Mohon tunggu...
Mohammad Basit
Mohammad Basit Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Keperawatan Program Studi sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Dosen Jurusan Keperawatan Program Studi sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Sari Mulia Banjarmasin

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengontrolan Diet pada Lansia dengan Hipertensi

13 Agustus 2021   09:30 Diperbarui: 13 Agustus 2021   09:41 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyakit hipertensi merupakan masalah yang perlu penanganan serius, apabila tidak di cegah sedini mungkin akan menjadi ancaman. Untuk mencegah komplikasi tersebut maka factor penyebab terjadi tekanan darah harus dicegah seperti pengaturan pola makan, gaya hidup benar, hindari merokok, konsumsi kopi, dan alcohol (Andria, 2013). Di Indonesia jumlah kasus hipertensi cukup memperhatinkan yaitu mencapai 34,1% dan pravalensi tertinggi adalah Kalimantan selatan mencapai 44,1% (Kemenkes, 2018).

Hipertensi dapat terjadi diberbagai usia, namun angka kejadian terbanyak adalah usia 35 tahun keatas, ironisnya di usia tersebut apabila tidak diiringi dengan olah raga yang terarur maka resiko terkena tekanan darah tinggi, hipertensi yang tidak di ketahui dan tidak dirawat maka akan menyebabkan kematian (Kemenkes RI, 2015).

Desa simpang limau, kelurahan Sungai Lulut, Kota Banjarmasin angka penyakit hipertensi cukup tinggi, dan penderita rata-rata adalah lansia, dengan jenis hipertensi primer (83,3%), lansia perempuan lebih dominan (70%). Hasil pengkajian terhadap 30 orang lansia di dapatkan seluruh lansia (100%) yang menderita hipertensi memiliki perilaku yang keliru terkait menjalani hidup sehat di hari tua. Misalnya saja lansia tidak mampu mengontrol makanan yang di konsumsinya, masih banyak lansia mengkonsumsi makanan tinggi kadar garam dan jarang mengontrol tekanan darah setiap bulan. Setelah di kaji lebih dalam ternyata seluruh lansia (100%) tersebut memiliki pengetahuan yang rendah terhadap bagaimana cara mengontrol tekanan darah di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan masalah diatas ini maka tim berupa memecahkan masalah dengan memberi solusi yaitu merubah perilaku lansia melalui manajemen perilaku lansia yang dilaksanakan selama 2 minggu. Manajemen perilaku ini adalah dengan melibatkan keluarga terhadap pengontrolan diet hipertensi dalam pembatasan konsumsi makanan yang tinggi kadar garam serta membatasi asupan kalori jika berat badan meningkat, untuk berhasilnya program tersebut juga perlu adanya peran dari perawat untuk melakukan promosi kesehatan terhadap keluarga dalam pengontrolan diet pada lansia yang mengalami hipertensi di Desa Simpang Limau Kelurahan Sei Lulut. Terapi nutrisi dengan managemen diet pada hipertensi merupakan salah satu solusi yang bisa gunakan (Yan et al, 2018).

Metode pemecahan masalah yang digunakan pada kegiatan kali ini adalah dengan :

  • Penyuluhan Kesehatan dengan metode ceramah
  • Pengontrolan Perilaku lansia menggunkan lembar wawancara 
  • Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan selama dua minggu dan tujuh kali kunjungan.  
  • Kunjungan pertama dimulai dari memberikan lembar persetujuan kepada responden dan melakukan pengumpulan data yang diawali dengan pengukuran tekanan darah (pre pengontrolan diet), kunjungan kedua memberikan pendidikan kesehatan kepada responden tentang diet hipertensi, kunjungan ketiga,  kunjungan keempat, kelima dan keenam melakukan pengontrolan kepatuhan diet terhadap responden setiap harinya yang dibantu anggota keluarga dengan menggunakan lembar observasi diet hipertensi, kunjungan ketujuh melakukan pengukuran tekanan darah kembali (post pengontrolan diet) sekaligus dilakukan pengontrolan kepatuhan diet dan mengevaluasi tingkat kepatuhan responden lansia

Hasil kegiatan dalam upaya awal meningkatkan pengetahuan 30 orang lansia yaitu dengan kegiatan penyuluhan didapatkan 70 % lansia (21 orang) terjadi peningkatan pengetahuan yang lebih baik (lihat gambar 4). Hal ini di karenakan kemampuan lansia dalam memahami informasi sangat tergantung dari kemampuan lansia itu sendiri. Dimana salah satu yang mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi dan tingkat retensi pengetahuan adalah umur. Karena umur lansia kisaran 45-60 tahun lebih efektif diberikan penyuluhan di bandingkan usia 61-75 tahun (Widianingrum & A. Hema, 2013).

Diet rendah  natrium  menyebabkan konsentrasi natrium dalam cairan diluar sel akan menurun sehingga mengurangi cairan dalam sel dan membuat volume darah dalam sistem sirkulasi menurun. Hal ini menyebabkan kerja jantung stabil untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Apriadji, 2007).

Dalam pengontrolan diet pada hipertensi melibatkan anggota keluarga dalam memberikan pengawasan kesehatan, dan merupakan tugas anggota keluarga dalam mengenal masalah kesehatan anggota keluarga, mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, mampu memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, serta mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bagi keluarga agar program yang dilaksanakan berjalan dengan baik sehingga akan mempunyai pengaruh yang signifikan pada prilaku lansia(Suprajitno, 2012).

Menurut Fatmi, et al (2017) bahwa persepsi tentang manfaat mengatur diet hipertensi memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan diet hipertensi. Penderita hipertensi merasakan manfaat dari mengatur diet hipertensi, sehingga merekasangat patuh melakukan diet sesuai anjuran bagi penderita hipertensi. Hal ini juga berartibahwa semakin bagus manfaat yang dipersepsikan maka akan semakin baik pula perilakukepatuhan yang diterapkan pasien. Kepatuhan penderita hipertensi dalam menjalankan diet hipertensi seperti diet rendah garam dapat mencegah timbulnya penyakit hipertensi. Hasil kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku berkaitan dengan kebiasaan yang dapat menghasilkan suatu yang bersifat positif maupun negatif serta pengetahuan dan sikap mempengaruhi penderita hipertensi berperilaku/bertindak patuh tidaknya terhadap diet hipertensi.(Mardiyati, 2009).

Selain dengan pengontrolan diet melibatkan keluarga penderita hipertensi juga perlu untuk diberikan promosi kesehatan tentang hipertensi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya penyakit hipertensi. Promosi kesehatan akan menggugah kesadaran masyarakat tentang penyakit hipertensi yang selama ini mereka derita. Pemberian promosi kesehatan tersebut ditunjukan kepada masyarakat agar mengetahui pencegahan dan pengobatan hipertensi agar tidak memperparah hipertensinya dan mencegah komplikasi berbahaya dari hipertensi seperti Jantung Koroner dan Stroke.

Adapun fakor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada responden contohnya konsumsi obat, asupan makanan dan aktivitas. Konsumsi obat antihipertensi seperti diuretik, penyakit beta, penghambat enzim konversi angiontensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB) dan angiotensin kalsium merupakan obat yang biasa digunakan. Untuk mencapai tekanan darah yang diinginkan, biasanya penderita hipertensi diberikan satu atau lebih obat anthipertensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun