(Bagian 1 dari 3 tulisan)
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al Baqarah : 30)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT menyampaikan informasi kepada para malaikat bahwa sebagai Dzat Yang Maha Pencipta (Al Khaliq) akan menciptakan makhluk baru bernama manusia untuk ditugaskan sebagai pemimpin di muka bumi (khalifah).
Mendapatkan informasi tersebut malaikat memberikan tanggapan atas keputusan Sang Pencipta dengan kekhawatiran bahwa makhluk tersebut nantinya akan melakukan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Kemudian sebagai Dzat Yang Maha Mengetahui (Al 'Aliim) Allah pun menegaskan "Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Sebagai makhluk yang senantiasa memuji dan menyucikan nama Tuhan, malaikat pun menerima informasi tentang penciptaan manusia itu tanpa sanggah. Apalagi mereka memang tidak memiliki pengetahuan sebagai yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Menggali yang Tersirat
Proses dialog antara Allah dan malaikat ini kemudian didefinisikan oleh manusia di abad modern sebagai aktivitas komunikasi. Harold Lasswell menggambarkan proses komunikasi sebagai proses menjawab pertanyaan Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect, yang artinya Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana.
Dengan cara berbeda pada tahun 1949 Shannon dan Weaver menyampaikan konsep komunikasi linear. Konsep ini menjelaskan bahwa dalam proses penyampaian pesan dari pengirim ke penerima sering mengalami gangguan (noise) berupa gangguan makna kata (semantik), fisik, psikologis dan fisiologis.
Dalam praktiknya, begitu manusia dilahirkan aktivitas yang pertama kali dilakukan adalah komunikasi, dengan bergerak, menangis, tersenyum atau sekedar membuka mata. Bahkan dalam ajaran Islam yang saya yakini, setiap bayi yang lahir disunahkan untuk diucapkan kalimat Adzan di telinga kanan dan Iqamat di telinga kiri. Hal ini dilakukan untuk mengabarkan tentang kebesaran Tuhan, kesaksian dengan bersyahadat, serta ajakan mendirikan shalat dan meraih kejayaan dunia-akhirat.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menafsirkan ayat Al Quran berdasarkan pikiran saya, mengingat saya tidak mempunyai ilmu dan otoritas untuk menjadi seorang penafsir ayat kitab suci. Yang saya lakukan hanyalah menyampaikan kegelisahan pikir saya, bahwa ternyata komunikasi tidak hanya menjadi aktivitas pertama yang diajarkan kepada manusia. Lebih dari itu, aktivitas komunikasi bahkan telah dilakukan oleh Tuhan dengan malaikat sebelum manusia diciptakan.
Wallahualam bishowab...