Suhu udara di negeri ini lagi panas-panasnya. Bukan lagi karena politik. Tapi mungkin karena pembangunan selama ini hanya mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tanpa melihat dampak negatif yang ditimbulkan. Seperti kerusakan lingkungan.
Di tengah terik mentari dua hari ini, putra-putri terbaik bangsa melaju ke istana. Berkemeja putih. Diundang oleh presiden yang baru saja dilantik. Bapak Joko Widodo (#Jokowi) .
Ada wajah baru. Ada perulangan. Mengisi kursi yang sama dengan periode kabinet kerja sebelumnya. Mungkin dengan perhitungan cukup matang untuk tetap di posisi yang sama. Apalagi bagi jabatan yang sangat strategis. Yang butuh sentuhan seorang profesional.
Namun bukan itu yang bakal saya angkat kali ini. Saya tak cukup cakap untuk hal tersebut. Sebenarnya untuk yang bakal saya komentari pun tidak terlalu berhubungan dengan latar belakang saya. Hahaha.
Jadi begini. Saya melihat sebuah komunikasi politik yang ciamik pada proses pemilihan menteri kali ini. Pada teknik pemanggilannya ke istana negara juga begitu.
Hari pertama diisi oleh beberapa wajah baru. Boleh dibilang cukup mewakili para millenials. Apalagi bagi stigma pembangunan ekonomi ke depan. Beberapa diantaranya datang dari kalangan profesional. Bukan jatah partai politik.
Sebut saja CEO salah satu  unicorn, perusahaan transportasi berbasis aplikasi daring. Masih muda. Baru 35 tahun. Respon positif pun mengalir. Tapi begitu, netizen yang kontra juga pasti ada.
Lalu pada saat matahari mulai menuju peraduan di hari pertama kemarin itu, muncullah seorang tokoh nasional. Yang menjadi rival sang presiden terpilih. Yang memutuskan menerima pinangan untuk membantu sang presiden.
Sontak pro dan kontra muncul kembali. Namanya juga netizen +62. Pastinya jadi ramai. Banyak yang mendukung. Ada pula yang masih enggan berpindah atau move on. Padahal para petinggi politik itu sudah akur, saling menggenggam erat. Katanya demi pembangunan Indonesia ke depannya.
Tak hanya itu, seorang enterpreuner pendiri stasiun televisi pun diundang. Tak berafiliasi dengan partai politik. Juga datang dari kalangan profesional. Ini juga signal positif.
Hari pertama kemarin itu cukup meredam situasi politik yang memanas karena pilpres. Mulai dari undangan para profesional, kemudian para tokoh yang batal jadi oposisi. Sebenarnya itu komunikasi politik yang cukup baik menurut saya.
Lalu pada hari ini, hari kedua, pemanggilan calon menteri masih berlanjut. Tetap dengan dresscode baju putih. Satu yang menarik perhatian saya. Sang Komandan. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode, Syahrul Yasin Limpo (SYL) .
Selain mantan Gubernur, beliau juga mantan Bupati Gowa dua periode. Mantan Camat. Juga Mantan Lurah. Secara birokrasi, cukup sesuai lah kalau misalkan ditempatkan sebagai Mendagri.
Tapi katanya sih, beliau bakal diberi tugas untuk menjamin perut rakyat Indonesia terisi. Kebutuhan pokok yakni makanan terpenuhi. Dari rakyat yang berjumlah 267 juta jiwa.
Nah, ini yang menarik. Yang mana sih. Itu, penyebutan jumlah penduduk itu. Menurut hasil proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan hasil SUPAS 2015, Penduduk Indonesia berjumlah 266.911, 90 ribu jiwa pada 2019 ini. Atau jika dibulatkan menjadi kurang lebih 267 juta jiwa.
Yang menjadi pertanyaan, berapakah jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 nanti?
Jawabannya, mari kita tunggu hasil Sensus Penduduk 2020 mendatang. Catat jadwalnya, Anda bisa mengisi data sendiri melalui website Sensus.bps.go.id. Nggak perlu habiskan waktu khusus untuk menerima petugas sensus. Cukup buka gejet Anda, isi sendiri, dimanapun Anda berada.
Tepatnya pada Februari - Maret 2020 Anda bisa melakukannya. Jika tidak sempat, jangan khawatir petugas sensus dari BPS bakal menyambangi Anda di rumah pada bulan Juli 2020.
Sensus ini juga menarik. Karena pertama kalinya menggunakan pengisian mandiri via web. Dan merupakan sensus kombinasi. Karena menggunakan data dari Dukcapil sebagai dasar. Jadi, nanti bakal tercipta Satu Data Kependudukan.
Jumlah penduduk ini juga sangat penting diketahui oleh pemerintah. Oleh Presiden. Oleh para menteri. Sebagai pengambil kebijakan. Setidaknya seperti kata Pak #SYL tadi, yang mau diurusi makannya harus diketahui jumlahnya dong. Berapa orang?
Terus yang berprofesi sebagai petani pun butuh diketahui angka pastinya. Agar mereka dapat dirangkul oleh pemerintah. Menjadi petani yang berdaulat di atas tanahnya sendiri. Menjadi rakyat yang berdaulat.
Pokoknya, Sensus Penduduk 2020 nanti itu sangat penting lo. Jangan sampai kamu terlewat. Pastikan Anda tercatat!
Sensus Penduduk 2020. #mencatatIndonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H