Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semangat Jogokarian di Butta Panrita Lopi

2 April 2022   21:01 Diperbarui: 2 April 2022   21:03 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kira ini menarik. Sudah lama ingin menulis hal ini. Namun entah mengapa baru kali ini bisa menggoreskan di beranda.

Ini tentang sebuah masjid di wilayah pesisir. Letaknya memang di Kota kabupaten. Hampir di ujung selatan Pulau Sulawesi.

Sudah setahun lamanya, para pengurus meniru semangat Masjid Jogokarian yang terkenal itu. Yang letaknya di Jogja itu. Yang kas keuangannya selalu nol rupiah.

Bukan kosong. Bukan tidak ada kas. Namun, para pengurus masjid memiliki program unik. Yang ingin mengembalikan fungsi masjid pada zaman Rasulullah.

Yang bukan hanya untuk salat semata. Namun juga memiliki fungsi sosial. Fungsi ekonomi yang bermanfaat bagi umat.

Baik. Langsung saja saya sebut nama masjid di daerah Bulukumba ini. Masjid Al Muawanah namanya.

Pengurus masjid berbenah dalam setahun terakhir. Tidak hanya mempercantik interior dan eksterior bangunan masjid. Tetapi juga memiliki program yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Masjid ini dilengkapi cctv. Terdapat WiFi. Adem dengan hembusan angin sejuk dari mesin pendingin ruangan.

Ada layar yang cukup besar di bagian depan. Tersambung dengan gajet. Yang bisa bisa difungsikan sebagai layar proyektor. Tulisannya lumayan jelas terbaca dari saf belakang.

Masjid ini memiliki mobil ambulance. Yang dibeli dari hasil patungan donatur tetap.

Setiap hari Jumat, jamaah bisa menikmati hidangan makan siang. Ini bisa mempererat tali silaturahmi. Sekaligus membantu jamaah yang mungkin belum terisi perutnya dari pagi.

Rupanya, masjid ini cukup makmur dengan banyaknya jamaah. Begitu banyak kegiatan rutin di dalamnya. Kajian rutin, tentu saja. Ada pula kelompok pejuang subuh di dalamnya.

Saya cukup kaget mendengar kondisi kas masjid. Minus 7 juta rupiah. Iya, minus jutaan rupiah.

Memang mereka punya program idealis : kas nol rupiah setiap akhir bulan. Tapi ini lebih gokil. Kasnya minus Lo.

Kata bendahara masjid, kondisi kas seperti itu menjadi sebuah perjuangan. Mereka harus menggunakan uang titipan jamaah sebaik mungkin. Untuk jamaah dan masyarakat sekitar.

Belum selesai prosesi salat tarawih. Beberapa orang lelaki berkopiah hitam sudah menjulurkan tangan. Berisi amplop putih ke tangan pengurus masjid. Sepertinya Kas terisi lagi.

Oh iya. Sebentar lagi masjid ini memiliki ATM Beras khusus bagi masyarakat miskin. Artinya, kelak masjid bisa berfungsi sebagai alat pengentasan kemiskinan.

Masih banyak lagi program lain yang betul-betul jarang ditemui di masjid lainnya. Yang hanya memburu pembangunan fisik. Kas puluhan hingga ratusan juta, tapi masih ada orang sekitar yang butuh uluran tangan. Yang makannya saja masih susah. Buat apa?

Ah sampai lupa. Sistem celengan atau kotak amal masjid juga sudah canggih. Sudah ada barcode. Kalian scan saja QRIS nya. Pake ovo atau mobile banking. Atau pembayaran sejenisnya.

dokpri
dokpri

Semoga makin banyak masjid seperti ini. Spirit dari Jogokarian. Menular ke Al Muawanah. Dan masjid-masjid lain yang memang bermanfaat bagi umat. Tidak hanya sebagai tempat salat semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun