Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kisruh Data dan Lemahnya Literasi Statistik

11 November 2019   19:42 Diperbarui: 12 November 2019   23:02 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membaca data statistik. (sumber: pexel.com via kompas.com)

Ini juga mesti dilihat secara menyeluruh.

Apakah BPS anti-kritik? Jawabannya tentu saja tidak. Pasca-rilis data yang mengundang protes ekonom, berselang beberapa hari saja, BPS langsung mengundang beberapa ekonom untuk menjelaskan proses perhitungan data PDB itu. Tentang bagaimana data itu dihasilkan. Tentang metode apa saja yang digunakan. Data mana saja atau fenomena apa saja yang memperkuat angka itu.

Metodologi yang digunakan oleh BPS dalam perhitungan PDB berdasarkan rekomendasi dari United Nation (UN) yakni System of National Accounts (SNA) 2008.

Metode ini juga digunakan oleh lembaga statistik di berbagai negara sebagai rujukan dalam mencatat seluruh aktivitas ekonomi. Selain itu, BPS diawasi oleh Forum Masyarakat statistik (FMS) dan lembaga internasional seperti IMF.

Sebenarnya sih, kalau orang awam seperti saya jawabannya cukup sederhana. Kalau misalnya nih, data PDB itu persis atau mendekati hasil prediksi ekonom 'kan nanti bisa dituduh ikut data prediksi mereka saja. Atau setidaknya mendekati.

Parahnya lagi kalau misalnya angka PDB yang dirilis itu nilainya sama atau minimal hampir sama dengan angka target pemerintah. Kan sudah pasti tuh dicap tidak independen lagi.

Faktanya, selama rezim yang berkuasa saat ini kan belum pernah mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan. Itu berdasarkan hitungan BPS lo. Belum lagi dengan rilis data Neraca Perdagangan yang beberapa kali menunjukkan trend negatif.

Defisit cukup dalam. Itu juga dengan gamblang dirilis oleh BPS, meski tak begitu menyenangkan bagi pemerintah khususnya kementerian yang bersangkutan langsung dengan impor barang dan jasa.

Menurut saya sih, beberapa tanggapan miring akan data BPS justru menjadi pertanda bahwa data BPS cukup dianggap. Data BPS sudah memengaruhi banyak pihak. Bisa menentukan sukses-tidaknya sebuah program kerja pemerintah. 

Tahapan itu harus diikuti dengan proses pemahaman data yang utuh. Tidak sepotong-potong. Peran media juga dibutuhkan dalam menyebarluaskan makna dari sebuah data statistik.

Hanya saja saya kembali mengingatkan, bahwasanya ilmu statistik itu hanya sebuah alat untuk mendekati kebenaran. Pasti memiliki angka error atau galat. Yang perlu diawasi adalah tentang metode statistik yang digunakan dan bisnis proses menghasilkan data itu benar-benar sesuai dengan standar yang telah diakui dunia internasional. Sehingga bisa dijadikan bahan perbandingan secara universal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun