Emotional bias adalah bias yang timbul karena dorongan hati yang melampaui perhitungan rational yang menyebabkan investor mengambil suatu keputusan maupun tindakan dalam investasi. Bias ini dapat terlihat melalui empat kecenderungan perilaku, yaitu Regret Averion, Self control, Less Aversion Bias, dan Optimism, yang dapat dijelaskan secara singkat sebaagai berikut :
- Regret Avrersion bias merupakan bias yang terjadi karena ketakutan yang dialami investor akibat dari keputusan buruk yang pernah dilakukannya sehingga investor berupaya menghindari kesalahan keputusan yang pernah dilakukannya di masa lalu.
- Self control adalah kecenderungan manusia untuk percaya bahwa mereka dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil, tetapi pada kenyataannya tidak. (pompian, 2006)
- Loss Aversion Bias : keinginan yang kuat untuk menghindari kerugian dari pada mendapatkan keuntungan (pompian, 2006)
- Bias optimisme (atau bias optimis) adalah bias kognitif yang membuat seseorang percaya bahwa mereka sendiri kurang mungkin mengalami peristiwa negatif. Ia juga dikenal sebagai optimisme tidak realistis atau optimisme komparatif. Bias optimisme adalah bias yang muncul secara umum (lumrah) serta mempengaruhi manusia tanpa dibatasi oleh gender, etnis, kebangsaan, dan usia.
Framing
Dalam sudut pandang Framing, kecenderungan terhadap kepuutusan yang akan diambil dapat diprediksi berdasarkan bagaimana suatu persoalan diformulasikan atau dibingkai (Beresford & Sloper, 2008). Pemodelan mental dalam framing meliputi tentang masalah yang harus diputuskan dan konteks masalah yang diputuskan (misalnya terbatasnya waktu, kondisi mental, dll). Perbedaan individual dalam memperoleh informasi terdapat pada apa yang dirasa, terorganisir dan ditafsirkan, dan perbedaan dalam konteks, yang berarti keputusan atau pilihan yang dibuat pada masalah yang sama akan bervariasi diantara individu pada konteks yang berbeda (Kahnemann and Tversky, 1984; Shoemaker and Russo, 2001). Bias ini meliputi overconfidence bias, status quo bias, serta self atribution bias.
- Shefrin (2007) menulis “overconfidence is a bias that pertains to how well people understand their own abilities and the limits of their knowledge”. Overconfidence adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa yakin dengan kemampuannya.
- Status quo bias merupakan bias yang terjadi karena investor lebih ingin untuk berada dalam kondisi yang sama (status quo) dan menghindari perubahan. Hal ini menyebabkan investor cenderung berkompromi dengan tujuan keuangannya.
- Investor dikatakan mengalami self-attribution bias jika saat mengalami keuntungan investor akan memilih faktor internal atau faktor yang berasal dari kemampuan dirinya sendiri (menganggap bahwa keuntungan diperoleh lebih cenderung karena fator internal/kemampuan diri dan bukan dipengaruhi oleh faktor eksternal). Tetapi apabila mengalami kerugian, investor akan menganggap bahwa kerugian tersebut lebih cendrung akibat faktor eksternal (diluar dirinya). (Sulphey, 2014).
Impact of Market
Impact of Market bias terbagi atas imitation, conformation dan Recency, yang dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
- Imitation adalah perilaku peniruan /copy terhadap orang lain yang dilakukan secara sadar maupun tidak.
- Comformation adalah kecenderungan untuk mencari, menginterpretasikan, mendukung, dan mengingat kembali informasi yang menegaskan atau mendukung keyakinan atau nilai-nilai pribadi seseorang sebelumnya.
- Recency bias (bias keterbaruan) adalah fenomena seseorang yang paling mudah mengingat sesuatu yang telah terjadi baru-baru ini, dibandingkan dengan mengingat sesuatu yang mungkin telah terjadi beberapa waktu yang lalu. Contoh jika seseorang diminta untuk mengingat nama 30 orang yang baru saja mereka temui, mereka biasanya akan mengingat nama-nama orang yang paling baru mereka temui pertama kali.
Prospect Theory
Teori prospek dikemukakan oleh Kahneman dan Tversky (1979) menyatakan bahwa individu dalam menilai dan memilih alternatif kadang kadang bersikap irrasional dikarenakan terdapat aspek emosional. Teori prospect mengkaji nilai dalam 2 kutub utama, yaitu keuntungan dan kerugian. Kedua kutub tersebut dikaji dalam kerangka nilai psikologis. Hasil kajian tersebut dituangkan ke dalam grafik fungsi nilai hipothesis. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa :
- Konsumen memberi bobot lebih besar pada kerugian daripada keuntungan.
- Konsumen yang menderita kerugian akan cenderung memiliki potensi resiko lebih banyak, dikarenakan terjadi bias nilai pada kerugian level berikutnya.
- Konsumen yang mengalami keuntungan akan lebih bersikap konservatif, dikarenakan terjadi bias nilai pada keuntungan level berikutnya.
Perilaku investor dalam menghadapi Risk and return, Loss dan Gain.
Dalam melakukan investasi, investor menghendaki untuk memperoleh imbal hasil yang layak (gain), serta menghindari loss. Dalam praktek investasi, terdapat faktor ketidakpastian terhadap hasil dari investasi. Ketidak pastian tersebut disebut dengan resiko (baik resiko positif maupun resiko negatif). Semakin tinggi resiko dari suatu investasi, maka semakin besar pula return yang dituntut oleh investor agar investor tersebut bersedia menginvestasikan modal yang dimilikinya.
Risk and Return.
Salah satu prinsip dalam teori prospect adalah efek kepastian ( Certainly Effect). Teori prospek meyakini bahwa kepastian terhadap ketiadaan resiko akan jauh lebh disenangi dibandingkan dengan pilihan yang masih mengandung resiko (sekalipun resikonya sangat kecil). Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan manusia untuk menghilangkan resiko daripada hanyamemperkecil resiko.