Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Alumni Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Wajah Teduh di Tepi Jalan

21 Juli 2017   20:20 Diperbarui: 31 Juli 2017   09:05 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk di pelataran sambil memandang jalan kota. Terlihat seorang Bapak tak habis energi ke sana ke mari. Dari pagi sudah berdiri di tepi jalan. Matanya menerawang sekeliling jalan. Satu kendaraan pun tak luput dari Pengawasannya. Rompi khas warna orange membalut tubuhnya. Rambut kepala putih tak bertopi. Terik mentari tak meluluhkan semangatnya. Hingga gelap malam menemani.
.
Wajahnya cukup teduh. Amarah pengendara dijawab dengan senyum manis. Kesabarannya "mematikan" emosi lawan bicaranya. Jika tak diberi lembaran rupiah, si bapak tetap menerima. Tak ada nada teriakan apalagi perlawanan. Lambaian tangannya mengayun - mengatur kendaraan yang hendak menepi. Suara tiupan peluitnya - perlahan - memberi aba-aba. Salah sedikit saja mungkin berakibat fatal bagi pengendara. Mundur sedikit, maju perlahan, belok seperlunya, semua dengan "body languange" teratur.
.
Entah berapa pundi rupiah yang dikantonginya. Ratusan kendaraan yang parkir mungkin sudah bisa menjawabnya. Tentu saja setelah dipotong "setoran" oleh yang berwenang. Setidaknya beliau menyumbang sebuah bakti. Kelancaran lalu lintas yang hendak berhenti. Jika tidak, bisa saja macet menghampiri sepanjang hari.
.
Si Bapak masih saja berjalan diterangi lampu toko. Kendaraan masih padat merayap, seolah tak ada henti mengitari jalan. Kakinya hanya dialasi sendal jepit usang. Sesaat si bapak duduk di pinggir jalan. Beliau menghela nafas sebisanya. Namun, sebuah mobil bersiap meninggalkan parkir. Si Bapak langsung berdiri dari tempat duduk. Pandangan matanya fokus ke jalan. Memberikan isyarat kepada pengendara untuk melambat. Memberi ruang kepada yang lain untuk bergerak pergi.
.
Pelajaran hidup bisa diperoleh dari siapa saja dan di mana saja. Perilaku sabar harus menjadi panglima. Menghadapi hidup yang penuh lika-liku. Mari memperbanyak rasa  syukur akan posisi kita hari ini. Karena sejatinya hidup ini berputar layaknya roda. Hari ini di puncak, besok lusa bisa di posisi buncit, atau sebaliknya. Barakallah. (*)
.
#basareng (Makassar, 19072017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun