Dalam perjalanan saya terus terngiang-ngiang dengan obrolan kami sehingga memaksa saya untuk membuka google dan mencari daftar harga beras dan cabe sebagai komoditas paling dibutuhkan dalam sehari-hari di pasaran Jawa Timur. saya menemukan angka yaitu Beras Rp. 11.364/Kg (naik 200% lebih dari harga gabah 3500/Kg) dan Cabe biasa Rp. 31.164/Kg (naik 400% lebih dari harga dipetani yang berada pada harga Rp. 7000,-/Kg).Â
Melihat data diatas saya tidak dapat berkata apa-apa dan hanya bisa diam dan heran. Begitu jauh jarak harga produk tersebut antara produsen dan konsumen.Â
Saya mencoba memahami mekanisme pasar yang ada. Maka sayapun mempelajari definisi dan fungsinya dengan membaca berbagai artikel yang ada, termasuk merasa begitu indah ketika teringat dengan peristiwa sebelumnya dan telah saya tulis dalam tulisan saya di kompasiana sebelumnya tentang Uang.
Sejatinya pasar merupakan tempat bertemunya produsen dan konsumen untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing pihak (demand and supply). Pasar juga menjadi sebuah tempat aktivitas dan kontrak sosial secara langsung antara produsen dan konsumen (Sumber).Â
Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah menyimpulkan bahwa Pasar merupakan tempat dimana akad jual beli terlaksana dengan penuh kerelaan dan sama-sama sepakat untuk proses transaksinya. Pun demikian H.M Daud Ali dalam bukunya Asas-Asas Hukum Islam, menyebutkan bahwa jual beli harus memuat unsur kerelaan, kebermanfaatan, tolong menolog, dan tidak terlarang.
Saya kembali berfikir, apa pasar kita sekarang telah benar-benar memenuhi unsur diatas? melihat suguhan data jarak harga yang terpaut begitu jauh. Dapat dipastikan bahwa rantai pasokan begitu panjang sehingga gab harga muncul sangat jauh antara produsen, pedagang dan konsumen.Â
Dipastikan petani akan terus menjerit karena harga komoditasnya yang tak mampu mereka kontrol. Maka peristiwa diatas semakin menegaskan asumsi saya bahwa harus ada sistem dan kegiatan yang mampu memutus rantai pasar tersebut, sebuah mekanisme yang menciptakan proses yang fair antara petani, pemasok dan pembeli.Â
Jika tidak maka pasti tak terelakkan bahwa pasar harus dilawan dengan pasar. Khayalan saya yang entah mungkin dapat terjadi dan dapat dibuat terjadi.Â
Sebuah Khayalan tentang Cita dan Harapan agar rute rantai pasok pangan benar-benar mampu dilipat sehingga tercipta sebuah proses yang fair antara petani, pedagang, dan konsumen. Sehingga mereka semua merasakan kebahagiaan yang seimbang, semua merasakan senyum yang seimbang. Entahlah dan Semoga saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H