Pemimpin Ideal Dalam Konsep Politik Laozi Dan Konfusius
Â
1. PengantarÂ
Realitas yang dapat ditemukan dalam hidup ini salah satunya adalah pemimpin. Tidak dapat dipungkiri atau dibuang sosok seorang pemimpin. Bahkan dari bagian yang paling kecil, dan sederhana  yaitu diri sendiri hingga yang paling besar dan rumit yaitu negara memerlukan pemimpin. Karena itu untuk dapat memimpin walaupun hanya memimpin diri perlu belajar dan dilatih hingga pada akhirnya dapat menjadi memimpin yang ideal.
      Karena begitu penting untuk menjadi pemimpin yang ideal, pemimpin yang dapat memimpin diri sendiri maupun ornag lain dengan baik. Muncul para tokoh filsafat yang dalam pemikirannya juga mebuat menjadi pemimpin yang baik. Maka untuk mencari konsep menjadi pemimpin yang ideal penulis mengambil contoh dari beberapa tokoh filsuf timur. Filsuf timur itu adalah Laozi dan Konfusius.
2. Pemimpin Ideal Menurut:
a. Laozi
Laozi/ lau tzu merupakan seorang filsuf yang hidup pada Dinati Tang. Kehidupannya masih menjadi misteri. Pekerjaan Laozi adalah sebagai pustakawan arsip di istana raja Zhou dan dengan demikian mempunyai akses yang baik  ke naskah-naskah kuno. Salah satu karyanya adalah konsep tentang politik. Dalam konsep politiknya terdapat mencapai manusia sempurna sebagai pemimpin yang ideal. Konsep politiknya di pengaruhi tentang Tao.
Laozi mengungkapkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang ideal pelu kebijaksanaan. Kebijaksanaan ini diperoleh dari ajaran Tao. Tao mengajarkan manusia untuk mengikat, menciptakan, menggerakkan dan akhirnya melepaskan segala sesuatu[1]. Oleh karena itu untuk mencapai Tao perlu kehendak untuk mengendalikan diri atau keingin Yu dari ke egoisan diri. Karena ke egoisan ini lah yang akhirnya manusia menjadi labil. Bagi Laozi Manusia sempurna senantiasa mengetahui bagaimana mengendalikan jiwa labilnya(Yu). Dengan pengendalian diri ini akan membuat manusia dapat menjaga kesetabilan jiwa nya[2].Â
Â
Dari Tao menglirlah Wuwei yang dapat diartikan sebagai jwa yang bersih, pikiran yang tenang, tidak mengkritisi orang lain, tidak menilai orang, tidak mengguri orang lain, dan tidak menambah atau mengurangi fakta yang disampaikan. Laozi secara tidak langsung menyatakan bahwa menjadi pemimpin yang ideal itu harus belajar dari alam semesta ini[3]. Seperti air yang selalu tenang, tanah yang selalu rendah hati kendati harus selalu diinjak-injak.
Â