Mohon tunggu...
Muhammad Aliem
Muhammad Aliem Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Badan Pusat Statistik.

Hampir menjadi mahasiswa abadi di jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, lalu menjadi abdi negara. Saat ini sedang menimba ilmu di Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Program Magister Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, beasiswa Pusbindiklatren Bappenas. Saya masih dalam tahap belajar menulis. Semoga bisa berbagi lewat tulisan. Kunjungi saya di www.basareng.com. Laman facebook : Muhammad Aliem. Email: m. aliem@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kakek dan Kolor

21 Mei 2017   21:48 Diperbarui: 21 Mei 2017   22:44 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang kakek tua berjalan menuju tempat wudhu sebuah surau di tepi jalan. Beliau melipat sarung lalu melangkah ke toilet. Bukan kali ini saja kakek tua itu hanya menyisakan selembar 'celana kolor' dan baju di badannya. Beliau sangat takut terkena percikan 'urine' walau hanya setetes. Sungguh takut, alasannya sederhana. Shalatnya takkan diterima karena hadas yang menempel di pakaiannya.

Setelah itu, beliau lantas mengambil wudhu dari pipa bambu yang disumbat kayu. Air mengucur deras dari penampung dan dibasuhkan ke bagian tubuh. Dibasuhnya satu per satu tubuhnya yang wajib dalam wudhu, dimulai dari tangan dan berakhir di kedua kaki.

Sehabis wudhu, doa dipanjatkan seraya mengangkat kedua tangan. Dipasangnya kembali sarung dan dilipat kuat di pinggang. Lalu memakai songkok hitam yang telah buram. Menandakan betapa usia songkok hitam telah cukup tua. Songkok yang setia menemani kesehariannya, baik saat beribadah maupun bermuamalah.

Langkah kaki tak lagi sekuat semasa mudanya. Sedikit gemetaran. Namun masih kokoh jika dikorelasikan usianya. Sandal jepit berwarna biru dilepas di depan pintu. Tak ada sedikit pun rasa cemas akan kehilangan alas kaki. Tangan kanannya membuka pintu surau secara perlahan. Beliau mengambil posisi di shaf terdepan. Memulai ritual dengan dua rakaat. Lalu mendirikan empat rakaat wajib di siang itu, berjamaah bersama yang lain.

***

Sebuah pesan terselubung beliau sampaikan melalui kebiasaannya saat buang air kecil. Menanggalkan sarung, dan berusaha tak terkena najis. Takut walau hanya terkena setetes 'urine'. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan begitu banyak orang yang buang hajat (buang air kecil) sambil berdiri, apalagi sambil "menyiram" pohon.

Jika memakai celana panjang, beliau akan menanggalkannya. Atau paling tidak, beliau membawa sarung dan dipakainya saat shalat. Mengganti celana panjang dengan sarung Lalu mendirikan shalat.
Hal ini mungkin sering dianggap sepele. Tapi sangat mendasar. Ilmu Taharah yang wajib diketahui dan dipraktekkan. Barakallah. (*)

Butta Gowa, 21052017
#basareng

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun