Mohon tunggu...
Irham Bashori Hasba
Irham Bashori Hasba Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas Tentang Irham Bashori Hasba

Irham Bashori Hasba adalah pegiat sosial masyarakat, suka ngamati dan menuliskannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gang Preman

12 Agustus 2017   10:20 Diperbarui: 12 Agustus 2017   10:27 1121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ooo, tahukah aku. Kalian mau Malakdengan cara begini," ucap Gus Bas begitu santai. "Kalau aku tak mau, kalian mau apa!?"

"Kuhabisi kamu," ancam salah seorang.

Gus bas membaca gelagat mereka. Hanya gertak sambal saja. Maka tanpa buang-buang kesempatan, ia langsung beraksi. Karena ia tahu kedua anak muda itu belum matang jadi preman. Preman kelas tengik. Dan ternyata betul, kedua anak muda itu tidak sempat mengelak ketika masing-masing mendapat hadiah bogem dua kali.

Keduanya mengerang kesakitan. Tapi dasar anak-anak nekat, keduanya serentak bangun dan langsung menikam Gus Bas dengan pisau masing-masing.

Gus Bas tertawa mendapat tikaman yang mulai bertubi-tubi. Berkat pertolongan Allah, ia masih punya sisa kekebalan. Ia tidak terluka sedikitpun, malah sempat merampas pisau anak-anak bau kencur itu dan dengan cepat ia menendang keduanya.

Merasa tak berdaya, kedua anak itu berlari masuk gang dan menghilang disebuah tikungan. Gus Bas masuk ke gang itu dengan maksud mengejar mereka. Karena sia-sia, ia hanya berdiri tegak siap tanding. Begitu lama ia menunggu munculnya kedua anak nakal itu kembali.

Tiba-tiba Gus Bas terkejut. Bukan kedua anak itu yang keluar, tapi hampir semua orang dikampung itu yang keluar. Laki-laki dan perempuan, tua dan muda bahkan banyak anak kecil yang ikut-ikutan. Rata-rata mereka membawa senjata tajam, ada yang membawa gada, batang besi dan rantai truk gandeng. Mereka semua berbondong-bondong menuju ke arah berdirinya Gus Bas.

Gus Bas berusaha tenang. Ia pasrah kepada Allah. Ia pantang lari. Kakeknya pernah mengajarkannya ajian sapu jagad. Dengan terpaksa semua kekuatan akan dikerahkan menghadapi massa itu. Ia benar-benar terjepit merasa dan terdzolimi.

"Hey bung! Kau apakan anak-anak itu tadi. Sok pendekar, beraninya sama anak-anak." Teriak salah seorang dari masa itu sambil tiba-tiba menarik kerah baju Gus Bas sambil membentak. "Jawab!"

Gus Bas belum mau melayani mereka. Hanya hatinya saja yang tanpa putus berucap "La Haula Wala Quwwata Illa Billah." Dan manakala ia diperlakukan sedikit halus, ia berusaha menjelaskan pokok persoalan sebenarnya. Tapi dasar orang-orang yang terlanjur dikuasai emosi, sebagian besar dari mereka tidak menggubrisnya. Malah sebagian dengan garang berteriak-teriak: "Bunuh! Bunuh saja. Bunuh, habisi, habisi, habisi....!" Yang lain menimpali "bakar saja hidup-hidup! Bakar...Bakar"

Sesabar-sabarnya hati ada batasnya juga. Mereka benar-benar tak mau kompromi, tak ada kata kompromi, tak ada kata damai. Dengan terpaksa Gus Bas menantang: "Silahkan apa mau kalian. Mati hidup saya di tangan Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun