Gitu aja kok repot .
Istilah paten ala almarhum Kiai Haji Abdurrahman Addakhil  atau yang lebih akrab dengan sebutan Gus Dur sebagai sebuah bentuk perhormatan terhadap beliau ini emang unik.  Mantan Presiden Republik Indonesia ini seakan akan menawarkan sebuah exit route, atau jawaban atas pertanyaan hidup yang seakan akan pelik.  Perbedaan pandang, ketidak adilan , dan lain hal yang seakan rumit menjadi sontak lebur saat mendengar kata mantra gitu aja kok repot ini.
Pernyataan pernyataannya memang sarat filsafat. Kontroversial ditengah sebuah tradisi dan konservatisme yang telah berjalan lama. Â Gus Dur selalu "menantang" kita untuk berpikir lebih jauh dan belajar menerima sebuah perbedaan. Tak jarang statement yang dilontarkannya membuat dahi tertekuk dan berpikir apa maksud dibalik kata kata yang gak genah karepe ini. Â Anda bisa membencinya, menyukainya atau datar datar saja berada diantaranya.
Saat mengingat nama Gus Dur, kata yang selalu mengunci kepada beliau adalah kemajemukan. Â Konsisten menjadi seorang Guru yang mengajarkan benar benar apa arti perbedaan pendapat. Apa itu demokrasi. Anda boleh mengatakan membenci Gus Dur akan 'ajaran ajarannya', walaupun secara tak sadar saat pendapat itu saat ini terlontar bebas menghujatnya, itu adalah jasa Gus Dur juga dalam berusaha membangun komunikasi bernama demokrasi .
Etnis Cina di Indonesia. Mereka tak akan pernah lupa pada Gus Dur. Â Sebuah tradisi akan keyakinan yang pada akhirnya mendapatkan tempat . Sama dengan yang lainnya tanpa pengecualian. Â Bukan bermaksud membuka luka lama, namun Indonesia harus sadar bahwa catatan diskriminasi pernah menjadi bagian dari sejarah bangsa ini. Tanpa tahu pasti dimana letak kesalahan atau kekurangan diri, adalah mustahil seseorang atau sebuah bangsa akan besar dengan memperbaiki kesalahannya.
Gus Dur dan konsepnya - anda bisa menyukainya atau membencinya, namun harus setuju bahwa pendapat yang bisa dilontarkan dengan bebas saat ini salah satunya adalah karena 'jasanya' : sumber : kreavi.com
Gusdurian - sebutan atau terkadang apa yang seseorang sebutkan untuk memperkenalkan 'warna'nya. Sebagai seorang yang mengagumi pemikiran Gus Dur dan "mengikutinya". Mengikuti dengan baik, atau sekedar ingin menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang menghargai keberagaman. Menghargai perbedaan pendapat, sedikit mbambung, humoris  dan mengutamakan persamaan diatas kepentingan kelompok.
Seringkali, karena terlalu dalam dan sering menyebut dirinya sendiri sebagai seorang Gusdurian, seorang malah terjebak dengan sebuah pernyataan baik secara sadar maupun tidak bahwa yang tidak menghargai kebebasan pendapat atau berlaku konservatif terhadap sebuah keyakinan adalah salah.
Ironis bukan? Saat Gus Dur sendiri berusaha mengajarkan makna sebuah perbedaan, saat ada perbedaan pandang , termasuk didalamnya  tanpa terkecuali adalah sebuah pemikiran yang konservatif atau bahkan sangat berbeda sekalipun, cap "salah" langsung ditempelkan kepada orang yang melontarkan pendapat berbeda.
Tidak bisa menerima sebuah pendapat bahwa ada pendapat berbeda yang tidak  bisa menerima perbedaan.
Bingung dengan kalimat diatas? Â Coba secara perlahan lahan diresapi maknanya. Tidak perlu tergesa gesa, karena terkadang butuh menepis keraguan atau bahkan denial bahwasanya tak jarang diri sendiri ini sering melakukannya.