Setiap hari Jumat, jamaah bisa menikmati hidangan makan siang. Ini bisa mempererat tali silaturahmi. Sekaligus membantu jamaah yang mungkin belum terisi perutnya dari pagi.
Rupanya, masjid ini cukup makmur dengan banyaknya jamaah. Begitu banyak kegiatan rutin di dalamnya. Kajian rutin, tentu saja. Ada pula kelompok pejuang subuh di dalamnya.
Saya cukup kaget mendengar kondisi kas masjid. Minus 7 juta rupiah. Iya, minus jutaan rupiah.
Memang mereka punya program idealis : kas nol rupiah setiap akhir bulan. Tapi ini lebih gokil. Kasnya minus Lo.
Kata bendahara masjid, kondisi kas seperti itu menjadi sebuah perjuangan. Mereka harus menggunakan uang titipan jamaah sebaik mungkin. Untuk jamaah dan masyarakat sekitar.
Belum selesai prosesi salat tarawih. Beberapa orang lelaki berkopiah hitam sudah menjulurkan tangan. Berisi amplop putih ke tangan pengurus masjid. Sepertinya Kas terisi lagi.
Oh iya. Sebentar lagi masjid ini memiliki ATM Beras khusus bagi masyarakat miskin. Artinya, kelak masjid bisa berfungsi sebagai alat pengentasan kemiskinan.
Masih banyak lagi program lain yang betul-betul jarang ditemui di masjid lainnya. Yang hanya memburu pembangunan fisik. Kas puluhan hingga ratusan juta, tapi masih ada orang sekitar yang butuh uluran tangan. Yang makannya saja masih susah. Buat apa?
Ah sampai lupa. Sistem celengan atau kotak amal masjid juga sudah canggih. Sudah ada barcode. Kalian scan saja QRIS nya. Pake ovo atau mobile banking. Atau pembayaran sejenisnya.
Semoga makin banyak masjid seperti ini. Spirit dari Jogokarian. Menular ke Al Muawanah. Dan masjid-masjid lain yang memang bermanfaat bagi umat. Tidak hanya sebagai tempat salat semata.