Mohon tunggu...
didik haryadi
didik haryadi Mohon Tunggu... Freelancer - analisis statistik basket

Membahas tentang bolabasket melalui analisis statistik

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Upaya Aron Baynes untuk Bertahan di NBA

8 Januari 2020   08:20 Diperbarui: 8 Januari 2020   15:33 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aron Baynes (Foto: Ezra Shaw/Getty Images via brightsideofthesun.com)

Pada awal musim, Phoenix Suns menampilkan performa di luar prediksi banyak pengamat. Memasuki perjalanan ke pertengahan musim, performa Suns mulai mengalami penurunan.

Walau demikian, terdapat satu nama yang menampilkan performa terbaiknya sepanjang berkarir di NBA, yaitu rekrutan terbaru Suns, Aron Baynes.

Sebelum berlaga di NBA, Baynes sempat berlaga di liga eropa selama empat musim di empat Negara yang berbeda. Pada Januari 2013, ia baru bergabung dengan salah satu tim legendaris, San Antonio Spurs.

Pada musim keduanya, Baynes langsung menjadi bagian tim Spurs yang meraih gelar juara NBA. Namun, ia menampilkan performa yang tidak istimewa. Pemain asal Australia itu memiliki rata-rata 3 poin dan 2,7 rebound.

Setelah bermain selama  3 musim di Spurs, Baynes bergabung dengan Detroit Pistons. Peran Baynes di Pistons masih kalah dengan mesin doble-doble Pistons, Andre Drummond. Selama 2 musim di Pistons, Baynes memiliki rata-rata 5,6 poin dan 4,6 rebound. Performa Baynes meningkat jika dibanding 3 musim di Spurs.

Pada musim 2017-18, Baynes bergabung dengan tim ketiganya di NBA, Boston Celtics. Di musim pertamanya di Celtics, Baynes menjadi senjata bagi pelatih Celtics, Brad Stevens. Ia bersama Al- Horford, Irving, Brown, dan Tatum menjadi line-up terbaik yang dimiliki Celtics.

Mereka berlima memiliki rata-rata 20,3 poin, 8,8 rebound, dan 4,7 asis. Selain itu, Baynes merupakan pemain yang memiliki total bermain tertinggi musim regular di Celtics, yaitu 81 laga dengan rata-rata bermain selama 18,3 menit.

Peran Baynes dalam hal serangan sangat terbatas. Ia menjadi opsi terakhir serangan Celtics. Terbatasnya area serangan menjadi sebab Baynes menjadi opsi terakhir serangan Celtics.

Baynes, memiliki karateristik SPP, banyak bermain di area 5 kaki. Ironisnya, efektivitas tembakan yang dimiliki dibawah rata-rata liga dengan 51 persen dari total 243 upaya tembakan.

Kontribusi yang diberikan Baynes dalam hal bertahan. Pemain 33 tahun itu memiliki kemasukkan 0,9 angka pada setiap penguasaan lawan. Baynes merupakan andalan Celtics dalam meraih defensive rebound. Ia berhasil meraih 19,6 persen defensive rebound dari setiap tembakanlawan yang tidak masuk, tertinggi diantara pemain Celtics.

Baynes banyak berhadapan dengan lawan di posisi forwarda atau senter, seperti Dwight Howard, Joel Embid, Brook Lopez, dan Enes Kanter menjad. 3 nama pertama berhasil dihentikan Baynes.

Mereka bertiga memiliki efektivitas tembakan dibawah 50 persen dari rata-rata 7,1 upaya tembakan. Enes Kanter menjadi lawan yang sulit ditaklukkan oleh Baynes. Kanter memiliki efektivitas tembakan 62,5 persen dari rata-rata 5,3 upaya tembakan.

Kejeniusan Brad Stevens terlihat dalam memaksimalkan potensi Baynes. Stevens ternyata perlahan-lahan merubah karateristik Baynes dari SPP menjadi 3PP. Walau demikian, hasilnya belum terlihat maksimal, bahkan berdampak terhadap menurunnya eFG% dari 51,3 persen menjadi 47,4 persen.

