Saya bergabung dengan kompasiana pada Bulan Februari 2017. Dari segi usia, masih unyu-unyu, imut, dan ngangenin. Delapan bulan adalah waktu yang masih sangat singkat dalam proses belajar saya untuk menjadi seorang penulis. Bergabung di kompasiana adalah salah satu keputusan tepat sebagai media pembelajaran. Â Beragam jenis tulisan bisa dijumpai di sini. Â Mulai dari kategori fiksiana hingga politik dengan tema yang lumayan berat untuk dibahas.
Artikel pertama saya adalah tulisan cerpen. Bercerita tentang diri sendiri memang lebih mudah. Tidak perlu mencari informasi atau data yang lumayan ribet. Cara penulisannya pun masih banyak kekurangan. Penyakit saya sebagai pemula adalah doyan  menyingkat kata. Alasannya simple, ada rasa malas dalam diri, tidak sabar menyelesaikan tulisan, dan lain sebagainya.Â
Jumlah tulisan saya di kompasiana baru 87 artikel. Sebagian besar hanya curcol saja. Cerpen dengan inspirasi pengalaman diri sendiri. Dari jumlah yang masih se-ujung kuku itu, baru dua artikel yang menjadi headline. Huft... dikit amat ya... Artikel yang menjadi highlight baru 14. Bagi pembaca, mungkin ini bisa menjadi gambaran kualitas tulisan saya yang masih recehan,namanya juga sebagian besar hanya curcol alias curhat kecolongan, hehehe.Â
Platform blog kompasiana adalah pilihan utama bagi saya, blogger pemula. Tidak perlu pusing mengatur tema dan tata letak blog. Semua setting sudah ok, tugas penulis hanya membuat akun, kemudian menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.Â
Salah satu keunggulan lainnya adalah tersedianya tim editor. Mereka akan memilih tulisan yang layak menjadi pilihan dan headline. Jika tulisan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di kompasiana, jangan marah ya, tulisan mungkin akan dihapus. Semua syarat dan  ketentuan bisa dibaca di bagian bawah (footer) tampilan blog ini.Â
Dari salah satu artikel kompasiana yang tayang hari ini, saya baru tahu istilah Hari  Blogger Nasional. Ternyata ada ya harinya para pegiat blog di seantero negeri. Â
Menurut saya, seorang blogger zaman now memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah ikut serta melawan hoaks. Satu kata yang lagi trend belakangan ini. Apalagi pasca tertangkapnya sebuah tim yang berdagang berita hoaks. Satu orderan nilainya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bidang pilihan mereka adalah politik. Hoaks yang mereka ciptakan bisa menciptakan ketidakstabilan dunia politik dan ekonomi negara.Â
Parahnya lagi, hoaks telah menjadi alat untuk memecah belah persatuan bangsa. Dan tentu saja mengancam keutuhan negara. Jika tidak diperangi bersama, mungkin suatu saat negara ini hanya tinggal nama.Â
Momentum Hari Blogger Nasional yang jatuh pada hari ini bisa menjadi tonggak awal Blogger memerangi hoaks. Kontribusi lewat tulisan yang mendidik, penuh gizi pengetahuan,renyah disantap, dan mudah dicerna. Salah satu sumber data yang bisa menjadi rujukan dalam menulis sebuah artikel adalah data Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga para pembaca dapat teredukasi dan terinspirasi. Dengam begitu, blogger dapat berperan dalam menyatukan anak bangsa yang beragam suku dan agamanya.Â
Blogger sangat identik dengan dunia media sosial. Di mana para anak muda zaman now berhimpun membentuk dunianya. Hasil tulisan para blogger akan berseliweran di media sosial dan disantap oleh pengguna medsos yang sebagian besar adalah anak muda. Tulisan bernada positif dan mendidik akan menjadi senjata melawan hoaks. Pada akhirnya, blogger menjadi salah satu aktivitas untuk mencerdaskan bangsa. Selamat Hari Blogger Nasional . Â Blogger berdedikasi bagi negeri lewat jemari. (*)Â
Gowa, 27 Oktober 2017Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H