Hal ini yang membawa pikiran saya kembali pada poster Megawati di kamar tidur kala itu. Abang saya itu bilang, “Hanya ada satu kekuatan yang sampai sekarang setia menemani Jokowi, Sar. Megawati! Habis-habisan mendukung Jokowi sekaligus berbagai kebijakan yang memihak kepada rakyat.” Seketika saya terdiam!
Saya jadi ingat kata-kata anak Bung Karno itu, “Pak, saya kalau bela kan ndak pake ngomong. Tindakan...” Pada Ahok, kalau tidak salah sewaktu moment hari jadi Mata Najwa.
“Pemburu rente. Antek-antek kapitalis. Biasanya mereka disebut mafia. Kelihatannya mereka tidak sedang bermain dalam Pilkada DKI. Kenyataannya, mereka bermain dimana-mana.” Itu kata penutup dari abang saya itu.
Sampai telepon ditutup, yang saya ingat, empat hal; Pemburu Rente, Pilkada DKI, Megawati, Rezim Baru.
Supaya lebih singkat. Pemburu rente akan melakukan hal apapun demi kepentingan bisnisnya. Tak peduli siapa yang sedang memimpin, berkuasa, atau apa pun agama masyarakatnya.
Mereka hanya memikirkan dan bagaimana memastikan “urusan bisnisnya” tidak terganggu. Termasuk rencana penggantian rezim pada pemilihan presiden 2019 mendatang!
Sayang memang, hanya ada dua pilihan untuk menjatuhkan rezim. Lewat demokrasi atau kerusuhan.
Kalau lewat demokrasi, kemungkinan besar, skenario ‘menjauhkan’ Ahok dari PDIP merupakan langkah awal. Sehingga akan berdampak,“Ah! Masa PDIP gitu sih! Tega banget sama Ahok! Nggak akan gue pilih lagi 2019 nanti, liat ajah!”
Dengan kata lain, PDIP akan kehilangan banyak suara pada 2019 nanti. Berakibat pada peluang besar bergantinya presiden. Itu salah satunya. Ada dampak lainnya pula. Nah! Kalau soal kerusuhan, itu cara cepat menggulingkan pemerintahan yang sekarang.
Ahok tidak buruk. Mega pun sama sekali tak seperti yang diberitakan media selama ini. Kalau pemburu rente... Yah, bisa lihat kan yah kasus-kasus seperti; Papa Minta Saham, Pelindo 2, dan yang lainnya.
Jangan marahin saya yah, bu. :)