by. Bartimeus Ginting dan Isfenti Sadalia
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Investasi didefinisikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Berdasarkan arti dari investasi tersebut, maka selayaknyalah keputusan investasi harus dilakukan secara rasional.Â
Tetapi pada kenyataannya sering kita temukan keputusan investasi yang bersifat irrasional. Perilaku ini dapat terlihat pada perilaku seorang investor ketika mengalami loss dalam investasinya. Secara rasional, seorang investor yang mengalami loss dalam investasinya sepatutnya harus mengambil sikap untuk lebih berhati-hati dalam melakukan investasi ke depannya. Tetapi ternyata loss yang terjadi justru menyebabkan investor tersebut menjadi lebih berani untuk mengambil resiko dalam rangka mengembalikan loss yang telah dialaminya.
Perilaku investor dalam melakukan investasi ternyata dipengaruhi oleh aspek-aspek non keuangan, yaitu faktor sosiologis dan psikologis. Behavior of Finance adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari perilaku investasi berdasarkan tiga disiplin ilmu, yaitu disiplin ilmu keuangan, disiplin ilmu sosiologi, dan disiplin ilmu psikologi. Jurvicienne, Ivanova (2012) membuat diagram tentang paradigma dalam manajemen keuangan, yaitu rational finance paradigm (paradigma keuangan rasional) dan irrational finance paradigm (paradigma keuangan irrasional). Praktek-praktek investasi diyakini dipengaruhi oleh kedua paradigma keuangan tersebut.
Teori keuangan Rational dimulai sejak tahun 1944 melalui Expected Utility Hypothesis yang dikemukakan oleh Neumann dan Morgenstern pada tahun 1944, dan dilajutkan oleh Portofolio Theory yang dikembangkan oleh Markowitz (1952). Perkembangan selanjutnya menghasilkan Life Cycle Hypothesis oleh Modigliani dan Brumberg (1954), Permanent Income Hypothesis oleh Friedman (1957), serta Efficient Market Hypothesis oleh Fama (1991).
Teori keuangan rational ternyata tidak mampu untuk menjelaskan secara efektif perilaku keuangan dari investor. Sehingga masyarakat mulai memperhatikan paradigma-paradigma keuangan irrational dalam praktek-praktek keuangan. Paradigma keuangan irrational dimulai pada tahun 1896 melalui cognitive bias theory, diikuti oleh D. Kahneman dan A. Tversky yang memperkenalkan prospect theory pada tahun 1979.
Cognitif Bias Theory
Dalam bias cognitive theory terdapat 4 (empat) jenis bias dalam perilaku keuangan, yaitu Heuristics, Emotions, Framming, serta Impact of Market. Bias-bias tersebut dapat dijelskan secara singkat sebagai berikut :
Heuristics
Aturan atau strategi dalam mememproses informasi untuk mendapatkan solusi yang cepat (rule of thumb), tetapi belum tentu optimal (Goldberg and Nich, 2001). Terdapat dua macam heuristic yang dikenal, yaitu availability heuristic yang didefinisikan sebagai jalan pintas mental yang bergantung pada contoh langsung yang datang ke pikiran seseorang ketika mengevaluasi topik, konsep, metode, atau keputusan tertentu. Pandangan ini diambil karena adanya anggapan bahwa memory yang bisa direcall adalah merupakan sebuah memory yang penting. Jenis heuristic yang berikutnya adalah anchoring and adjustmen heuristic, dimana seseorang terlalu bergantung pada informasi awal yang ditawarkan (dianggap sebagai "jangkar") untuk membuat penilaian selanjutnya selama pengambilan keputusan. Setelah nilai jangkar ini ditetapkan, semua negosiasi, argumen, estimasi, dll di masa depan dibahas dalam kaitannya dengan informasi jangkar tersebut. Informasi yang selaras dengan jangkar cenderung diterima, sedangkan informasi yang lebih disonan atau kurang terkait cenderung disingkirkan. Bias ini terjadi ketika menafsirkan informasi masa depan menggunakan jangkar ini.
Emotion