"Bergaullah dengan ketulusan, lalu biarkan Allah mempertautkan hatinya dan menyempurnakan rencana-Nya"
Sore ini Rokhis kantor mengadakan acara kajian bulanan bertema "Hikmah dalam Kehidupan". Sebelumnya saya tidak diajak diskusi soal tema ini. Qodarullaah, tema ini pas banget dengan suasana hati yang tengah saya rasa kini. Saya sedang mengolah pikir dan rasa untuk mencari hikmah kepindahan saya ke kantor baru yang jauhnya ribuan kilometer dari rumah tempat anak-istri saya tinggal.
Kalimat demi kalimat mengalir deras dari indera penutur ustadz Muhammad Fadhli Sudiro yang tampil membius saya untuk mengikuti ceramah sejak menit pertama. Dari ceramah beliau saya mengambil inti sari bahwa "Jalan menuju hikmah akan kita temukan saat kita bisa menerima, mensyukuri dan mencintai takdir".
Singkat cerita pengajian pun usai, lalu kami ngobrol berdua sampai waktu Maghrib. Obrolan yang akrab seolah kami sahabat dekat yang lama tak bersua. Candanya, kami sama-sama Pujakesuma. Bedanya, beliau Putra Jawa Kelahiran Sumatera sedangkan saya Putra Jawa Keluyuran Sumatera. Aku tersenyum mendengarnya.
Obrolan terjeda untuk shalat Maghrib berjamaah di mushola kantor. Selesai shalat ustadz Fadhli menawari saya untuk kulineran menu masakan khas Jawa di kota Medan. Yang tak terduga, sang ustadz menyetir sendiri mobilnya dan mengajak saya jalan berdua.
"Saya pecinta kuliner khas Jawa, saya senang sekarang punya teman kulineran baru," katanya. Lalu saya dibawa putar-putar kota. Ditunjukkan rumah makan bakmi Jawa, soto dan sop ayam Klaten serta nasi goreng Magelangan yang kebetulan semuanya sudah tutup. Lalu kami melanjutkan putar-putar kota sampai berhenti di sebuah kedai soto Betawi di Jalan Setiabudi.
Obrolan berlanjut sambil menunggu hidangan tersaji. Pembicaraan begitu hangat. Cerita terjalin begitu runut seakan hati kami telah lama bertaut. Ya, kami seperti disatukan dalam sebuah takdir yang sebelumnya tak pernah terpikir. Makan malam usai. Kami berebut beranjak ke meja kasir.
"Kali ini biar saya yang mentraktir," katanya sambil menyitir sebuah hadits yang bermakna "Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya". Baiklah, saya pun mengalah. Lalu saya pun diantar pulang sampai pintu gerbang.
Hati terenyuh. Jiwa tersentuh. Semoga lain waktu kami dipertemukan lagi dalam suasana yang lebih karib. Syukurku tak habis-habis.
"Jazakallaahu khoiron katsiro, ustadz! Insya Allah lain waktu kita bertemu lagi. Dengan diskusi yang lebih berisi dan kuliner yang tak kalah bergizi".
Insya Allah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H