Shot chart Aron. Sumber: NBA.com/Stats
Shot chart Aron. Sumber: NBA.com/Stats
Baynes 2017-18 dan 2018-19

Pada musim terakhirnya di Celtics, perubahan dari SPP menjadi 3PP mulai terlihat hasilnya. Baynes lebih banyak melepaskan tembakan tiga angka. Ia rata-rata melepaskan 1,2 upaya tembakan tiga angka, tertinggi dibanding 6 musim sebelumnya, dengan persentase keberhasilan 34,4 persen.

Meningkatnya upaya tembakan tiga angka berdampak pada berkurangnya distribusi tembakan pada area perimeter dan area dekat. Pada area perimeter, Baynes memiliki 4 persen upaya tembakan, menurun 13 persen dibanding musim sebelumnya dengan persentase keberhasilan 25 persen.

Sedangkan pada area dekat, distribusi tembakan menurun dari 24 persen menjadi 9 persen dengan persentase keberhasilan 57 persen, meningkat 12 persen.

Sementaraitu, pada area 5 kaki, distribusi upaya tembakan meningkat 6 persen didukung dengan efektivitas tembakan yang meningkat 2 persen. Meningkatnya efektivitas tembakan, terutama pada area tiga angka, berdampak pada meningkatnya eFG% Baynes sebesar 4,4 persen.

Disinilah hasil perubahan karateristik mulai terlihat karena kenaikan performa eFG% lebih tinggi dibanding dengan penurunan saat merubah karateristik Baynes dari SPP menjadi 3PP.

Pada musim 2019-20, Celtics mengirim Baynes ke Phoenix Suns sebagai paket pertukaran untuk mendapatkan hak draft pada tahun 2020. Perubahan karateristik yang dilakukan Stevens terhadap Baynes justru dinikmati oleh Suns. Baynes semakin impresif dalam memainkan peran 3PP. 

Shot Statschart Baynes 2019-20. Sumber: NBA.com/Stats
Shot Statschart Baynes 2019-20. Sumber: NBA.com/Stats
Baynes kembali meningkatkan upaya tembakan tiga angka didukung dengan meningkatnya efektivitas tembakan tiga angka. Area atas yang pada musim sebelumnya, memiliki upaya tembakan tertinggi, namun menghasilkan efektivitas tembakan yang rendah berhasil ditingkatkan di musim ini.

2 November 2019, waktu setempat, Grizzlies menjadi korban perubahan karateristik Baynes. Tim asal Memphis itu kemasukkan 20 poin melalui aksi Baynes, dimana 60% produktivitas angka berasal dari tembakan tiga angka area atas dengan efektivitas tembakan 66 persen.



Ricky Rubio atau Devin Booker membuat performa Baynes menjadi lebih optimal. Mereka berdua Bersama Baynes dapat memainkan skema pick and pop. Ketika Rubio atau Booker dapat menarik 2 atau tiga pemain setelah melakukan pick selanjutnya Baynes tinggal menunggu di luar garis tiga angka untuk bersiap menarik pelatuk.

Dengan efektivitas tembakan Baynes diatas 30 persen maka akan membuat pemain yang menjaga skema pick and pop akan bingung untuk mengambil keputusan. 


Ketika skema pick and pop dapat dicegah oleh lawan, Rubio atau Booker bersama Baynes mengganti dengan skema pick and roll. Hal tersebut berdampak terhadap meningkatnya efektivitas tembakan di area yang seharusnya menjadi kekuasaan pemain posisi forwarda-senter, yaitu area 5 kaki. 

Selain itu, Baynes juga selalu bersiap untuk melakukan put-backs setelah pemain Suns melakukan upaya tembakan.

Perubahan yang mau dilakukan oleh Baynes ketika di Celtics menjadi sangat berguna bagi perkembangan performa di Suns. Upayanya untuk berubah berdampak pada karirnya yang masih bertahan di NBA. Untuk sementara Baynes menampilkan performa yang terbaik selama berkarir di NBA.

Perjalanan Baynes di musim ini, masih panjang. Ketika bintang masa depan Suns, Deandre Ayton, kembali, akan menjadi sangat seru melihat kedua pemain ini saling membantu untuk mengangkat performa Suns ditengah kerasnya persaingan wilayah barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun