Mohon tunggu...
Patrix Barumbun Tandirerung
Patrix Barumbun Tandirerung Mohon Tunggu... -

(me)manusia seutuhnya. Toraja-Manokwari. Berkicau di burung biru @patrixisme82. Acem Akwop...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kampung Arguni dan Analogi Pisang Goreng

22 April 2016   03:34 Diperbarui: 22 April 2016   04:31 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya Jamaluddin Mumuan yang tinggal di Distrik Taver dan Abu Bakar Mumuan tinggal di Kampung Arguni. Keduanya bersaudara. Rumah mereka hanya berjarak beberapa meter. Penanda batas dua kampung ini hanyalah sebuah tugu selamat datang, tugu yang tak mungkin memutus persaudaraan mereka.

Pemekaran kampung sepertinya hanya bersifat administratif. Lagipula ada untungnya bagi warga sebab sejumlah anggaran yang berbasis kampung dikucurkan pemerintah ke masing-masing kampung ini.

Di sisi jalan terdapat beberapa papan proyek mulai dari dari proyek pembangunan jalan kampung berupa beton dari program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) hingga pengumumn pembangunan profil tank untuk menampung air hujan yang anggarannya berasal dari dana Otonomi Khusus.

Nuansa dua kampung yang dihuni sekitar 200 kepala keluarga ini sebagai desa Bahari sangat terasa. Sejumlah warga tampak sibuk memperbaiki jaring. Kaum lelaki membuat perahu dan beberapa ibu-ibu sedang sibuk menjemur rumput laut.
[caption caption="Menjemur Rumput Laut"]

[/caption]Saya mendapati Nurlia Daeng Husaen, istri Abu Bakar Mumuan duduk di sebuah para-para depan rumahnya yang terletak di punggung bukit, kurang lebih 400 meter dari dermaga. Sebuah tanjakan kecil menuju rumahnya berupa jalan setapak menyerupai tangga, cukup untuk membakar kalori.

Ia baru saja selesai menjemur rumput laut. Nurlia mengipas diri, keringatnya mengalir deras. Sesekali ia menyekanya sembari membiarkan tubuhnya dibelai hembusan angin laut.

Saya hendak mengetahui bagaimana relasi gender yang terbangun dalam proses pembagian kerja di komunitas nelayan ini. Jawabannya Nurlia singkat: “Disini laki-laki dan perempuan sama-sama kerja,” katanya. “Kalau suami pergi mancing, beta ikut tidak apa-apa. Tapi sekarang ibu-ibu lebih banyak urus rumput laut karena lebih ringan. Bapak-bapak dorang yang melaut.”

Namun perbincangan kami segera terhenti. Dari bawah, adzan menggema melalui sebuah pengeras suara. Seruan itu memanggil umat muslim—laki-laki—mengikuti sholat Jumat. Warga berbondong-bondong menuju masjid. Arguni dan Taver yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun dibalut suasana religius.

Usai berwudhu—membasuh diri dengan air bersih— yang hakekatnya adalah proses penyucian diri, jamaah melangkah hikmat memasuki masjid. Saya mengenal salah satu diantara mereka, Bang Dayat. Tapi sudah pasti, ia ke masjid ini bukan untuk menghibur para jamaah lewat joke soal risalah penciptaan pulau, apalagi menebar analogi pisang gorengnya yang jenaka itu.

Kampung Arguni dan Taver di Kabupaten Fakfak terletak di sebelah Barat Kabupaten Teluk Bintuni, daerah yang menjadi wilayah operasi perusahaan Inggris, BP. Sejatinya fasilitas proyek perusahaan gas itu dibangun di Distrik Babo, Bintuni.
[caption caption="Site Tangguh, Babo"]

[/caption]Setelah bertahun-tahun melaksanakan eksplorasi, pengembangan proyek dan analisis pasar, BP memulai pengembangan Tangguh untuk membangun kilang/train ketiga yang diproyeksi meningkatkan produksi LNG. Konstruksi akan dimulai pada tahun 2015 dan berlangsung hingga peresmian kilang ketiga di tahun 2019.

Pembangunan kilang ketiga juga akan diikuti oleh pembangunan infrastruktur berupa 2 anjungan di lepas pantai, pipa bawah laut dan sumur baru salah satunya mencakup Kabupaten Fakfak.

Awalnya daerah yang terkena dampak dari proyek ini hanya sebatas 9 kampung. Namun ekspansi Tangguh untuk kilang ketiga serta munculnya spirasi pemekaran kampung akan memperluas cakupan kampung yang terdampak hingga 62 kampung, dari Teluk Bintuni hingga Fakfak-- tak terkecuali Arguni dan Taver.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun