Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 82 kabupaten/kota di Indonesia, pada bulan November 2019 terjadi inflasi mencapai 0,14 persen. Inflasi ini dihitung dari survei harga dengan terlebih dahulu menentukan besaran Indeks Harga Konsumen (IHK).
IHK pada Oktober 2019 tercatat sebesar 138, 40 menjadi 138,60 pada November 2019. Selain angka inflasi bulanan, BPS juga mencatat tingkat inflasi tahun kalender (Januari-November) 2019 sebesar 2, 37 Persen.
Sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (November 2019 terhadap November 2018) atau year on year (yoy) mencapai 3,00 persen.
Pada November 2019, inflasi tertinggi terjadi di Manado (3,30 Persen) sedangkan terendah di Malang (0,01 persen). Sementara deflasi tertinggi tercatat di Tanjung Pandan (-1,06 persen) dan terendah di Batam dan Denpasar (-0,01 persen).
Inflasi ini terjadi karena terjadi kenaikan harga pada sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Pada kelompok bahan makanan naik 0,37 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,27 persen.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,12 persen; kelompok sandang sebesar 0,03 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen.
Sementara kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks sebesar 0,07 persen.
Adapun komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga pada November 2019, yakni bawang merah, tomat sayur, daging ayam ras, telur ayam ras, bayam, jeruk, tomat buah, rokok kretek, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan tarif sewa rumah.
Untuk komoditas yang mengalami penurunan harga yakni ; cabai merah, ikan segar, cabai rawit, cabai hijau, dan tarif angkutan udara.
1.1. Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,37 persen. Dimana terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 151,76 pada Oktober 2019 menjadi 152, 32 pada November 2019.
Jika ditelisik lebih dalam, komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil/sumbangan inflasi, antara lain : bawang merah 0,07 persen, tomat sayur 0,05 persen, daging ayam ras 0,03 persen, telur ayam ras, bayam, jeruk, dan tomat buah masing-masing 0,01 persen.
1.2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,25 persen dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,04 persen. Dimana komoditas yang dominan menyumbang inflasi adalah rokok kretek dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen.
1.3. Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar
Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,12 persen dan memberikan andil sebesar 0,03 persen. Komoditas yang memberikan andil cukup besar yakni tarif kontrak rumah dan tarif sewa rumah masing-masing sebesar 0,01 persen.
1.4. Sandang
Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,03 persen dan tidak memberikan andil terhadap inflasi nasional.
1.5. Kesehatan
Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,23 persen dan memberikan andil sebesar 0,01 persen. Seluruh subkelompok mengalami inflasi dengan rincian : subkelompok jasa kesehatan sebesar 0,24 persen; obat-obatan sebesar 0,18 persen; jasa perawatan jasmani 0,01 persen; dan perawatan jasmani dan kosmetika 0,31 persen.
1.6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dan tidak memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi nasional.
1.7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,07 persen dan memberikan andil 0,01 persen. komoditas yang  dominan dalam memberikan sumbangan deflasi yaitu tarif angkutan udara sebesar 0,02 persen.
Dari 82 kabupaten/kota yang menjadi lokus perhitungan inflasi, selanjutnya disebut sebagai kota IHK, terdapat 57 kota mengalami inflasi dan 25 lainnya mengalami deflasi.
Sumber : Â Berita Resmi Statistik No.96/12/Th. XXII, 2 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H