Mohon tunggu...
Basar Daniel Jevri Tampubolon
Basar Daniel Jevri Tampubolon Mohon Tunggu... -

Suka dan sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada DKI Inspirasi Perubahan Indonesia

14 September 2012   09:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang pemilihan umum (Pemilu) selalu menjadi momen yang menarik untuk diikuti. Baik itu pemilu di negara lain seperti yang akan berlangsung bulan November mendatang di Amerika Serikat, maupun pemilu di negara sendiri seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta dalam waktu dekat, semuanya mempunyai daya tarik yang membuat kita ingin mengikuti setiap berita terkait.

Bagi saya secara pribadi, lika-liku pemilu menarik untuk diamati karena dapat merepresentasikan dua hal. Yang pertama, pemilu menjadi gambaran apa yang dapat diharapkan dari tahun-tahun periode kepemimpinan yang baru. Prioritas serta nilai-nilai yang dipegang calon pemimpin terpilih akan mempengaruhi arah kebijakan yang dibuat. Ini terutama menarik, khususnya jika daerah yang dipimpin menghadapi isu-isu khusus atau kontroversial. Contohnya, isu hak pernikahan sesama jenis yang saat ini sedang cukup hot di Amerika.

Pemilu juga menjadi cerminan prioritas dan cara pandang masyarakat terkait terhadap kondisi lingkungan dan pemerintahannya. Ketika dalam suatu pemilu, misalnya, banyak anggota masyarakat memilih menjadi “golongan putih” (golput), kita dapat mempertanyakan kepercayaan masyarakat terhadap sistem pemilihan yang ada, atau bahkan terhadap harapan akan masa depan daerah yang lebih baik.

Menjelang pilkada DKI Jakarta saat ini, saya secara khusus tertarik dengan cerminan harapan dan motivasi masyarakat Jakarta dalam memilih calon pemimpin daerahnya. Bukan rahasia lagi, sejak keputusan diadakannya putaran kedua pilkada, banyak isu dan kejadian kontroversial yang menghiasi hari-hari menuju putaran kedua.

Sebut saja mulai dari isu SARA terhadap salah satu calon, hingga kecurigaan terhadap kasus-kasus kebakaran di beberapa titik di Jakarta. Bagaimana pilihan respon masyarakat Jakarta terhadap berita-berita terkait pilkada ini menurut saya menunjukkan lebih dari sekadar preferensi masyarakat Jakarta, tetapi juga harapan umum masyarakat Indonesia.

Contohnya, dalam menanggapi isu SARA. Sebagai ibukota dan kota terbesar di Indonesia, Jakarta menjadi tempat mengadu nasib masyarakat dari berbagai golongan ekonomi, suku, dan latar kepercayaan. Disadari atau tidak, Jakarta adalah contoh keberagaman yang sesungguhnya. Bagaimana pengaruh isu SARA terhadap masyarakat Jakarta boleh dikatakan merepresentasikan bagaimana manifestasi “Bhinneka Tunggal Ika” yang dapat kita harapkan di negara kita.

Dalam beberapa tahun terakhir, konflik antar suku dan pemeluk kepercayaan yang berbeda tidak jarang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Jika ibukota kita tidak mampu menghadapi isu yang memecah-belah dengan bijaksana, betapa lagi daerah lainnya.

Dinamika masyarakat Jakarta juga tanpa disadari menjadi cerminan ekspektasi masyarakat terhadap pemerintah. Berbagai gerakan kebangsaan dipelopori di Jakarta. Dari yang besar seperti gerakan reformasi, hingga skala lebih kecil seperti demonstrasi penolakan tindak kekerasan/anarki oleh ormas di awal tahun ini.

Kegerahan masyarakat Jakarta terhadap calon pemimpin yang hanya mengumbar janji atau tidak mempunyai track record kinerja yang baik, diikuti gerakan-gerakan independen untuk kampanye yang positif, menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi hanya menjadi bagian pasif dari masa kampanye. Pola-pola kampanye yang sering dipenuhi pencitraan calon tidak lagi ditelan bulat-bulat oleh masyarakat.

Masyarakat dari daerah luar Jakarta pun seolah tertular, ikut kritis terhadap calon-calon gubernur DKI Jakarta. Apakah sikap serupa akan tercermin dalam hasil pemilu, dan terus dimiliki masyarakat dalam pemilihan-pemilihan lainnya, terlalu dini untuk mengatakannya, namun kita boleh berharap bahwa pilkada ini menjadi contoh baik bagi calon-calon pemimpin maupun masyarakat untuk pemilu-pemilu yang akan datang.

Pilkada kali ini begitu menarik, karena dinamika yang terjadi berbeda dari pemilihan-pemilihan yang ada sebelumnya. Seperti biasanya, masyarakat menginginkan perubahan dalam pembangunan daerah dan kinerja pemerintah. Namun, yang cukup berbeda adalah, masyarakat kini tidak hanya menunggu perubahan, tetapi juga ikut berubah dalam menjalankan peran mereka selama masa kampanye hingga pemilihan.

Memang, belum semua lapisan masyarakat berperan aktif, tetapi jika kita yang aktif secara konsisten membagikan informasi dan berupaya mencerdaskan anggota masyarakat lainnya, perubahan besar tidak mustahil.

Apapun hasil pemilihan yang akan datang, kita boleh berharap Jakarta dan Indonesia akan dan pasti lebih baik, jika masyarakat terus ikut memastikan perubahan yang lebih baik itu terjadi. Semoga tidak hanya panas menjelang pemilu saja, tetapi terus berjalan beriringan dengan pemerintah untuk mewujudkan perubahan. Untuk Jakarta (dan Indonesia) yang lebih baik.

*Ernestasia Rahel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun