Mohon tunggu...
Barunaa
Barunaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis apa yang saya sukai

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Reuni dengan Mendaki Gunung Tapak

30 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 30 Desember 2024   19:53 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari keinginan dari saya untuk bereuni dengan teman ketika SMA, saya iseng untuk mengajak mereka mendaki gunung dibandingkan sekedar bertemu di warung kopi atau rumah makan. Ternyata ajakan tersebut disambut antusias oleh teman-teman SMA saya dulu. Kegiatan yang terakhir saya lakukan sekitar 4 tahun lalu pada tahun 2020.

Gunung Tapak berlokasi di Bedugul, Tabanan, Bali. Daerah yang memang sudah terkenal sebagai daerah wisata karena keberadaan Kebun Raya Bedugul. Lokasi ini kami pilih karena dekat dengan banyak tempat wisata, jadi ketika cuaca tidak memungkinkan untuk mendaki, kami bisa menikmati tempat wisata lain yang ada di sana.

Perjalanan di Gunung Tapak dimulai dengan menempuh perjalanan hampir 2 km menuju titik awal pendakian. Meskipun kelihatannya jauh, tapi tenang saja karena jalan yang ditempuh masih terbilang cukup landai. Jadi perjalanan saya lakukan dengan sedikit santai sambil menikmati suasana hutan berkabut. Hitung-hitung sambil pemanasan setelah duduk lama di perjalanan menaiki sepeda motor.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Selama perjalanan menuju puncak, saya sangat tertarik dengan bangunan bekas proyek geotermal terbengkalai yang ada tepat sebelum titik awal pendakian dimulai. Bangunan terbengkalai ini memberi kesan dunia pasca kiamat yang kerap ada di film-film, apalagi lokasinya yang berada di tengah hutan dan dikelilingi perbukitan. Mungkin mirip seperti film A Quite Place atau game Fallout jika dipikir-pikir.

Titik awal pendakian dimulai ketika kami memasuki area hutan rimbun yang basah akibat sedang musim hujan. Untungnya saat kami mendaki cuaca terbilang cerah dan aman untuk melakukan pendakian. Untuk awal perjalanan, jalan yang ditempuh terbilang bervariasi. Jalan didominasi dengan medan yang landai, tetapi ada beberapa tanjakan kecil juga yang harus kami lewati.

Sekitar seperempat perjalan, kami bertemu dengan dua orang pendaki yang telah turun dari puncak. Mereka berpesan untuk hati-hati terhadap pacet, hewan penghisap darah yang mirip dengan lintah. Tidak heran karena itu memang habitat mereka, ditambah saat itu sedang musim hujan. Pasti jumlah mereka sedang banyak-banyaknya.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Hampir setengah perjalanan telah kami tempuh dan medan yang kami lalui masih terbilang landai, meskipun ada beberapa tanjakan ekstrem yang memerlukan tali untuk memanjatnya karena tanah tempat melangkah sangat licin akibat sisa hujan. Selama perjalanan juga kami harus basah akibat keringat dan air seperti gerimis yang berasal dari kabut di sana.

Tanjakan mulai banyak kami lewati setelah lebih dari setengah perjalanan. Sulit untuk mengetahui sejauh mana kami berjalan karena tidak ada penanda seperti pos yang dipasang di sepanjang jalan. Penanda jalan hanya diberi pita dan tanda panah saja, sehingga tidak ada patokan pasti bagi kami sudah ada di titik mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun