Mohon tunggu...
Basir ArsySyams
Basir ArsySyams Mohon Tunggu... Lainnya - -

Semangatt

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Vaksin Covid-19

17 Juli 2021   13:00 Diperbarui: 17 Juli 2021   13:04 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila kamu terkena penyakit hal yang pertama kamu lakukan tentunya minum obat. Namun, apabila seluruh dunia sakit yang kita perlukan adalah vaksin. Ditengah pandemi COVID-19 yang tidak ada henti-hentinya, satu-satunya hal yang menjadi sumber harapan adalah diciptakannya sebuah vaksin. Namun, dengan hampir lebih dari 100 negara diseluruh dunia bekerja sama untuk meneliti dan mengembangkan vaksin.

Pettanyaan sesungguhnya, seberapa cepat vaksin tersebur dapat diciptakan. Untuk dapat mengetahui vaksin COVID-19 dapat diciptaoan ada pentingnya kita mengetahui proses pembuatan vaksin itu sendiri. Secara sederhana tahapan pengembangan vaksin dapat kita bagi menjadu 3 bagian, yaiu fase uji penelitian, fase pre klinis, dan fase uji klinis.

Fase penelitian adalah fase dimana peneliti akan mencari cara kerja virus dan bagaimana virus tersebut menyerang tubuh manusia. Pada fase ini binatang, seperti tikus dan monyet digunakan untuk mempelajari virus pada tingkat molekuler. Fase pre-klinis adalah fase dimana sejumlah vaksin akan digunakan pada binatang untuk menguji ke efektifannya. Fase ini penting untuk memastikan bahwa vaksin yang diciptakan tidak hanya efektif tetapi juga aman.

Sejak bulan Agustus WHO telah mencatat 165 vaksin covid-19 yang tengah menjalani fase pre-klinis ini. Setelah fase ini, dibagi lagi menjadi 3 bagian, yaitu uji coba fase 1, fase 2,dan fase 3. Uji coba fase 1, melihat reaksi sistem imun dan memastika keamanan vaksin untuk tubuh manusia. Uji coba fase 2 , melibatkan ribuan subjek uji coba dan mencoba memfokuskan dosis yang tepat dan jadwal imunisasi yang sesuai. Uji coba fase 3, melibatkan lebih dari 1000 subjek uji coba dan memfokuskan pada keamanan vaksin dan populasi yang besar untuk mengidentifukasu efek samping yang berat dan langka.

Setelah vaksin diciptakan, vaksin tersebut akan diberikan persetujuan oleh badan yang berwenang yaitu BPOM. Kemudian akan didistribusikan dalam skala besar. Dalam kondisi normal, sebuah vaksin memerlukan pengujian klinis yang sangat ketat dan biasanya memerlukan waktu yang sangat lama.

Bagaimana sebenarnya tubuh manusia melawan virus dan menciptakan kekebalan didalam diri seseorang. Ketika virus atau apapun yang bersifat asing memasuki tubuh manusia sistem imun kita akan menyerangnya. Namun, proses sistem imun menghabisi virus memerlukan waktu yang lama karena untuk mengalahkan infeksi , sistem imun kita harus mencari tahu cara melawannya terlebih dahulu. Sementara proses ini berlanjutnya virus akan terus menyebar dan berlipat ganda kemudian tubuh yang terinfeksi akan jatuh sakit.

Akhirnya, setelah sistem imun tubuh berhasil menghabisi virus sistem imun akan terus menerus mengingat cara untuk melawannya. Sehingga jika virus yang sama datang lagi , tubuh kita sudah siap menghadapinya. Jadi pada dasarnya bisa dikatakan cara kerja semua vaksin itu relatif sama, yaitu untuk memberi sistem imun tubuh kita. Strategi perlawanan virus tanpa harus melawan virusnya secara langsung. Meskipun demikian, cara menyampaikan strategi perlawanan nya tersebut berbeda-beda untuk tiap vaksin.

Di Indonesia sendiri vaksin Sinovac dan Astrazeneca paling banyak digunakan sampai saat ini. Vaksin Sinovac adalah vaksin buatan Cina yang menggunakan metode INACTIVATED VIRUS atau virus yang dinonaktifkan. Metode ini menggunakan virus COVID-19 yang sudah dibunuh, kemudian dimasukan ke dalam tubuh manusia. Walaupun non aktif tidak dapat menyebar, sistem imun tetap akan menanggapinya dan mempelajari cara melawannya. Namun, respon dari sisten imun mungkin saja tidak seampuh melawan virys yang masih hidup. Oleh karena itu, tipe vaksin seperti ini memerlukan beberapa dosis supaya efektif.

Vaksin Astrazeneca, yang menggunakan metode VIRAL VECTOR. Berbeda dengan metode INACTIVATED VIRUS. Metode ini menggunakan metode virus yang masih hidup, namun relatif lebih lemah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun