Hari pertama pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2017 di sebuah daerah pedalaman jauh dari bisingnya kendaraan di kota.
Yang paling kiri di foto, sebut saja Tiar (nama samaran) bertindak sebagai pencacah/pendata.
Yang tengah, yang lagi serius baca itu, sebut saja wawan (nama samaran) bertugas sebagai Pengawas Lapangan (PML).
Nah, yang baju merah itu empunya rumah, bertindak sebagai responden.
Wawan sangat serius memeriksa dokumen yang telah diisi oleh Tiar. Di sebelahnya duduk Responden (Nama dan lokasi dirahasiakan) yang sesekali terdengar menjawab ratusan pertanyaan dari Tiar.
"Pendidikan terakhirnya Bapak apa ya? "tanya Tiar sangat serius.
" Bapak saya ngga sekolah Pak, dia ngga pernah belajar di sekolah. "jawab responden dengan senyum agak malu-malu.
Gubrak... Tiar senyum, gak tau harus merubah pertanyaan seperti apa supaya responden mengerti.
" Maksud saya, Sekolah anda, bukan bapak anda"
"oooo, kasi jelas dong kalau bertanya. "Responden dikit kesal.
Sementara Wawan telah asyik melotot ke arah kertas dokumen. Sesekali mencuri pandang ke arah hidangan roti dan kopi pas di meja.
Tak beda dengan Tiar yang sesekali memalingkan wajah dan matanya ke tumpukan roti seakan berteriak "kapan disuruh makan ama tuan rumah nih, lapar eui".
"Ini responden ngga ngerti amat sih, kita udah duduk sejam nih, tapi ngga juga disuruh nyicip roti ama kopinya" Gumam wawan dalam hati.
Mata wawan tertuju di kertas dokumen, tapi hati dan pikirannya fokus ke roti dan kopi.
"Iya Pak, responden ini kok ngga pengertian banget ya. "
Wawan kaget kok pikirannya dapat dibaca oleh Tiar, tapi Tiar ternyata berbicara di dalam hati. Ternyata mereka bisa bertelepati, mungkin pengaruh perut yang meranjak keroncongan.
" Kok kamu bisa denger, Tiar? Saya kan bicara dalam hati. "
"Ngga tau juga Pak Wawan, tiba-tiba saya bisa denger suara di kepala Bapak."
Mereka berdua terlibat percakapan di pikiran dengan cara telepati.
"Pak, liat tuh roti, kok ada matanya ya? dikedipin lagi, seolah meminta diambil trus dimakan. "
" hahaha, iya ya Tiar, liat tuh kopi, ada tangannya melambai tuh, seolah memanggil yuk diminum"
"Ini responden kok gak ngerti ya Pak? " sambil sesekali melirik ke tumpukan roti.
" Iya, ngga peka amat ama tamu, kita udah sejam duduk komat kamit nanya ini itu. "Jawab Wawan masih bercakap via telepati.
" Ehem.. ehem... Yuk rotinya dimakan aja Pak. "Kata responden tiba-tiba bersuara memecah percakapan mereka via telepati.
" Saya denger kok Pak, saya juga kan bisa telepati. Yuk diminum kopinya, makan rotinya. "
Tangan keduanya langsung menyambar roti dan meminum kopi dengan wajah memerah, sangat malu karena percakapannya didengar oleh responden.
.................................................................................................................
Cerita dan tokoh dalam cerita ini hanya fiktif semata. Mohon maaf jika ada kesamaan nama.
Yuk semangat susenas...
Ilustrasi foto : Pencacahan dan pengawasan Susenas
Gowa, 2 Maret 2017
Muhammad Aliem
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H