Mohon tunggu...
Bartolomeus Darato
Bartolomeus Darato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seseorang yang memiliki ketertarikan dengan banyak hal terutama sejarah dan kehidupan kota

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Berwawasan: Jalan-Jalan ke Kota Tua Sembari Menambah Edukasi di Museum Bank Indonesia

14 Desember 2023   04:57 Diperbarui: 14 Desember 2023   05:44 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Tua, Jakarta – Jakarta hanyalah pusat niaga dan pemerintahan negara, tidak banyak tempat wisata yang menarik di sana. Apakah kenyataannya seperti itu? Berbicara soal Jakarta memang tidak lepas dari ekonomi pesat dan pemerintahan negara yang berjalan dengan sibuk. Namun, tidak benar jika tempat-tempat wisata di Jakarta tidak memiliki daya tarik. Faktanya, jika kita mencari tahu lebih jauh lagi, ada banyak tempat yang menarik sekaligus memukau.

Lapangan Fatahilah (Dokumen Pribadi)
Lapangan Fatahilah (Dokumen Pribadi)

Kota Tua adalah salah satu kawasan wisata yang terbilang menarik tersebut. Berbagai banguan tua jaman kolonial Belanda masih berdiri kokoh disana lengkap dengan trotoar yang lebar layaknya berada di Eropa. Tidak hanya itu, mulai dari berbagai kuliner yang khas, suvenir unik dan kece, dan wisata berkeliling dengan sepeda pun juga dapat dilakukan di sana. 

Tak kalah menarik, banyak “manusia patung” dengan olesan cat minyak di sekujur badannya bergaya seperti tentara atau hantu kemudian berpose dengan unik di pinggir trotoar. 

Tidak mau ketinggalan juga, beberapa musisi jalanan ikut meramaikan sudut-sudut kota tua dengan alunan lagu yang mereka bawakan. Sungguh kawasan wisata ini benar-benar “hidup”.

Museum Bank Indonesia (Dokumen Pribadi)
Museum Bank Indonesia (Dokumen Pribadi)

Berbicara tentang kawasan Kota Tua, tidak lengkap rasanya apabila kita tidak membahas salah satu museum yang ada di sana. Salah satu museum tersebut adalah Museum Bank Indonesia. Hari Selasa yang lalu (5/12/2023), saya berkesempatan untuk mengunjungi Kota Tua. 

Saya mengelilingi Kota Tua dan Museum inilah yang saya kunjungi salah satunya. Pukul dua siang tepatnya saya sampai di depan museum ini. Melihat arsitektur bagian luarnya sudah membuat saya cukup terkesima, saya pun mulai memasuki area museum ini sambil membayangkan interior di dalamnya.

Pengawasan di museum ini terbilang cukup ketat, sebab sesampainya saya di lobi museum tersebut, barang terlebih dahulu diperiksa melalui mesin pengecekan dan diawasi oleh dua orang pengawas. Selain itu sebelum memasuki area diorama dan pameran, barang bawaan pun harus dititipkan kepada staf museum. 

Saya pun jadi cukup salut dengan sistem keamanannya.  Hal yang membuat saya salut selain sistem keamanannya adalah biaya masuk yang gratis bagi para pelajar atau mahasiswa seperti saya. Hanya tinggal menunjukan kartu tanda mahasiswa, saya dapat menjelajahi museum ini.

Tiket Masuk (Dokumen Pribadi)
Tiket Masuk (Dokumen Pribadi)

Interior Gedung Museum (Dokumen Pribadi)
Interior Gedung Museum (Dokumen Pribadi)

Setelah saya menitipkan barang dan mendapatkan tiket masuk, saya pun mulai memperhatikan interior museum ini. Interior pada lobi museumnya indah sekali layaknya bangunan Eropa bergaya Neoklasik dan tentunya masih terawat dengan baik. Beranjak dari lobi, saya mulai melihat dengan detail denah museum yang terpampang pada dinding ruangan. Terlihat dari denah tersebut, sepertinya tur museum akan berakhir di lobi kembali.

Denah Lantai 2 Museum (Bank Indonesia)
Denah Lantai 2 Museum (Bank Indonesia)

Segera setelah melihat denah tersebut, saya beranjak menuju ruang pelayanan pengunjung. Di ujung ruangan terdapat papan informasi yang berisi foto-foto peresmian museum beserta batu peresmiannya. 

Diketahui bahwa Museum Bank Indonesia ini telah diresmikan dan dibuka untuk umum pada tanggal 15 Desember 2006. Sebelum menjadi museum, bangunan ini pernah berubah fungsi berkali-kali. Dibangun pertama kali pada tahun 1628, berdiri sebagai Gereja, lalu mengalami renovasi dan menjadi Kantor De Javasche Bank sejak tahun 1828. 

Pada tahun 1951 terjadilah nasionalisasi perusahaan De Javasche Bank, nasionalisasi ini berdampak pada kepemilikan bangunan ini. Sehingga pada tahun 1953, bangunan ini menjadi milik Bank Indonesia, sampai pada tahun 1993 bangunan ini menjadi cagar budaya dan kemudian beralih menjadi sebuah museum. Nampaknya pemerintah dapat memanfaatkan bangunan ini dengan baik pada akhirnya.
Beranjak menuju ruang pengalihan, di sana terdapat ruangan teater untuk menampilkan sejarah mata uang di Indonesia. Sayangnya ketika saya berkunjung, teater tersebut sedang ditutup.  

Tanpa berlama-lama, saya pun menuju bagian utama dari museum ini. Ruangan ini adalah ruangan diorama tertutup yang menjelaskan seputar sejarah perkembangan ekonomi, mata uang, terbentuknya Bank Indonesia, sampai dengan kebijakan Bank Indonesia dalam bidang keuangan di Indonesia. Ruangan yang panjang dan berliku-liku ini dibagi menjadi 13 bagian (tertampil pada gambar denah).

Ruang diorama paling awal adalah Ruang Pra BI 1. Ruangan tersebut menampilkan gambaran masyarakat nusantara yang berdagang dengan berbagai alat tukar seperti garam, buah pala, dan sebagainya. 

Dijelaskan pula masa penjelajahan bangsa Eropa yang kemudian datang ke Indonesia untuk berdagang. Kemudian masuk ke  Ruang Pra BI 2. Pada ruangan ini terdapat penjelasan mengenai bagaimana perekonomian di nusantara dipegang oleh pemerintah Kolonial Belanda sampai dengan sejarah pembentukan De Javasche Bank pada tahun 1828.

Alat Pembayaran Kuno (Dokumen Pribadi
Alat Pembayaran Kuno (Dokumen Pribadi

(Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Ruangan diorama selanjutnya adalah Ruangan BI Periode 1 sampai dengan Ruangan BI Periode 7. Isi ruangan-ruangan ini menjelaskan awal mula berdirinya Bank Indonesia pada tahun 1951 sampai dengan kondisi keuangan dan ekonomi Indonesia pada masa reformasi. 

Diorama pada area ini dilengkapi dengan berbagai patung figuran dan properti yang menarik, selain itu informasi yang ada pada area ini pun terbilang lengkap namun ringkas, membuat siapa saja menjadi betah membaca. Tidak kalah menarik, terdapat  pula area interaktif di dalamnya, dengan kata lain kita dapat berinteraksi dengan benda-benda yang ada pada ruangan tersebut. 

Ruangan berikutnya adalah Ruangan BI Syariah. Ruangan ini menjelaskan tentang bagaimana Bank Indonesia menerapkan kebijakan perekonomian syariah di Indonesia. 

Ruangan yang selanjutnya akan kembali memiliki suasana yang terang seperti pada ruangan lobi, ruangan tersebut adalah Ruangan Kerja Direktur dan Ruangan Kerja Gubernur

Ruangan ini menampilkan patung-patung figuran mengelilingi meja rapat, sesuai namanya ruangan ini dulunya memang ruangan kerja yang digunakan oleh karyawan Bank Indonesia di masa lampau.

Papan Informasi Ruangan BI Periode 1 (Dokumen Pribadi)
Papan Informasi Ruangan BI Periode 1 (Dokumen Pribadi)

(Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Papan Informasi Ruangan BI Periode 3 (Dokumen Pribadi)
Papan Informasi Ruangan BI Periode 3 (Dokumen Pribadi)

Sejarah Logo BI (Dokumen Pribadi)
Sejarah Logo BI (Dokumen Pribadi)

(Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Ruang Kerja Direktur (Dokumen Pribadi)
Ruang Kerja Direktur (Dokumen Pribadi)

Selanjutnya saya terpaksa harus melewatkan beberapa ruangan, sebab ruangan tersebut memang sedang tidak di buka. Sementara itu waktu sudah menunjukan pukul tiga siang, maka saya juga harus buru-buru karena sebentar lagi museum akan ditutup pada pukul setengah empat. 

Dua ruangan terakhir yang saya kunjungi adalah Ruangan Emas Moneter dan Ruangan Numismatik. Dua ruangan ini adalah favorit saya. Pada Ruangan Emas Moneter ditampilkan tumpukan emas (sepertinya hanya replika) yang ditutup oleh kaca tebal, saya cukup penasaran, maka sayapun membaca rangkuman yang ada. 

Dijelaskan bahwa emas-emas yang ditumpuk ini adalah cadangan devisa yang suatu waktu jika terjadi krisis dapat dicairkan sewaktu-waktu. Terdapat pula kotak berisi emas replika yang dapat dipegang, saya mencoba mengangkatnya hanya dengan satu tangan dan itu rasanya berat sekali. 

Ruangan terakhir yaitu ruangan numismatik. Ruangan mempunyai pintu layaknya bunker uang pada bank. Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi uang Rupiah dari masa ke masa, semuanya lengkap tersimpan di ruangan itu. 

Tidak hanya itu saja, terdapat lemari dengan bukaan horizontal yang menyimpan berbagai koleksi uang dari negara lain. Saya jadi takjub karena koleksinya itu memang benar-benar lengkap.

Ruang Emas Moneter (Omnduut)
Ruang Emas Moneter (Omnduut)

Koleksi Uang di Ruang Numismatik (Dokumen Pribadi)
Koleksi Uang di Ruang Numismatik (Dokumen Pribadi)

Tibalah pukul setengah empat. Mau tidak mau saya pun harus kembali ke lobi untuk mengambil barang kemudian pergi meninggalkan museum. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan. Senang rasanya dapat berwisata edukasi melalui kunjungan Museum Bank Indonesia. Bagaimana? Apakah kalian tertarik dengan museum ini? Jika pemirsa ada waktu luang saya sarankan untuk mengunjungi Kota Tua dan museum ini, dijamin menambah wawasan dan menghilangkan stress pemirsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun