebih nyata.

Selamat Hari Minggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun