Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Politik Luar Negeri Indonesia -Australia di Bawah Jokowi. Akankah Berubah?

24 Oktober 2014   20:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:52 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1414131502899935427

Masih ingat dengan jelas.

Hubungan Luar Negeri antara Indonesia dan Australia yang "kadang hangat dan kadang dingin" ini dicederai secara signifikan dengan insiden wire tap alias ngupingnya mereka saat pemerintahan Presiden SBY yang lalu.  Australia yang tertangkap basah memata matai Indonesia terutama SBY, pun salah tingkah. Ucapan maaf secara offisial dari mereka tidak pernah didapatkan.

PM Tony Abbot tetap bersikeras bahwa "hal tersebut harus dilakukan demi keamanan Australia". Sebuah ucapan yang sesungguhnya mencederai hubungan baik dan kepercayaan dari seorang Presiden SBY, dimana saat itu Beliau selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan para negara tetangga.

Pada saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang lalu, PM Australia Tony Abbot tampak dalam kerumunan para pemimpin atau wakil dari negara negara yang hadir dalam acara tersebut.  Sesuatu yang menurut para pengamat di Sydney Morning Herald katakan aneh, karena sejatinya Tony Abbot "mengundang dirinya sendiri" ke acara tersebut. Bukanlah Indonesia yang getol mengundang dirinya, namun tim transisi Jokowi pun mempergunakan sebuah falsafah ala Indonesia : "Setiap tamu yang ingin rawuh ke Indonesia adalah tamu yang harus di sambut dengan baik dan penuh suka cita".

PM Tony Abbot dan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. (Sumber :Antara/Widodo S. Jusuf)

Dibawah tangan terbuka  yang ditunjukkan oleh Jokowi, Beliau pun mengirimkan sebuah pernyataan  yang ramah sekaligus warning yang cukup keras terkait dengan wilayah perbatasan laut Indonesia :

"Bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka untuk sebuah hubungan baik bilateral antara Indonesia dan Australia. Segi pendidikan, kultural dan ekonomi dan kerja sama dalam pertahanan dan keamanan di Laut Cina Selatan dan masing masing  pun diharapkan dapat meraih perkembangan yang cukup baik. Namun tidak akan mentolerir kapal kapal Angkatan Laut Australia lagi yang memasuki wilayah perairan Indonesia secara illegal terkait dengan kebijakan PM Tony Abbot tentang kapal kapal refugee yang memasuki wilayah perairan Australia.

Tony Abbot dikenal keras dengan kebijakannya untuk menolak para imigran gelap atau mereka yang mencari suaka politik dan masuk melalui perairan ke Australia. Itu adalah urusan dalam negeri Australia, dan kebijakan mereka. Namun tidak serta merta kapal kapal angkatan laut Australia yang bertugas 'menjaga dan menghalau' mereka kemudian dapat dengan bebas memasuki perairan Indonesia bukan?

Dan itu adalah sebuah pesan gamblang yang diberikan oleh Presiden Jokowi terhadap  Tony Abbot, melalui wawancara pertamanya dengan pihak Pers Australia. Lantas, apa pendapat Australia mengenai pesan tersebut dan pendapat sebagian besar dari mereka tentang seorang Joko Widodo sendiri, sebagai seorang Presiden Republik Indonesia yang baru  ?

Jokowi memang telah diuntungkan dengan berbagai pemberitaan pers asing yang gencar mengikuti perkembangan dirinya saat kampanye yang lalu, dan bahkan sebelumnya. Sebagian besar dari warga negara Australia cukup mengenal dirinya sebagai sebuah sosok yang sensible, humble dan reasonable. Dan mereka pun menyambut baik pernyataan tersebut dengan menyadari kekeliruan Australia didalam kasus memata matai keluarga Presiden SBY yang lalu sebagai suatu insiden yang memalukan, dan juga hubungan Australia - Indonesia yang tercederai akibat insiden ini.

Lebih jauh lagi, pernyataan terang benderang dari Jokowi sendiri dinilai bukan sebagai ancaman. Namun sebuah kejujuran dan suatu kebenaran atas sikap Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan Indonesia sebagai negara. Tak pantas bagi Australia untuk seenaknya sendiri memasuki wilayah perairan Indonesia tanpa ijin. Toh, mereka pun memberlakukan sebuah policy yang tak kalah kuatnya bukan?

Seperti halnya kita di Indonesia disini, mereka pun banyak belajar dari media tentang siapa Jokowi.  Harapan yang akan sebuah visi  hubungan baik antar kedua negara ada disana. Mereka tak perlu banyak belajar tentang Tony Abbot, karena tahu pasti sepak terjang dan kebijakan Perdana Menteri  Australia tersebut seringkali menciderai hubungan Australia dengan negara lain.

Tidak hanya dengan Indonesia saja, dan bahkan pernyataan Tony Abbot tentang Skotlandia pun jadi salah satu catatan.

"Please come to Indonesia". Sebuah video pesan personal berdurasi kurang dari 30 detik dari Jokowi pun memperlihatkan sebuah sikap yang bersahabat, terbuka dengan jabat erat  terhadap Australia.  Namun saat berbicara tentang kedaulatan ?

Ucapan Sugeng Rawuh dan senyum kami tulus adanya, Kangmas Matey.  Dan keris kami tetap terselip di belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun