Mohon tunggu...
Basis Kata
Basis Kata Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Tetaplah membumi dengan tulisan yang melangit"

Sebuah persepsi kiranya akan mati dan tak berguna jika tidak diabadikan maupun dibagikan ke sesama makhluk hidup. Maka dari itu melalui setiap tulisan, sejatinya persepsi itu akan terus abadi pun demikian dengan penulisnya. Menulislah agar kau tetap terus ada🌹 Tentang makhluk yang ingin abadi dalam tulisannya. Bernama lengkap Syahrul Gunawan lahir di Bontang, 10 Maret 1999. Beralamat di Ralla, Kab. Barru dan saat ini berdomisili di Jl. Andi Djemma, Lr. 5C, Kota Makassar. Menempuh pendidikan di SDI Kompleks Ralla (2005-2011), SMPN 1 Tanete Riaja (2011-2014), SMAN 5 Barru (2014-2017), S1 Manajemen FEB UNM (2017-2022).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tak Kenal Maka Tak Dibaca

11 Maret 2021   22:39 Diperbarui: 12 Maret 2021   10:18 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senada dengan judulnya, isi tulisan inipun tidak jauh-jauh dari seonggok huruf-huruf yang saling padu dalam sebuah harmonisasi yang kelak menciptakan sebuah kata kemudian menjadi kalimat-kalimat dan nantinya menjadi paragraf demi paragraf yang biasa-biasa saja seperti penulisnya dan jadilah sebuah tulisan yang dimaksudkan untuk aku, kamu, dia, kita dan mereka saling berkenalan lewat tulisan nihil guna ini.

Langsung saja tanpa membuang waktu lagi demi sebuah rasa penasaran akan seperti apa kah bentuknya cinta, eh maksudnya seperti apa blog ini, apa tujuan dan apa yang mendasari lahirnya BasisKata59 ini. Sebenarnya jika diperkenankan untuk bercerita sedikit, hal pertama yang jadi pondasi lahirnya tidak lain dan tidak bukan ialah bentuk ekspresi kekosongan saja. Awal kisah dunia ini sedang gundah gulana menghadapi sebuah pandemi. Makhluk yang dominan bermukim di bumi yang biasa disebut manusia sedang diteror oleh makhluk yang tak kasat mata yang bernama Covid-19 (Corona Virus Disease) atau virus corona. Virus Corona menurut wikipedia adalah penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Lantaran penyebarannya yang begitu cepat mengakibatkan kepanikan di semua elemen masyarakat sehingga pemerintah menerapkan kebijakan untuk tetap berada #DiRumahAja. Ini menjadikan segala aktifitas kita yang dulunya bekerja, belajar dan sebagainya dialihkan di rumah saja. Namun di sini saya tidak akan berbicara panjang lebar seputar virus ini mungkin sebentar sore atau esok hari di lain perjumpaan. Dikarenakan kejenuhan selama berada di rumahlah saya mendapat ide untuk membuat blog ini agar setidaknya bisa seperti orang sibuk.

Selanjutnya pondasi lapis kedua ialah karena iseng juga sebenarnya ingin membuat sesuatu yang bisa mewadahi tulisan-tulisan saya heheh, setidaknya itu yang terlintas di benak saya. Sebab bukan karena lain hal seperti ingin mencari panggung atau semacamnya, sejenak merenung bahwasanya menulis dapat membuat kita abadi. Kata Pram "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Karena tulisanlah orang bisa dikenal dan karena tulisan merupakan bukti nyata manusia pernah hidup, setidaknya seperti itu mengapa saya hendak menulis segala buah pikir saya kiranya itu bisa dikenang dan diketahui khalayak umum. Namun tentunya kendala dalam menulis pasti ada, entah dari internal diri tau eksternal. Tapi percayalah akan satu hal "Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna" kembali mengutip kata Pram.

Apa yang paling sulit dalam menulis? Hemat saya yang paling sulit ialah memulai dan mengakhirinya. Mengapa demikian? Ketika hendak menulis pasti kita bingung dengan apa yang akan kita tulis nantinya, apa isinya, bagaimana merangkai kata-katanya, dan lain sebagainya. Akal kita seketika mandek dan tidak bisa berfungsi. Tentu itu akan semakin sulit jika kita tidak mencobanya bukan? Bagaimana kau bisa tau kalau gula itu manis jika kau belum mencobanya? Setidaknya seperti itu perumpamaannya. Lalu yang lebih sulit lagi ialah mengakhirinya, saya sendiri bingung kenapa saya mengatakan demikian heheh. Tapi seperti ini kawan, ketika kalian telah menikmati atau candu terhadap sesuatu apakah mudah untuk menghentikannya? Tentu tidak, bukan? Seperti halnya dalam menulis, ketika kita sudah mendapatkan sensasi dan mencapai klimaks dari menulis tentunya kita sulit untuk mengakhirinya karena ada rasa ketagihan dalam menulis, akal menjadi sahabat terbaik kita dalam menuangkan segala gagasan yang kita punyai. Seperti tulisan ini, rasanya saya tidak mau mengakhirinya dengan cepat. Tenang, belum saya akhiri, masih ada lanjutannya, mari dibaca lagi.

Kemudian pondasi pada lapisan ketiga, sebenarnya merupakan output dari ini semua, dengan adanya wadah ini kiranya mampu bermanfaat dan menggelitik otak kawan-kawan untuk membuat rangsangan agar menulis apapun itu. Wadah ini tentunya bisa kawan gunakan juga ketika ada tulisan yang ingin di publish dengan senang hati BasisKata59 yang sederhana ini akan memfasilitasi kawan-kawan. Begitulah tujuan dan alasan kenapa BasisKata59 lahir. Mengenai penamaan blog sendiri tidak ada filosofinya, hanya karena keren saja jika dinamai demikian, heheh. Masih dibaca sampai di sini ya kawan? Betah juga kalian membaca ini semua, lanjut mengenai perkenalan singkat kita ini yang kelak akan dirindukan dan dinanti untuk setiap unggahannya (Aamiin paling serius).

Kiranya perjumpaan ini menjadi benih-benih harapan yang nantinya menjadi buah sekaligus obat untuk mengatasi terkikisnya budaya literasi kita dewasa ini. Perlu diketahui bersama menurut data UNESCO pada 2016, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca. Minat baca Indonesia berada di peringkat 60, hanya satu tingkat di atas Botswana, salah satu negara di Afrika yang berada di peringkat 61. Apa yang salah di sini? Padahal jika dilihat realitanya masyarakat Indonesia cenderung suka membaca, ya membaca status di facebook, twitter, instagram dan media sosial lainnya yang sedikit banyak memang mempengaruhi pola pikirnya yang cenderung mudah termakan hoax. Di samping itu juga lebih banyak yang membaca chat dari pujaan hatinya yang jauh di mata dekat di handphone. Apa ini tidak terhitung ya oleh UNESCO, jika demikian berarti benar-benar ada yang keliru dari pola hidup masyarakat Indonesia. Jika kawan-kawan sepakat, tentunya kawan-kawan akan melakukan sesuatu hal bukan?

Sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia bukannya rendah, tapi di sisi daya bacanya yang rendah atau kurang. Hal ini bisa diakibatkan oleh pengaruh tulisan yang mereka baca, mungkin saja mereka kurang mengenal beragam tulisan yang dapat memikat hatinya agar terus-terusan membaca. Minat seseorang ini berbeda-beda untuk membaca, ada yang lebih tertarik untuk membaca novel, cerpen, komik, filsafat atau membaca pikiran orang lain, heheh. Dewasa ini kita sebenarnya telah difasilitasi dengan begitu lengkap oleh teknologi yang ada, kini membaca bukannya hanya terbatas dari buku saja, sekarang juga bisa membaca melalui smartphone kawan-kawan semisal e-book bisa juga melalui blog BasisKata59 yang nantinya doakan saja tetap konsisten melahirkan karya-karya yang layak kawan-kawan baca guna meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Mulia sekali cita-cita itu. Kemajuan teknologi tentunya juga menjadi pukulan telak bagi kita yang selama ini hanya menjadi objek bukan menjadi subjek dalam menyikapi pesatnya kemajuan zaman. Justru kita yang terperdaya dan terkesan dimanfaatkan oleh teknologi buatan kita sendiri. Sehingga tidak salah jika kita dicap generasi tunduk gadget. Tentu kawan-kawan tidak mau hal itu terjadi bukan? Maka dari itu, mulailah membaca, mulailah menulis apapun itu.

Barangkali demikian perkenalan kita kawan-kawan, guna menyikapi darurat literasi yang ada di Indonesia, semoga kita semua dapat berjumpa kembali di tulisan yang lain. Salam hangat dari sini #DiRumahAja. Kelak pertemuan ini akan menjadi saksi bisu bahwa saya, kamu, dia, kita dan mereka pernah saling menyapa melalui tulisan ini juga pernah hidup di muka bumi ini.

NB: Tulisan ini pertama saya muat di laman basiskata59.wordpress.com pada tanggal 15 April 2020. Dan saya post ulang sebagai perkenalan di media Kompasiana.com ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun