[caption caption="Ilustrasi, SMPN 3 Keruak menuai makna, foto: google"][/caption]Sepuluh tahun telah berlalu…………..
Malam itu selepas menunaikan sholat magrib, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku untuk pergi belajar mempersiapkan Ujian Nasional dengan teman-teman kelompokku. Aku menempuh perjalanan lebih kurang 1,5 km dari rumahku menuju lokasi tempat kami belajar.
Malam itu aku ayunkan kaki ini langkah-demi langkah tanpa ada lampu penerang jalan yang menyinari setiap langkahku hanya sesekali ditemani dengan suara jangkrik dan suara kelelawar yang lewat mengepakkan sayapnya.
Dengan berjalan kesendirian aku memberanikan diri melewati gelapnya lorong-lorong jalan yang di sampingnya ditumbuhi dengan semak belukar itu. Dalam perjalanan aku bisiki hati ini “Basir kamu harus tabah, harus berani melewati semua ini, ujian kali ini akan menjadi penentu untuk pendidikanmu ke depan”. Mendengar bisikan hati itu entah dari mana rasa takut berangsur-angsur hilang.
Tahun 2005 adalah tahun kedua diterapkannya ujian nasional dengan menggunakan Lembar jawaban Komputer (LJK). Empat bulan menjelang ujian guru-guruku sudah memprogramkan untuk memberikan lest tambahan dengan tujuan agar kami lebih siap dalam menghadapi ujian.
Untuk melihat kesiapan ujian, diadakanlah try out sebanyak empat kali oleh pemerintah kecamatan dua kali dan pihak sekolah sebanyak dua kali. Selama empat kali tryout ada sebagian saja dari kami yang berhasil menembus batas yang telah di tentukan, waktu itu standar rata-rata masih 3,00. Melihat hasil yang jauh panggang dari apinya maka salah satu upaya guruku waktu itu adalah harus ada lest tambahan di malam harinya.
Waktu yang tersisa satu bulan lagi aku membayangkan bagaimana keletihan yang dialami guru-guruku, Selama satu bulan terakhir mereka hanya pulang mandi dan menengok istri kemudian dia keluar lagi untuk membimbing dan mengajar kami. Melihat kegigihan mereka aku lalui lorong-lorong kegelapan tanpa ada rasa takut dan dalam hati ini berkata aku harus lulus dan tidak akan mengecewakan engkau guruku.
Berselang satu bulan, pengumuman kelulusan pun tiba perjuangan keras mereka sungguh membuahkan hasil. Keletihan yang mereka alami selama satu bulan terakhir terbayar dengan melihat hasil ujian Kami yang berada diatas nilai standar yang ditetapkan pemerntah.
Di sela-sela aku mengurus ijazah salah satu guruku menyuruhku beertemu diruangannya. Akupun segera menemuinya setiba dihadapannya dia berkata nanda kamu mau ngelanjutin kemana kalau bisa kamu coba masuk di SMAN 1 Selong ya!!!! Nilai kamu kan bagus pak guru yakin kamu bisa diterima disana. Akupun dengan kepala merunduk mengiykan apa yang menjadi harapannya dan akhirnya aku di terima di salah satu SMA yang terfaporit di kabupatenku.
Tiga tahun aku berlabuh menimba ilmu di SMA 1 Selong, ketika kelas tiga aku mencoba mendaptar kuliah lewat jalur undangan dan aku diterima di jurusan agribisnis. Namun karena orangtuaku dan guruku sewaktu aku duduk di SMP menyarankan agar jangan mengambil jurusan itu akhirnya tahun 2008 aku putuskan untuk masuk di salah satu kampus agama IAIN mataram dan mengambil jurusan Matematika.
Kini aku sedang berlabuh di IPB salah satu kampu pertanian terbaik negeriku, aku bisa sampai di IPB berkat dorogan kedua orang tuaku, guru-guruku, senior-seniorku, dosenku serta temen-temanku yang berada di Himpunan Mahasiswa islam.