Mohon tunggu...
Bart Mohamad
Bart Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang 'backpacker' yang berkelana di bumi Eropa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berbahasa Isyarat di Guangzhou

20 Agustus 2013   16:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:04 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_282153" align="aligncenter" width="640" caption="Kota Guangzhaou dari Pearl River (Foto: BM)"][/caption] Setelah puas berjalan-jalan di Makao, perjalanan diteruskan ke Guangzhou. Ada jalan darat dari Makao ke Guangzhou yang dihubungkan dengan Lotus Bridge. Jembatan ini memudahkan perjalanan antara Makao dan wilayah Zhuhai di daratan Asia. Zhuhai adalah sebuah kota yang sedang berkembang pesat karena terletak di antara perjalanan Makau dan Guangzhou dan ia juga adalah kota industri. Bagi pengemar A1 Grand Prix tentu biasa dengan nama Zhuhai karena di sinilah acara ini dilangsungkan. Perjalanan dengan bus cepat mengambil waktu sekitar 3 jam melalui jalan tol yang mulus. Memasuki jalan tol terlihat sedikit keganjilan karena ada truk dan mobil yang dikendarai di sebelah kiri. Sistem jalan raya di Cina, sopir harus mengendara kendaraan disebelah kanan. Ini karena daerah di selatan Cina berbatasan dengan Makao dan Hong Kong yang mengendara mobil di sebelah kiri. Maka banyak kendaraan dari Makao dan Hong Kong keluar masuk ke daratan China. Pasti akan menyulitkan sopir dari Makao untuk membayar saat melalui gerbang tol. Saya hanya melewati kota Zhuhai karena tidak banyak hal yang menarik untuk dikunjungi. Bus melalui pesisir pantai Zhuhai dan kita bisa melihat keindahan pantainya dari jendela bus. Terlihat juga nelayan-nelayan kecil disepanjang pantai mencari rezeki. Meskipun Cina sebuah negara komunis tetapi sistem transportasi dan pembangunannya sangat mengagumkan. Setelah beberapa dekade membuka pintu ekonomi kepada dunia, China terus melesat maju. Saya pernah berbicara dengan seorang profesor dalam bidang sejarah tentang Cina. Dia mengatakan, sejak bertahun-tahun Cina di jajah oleh bangsa Monghul, Jepang, Inggris, perebutan kekuasaan dan bermacam peperangan antara wilayah, akhirnya China bisa berdiri sebagai sebuah negara yang kuat. Hanya sistem komunis yang dapat mengatur kehidupan rakyat Cina karena mereka terdiri dari berbagai suku yang tidak suka dengan aturan. Mungkin benar pandangannya karena demokrasi yang berlebihan juga sering kebablasan dan tiada arah tuju. [caption id="attachment_282155" align="aligncenter" width="640" caption="Jemabatan yang merentangi Pearl River di Guangzhaou (Foto: BM)"]

1376989643192260093
1376989643192260093
[/caption] Mendekati kota Guangzhou setelah 3 jam perjalanan, akan terlihat jembatan Guangzhou yang cantik. Lebih-lebih lagi pada waktu malam, permandangan jembatan ini lebih indah dengan kedipan lampu-lampu. Guangzhou merupakan kota terbesar di wilayah selatan China dan ketiga di China setelah Beijing dan Shanghai. Bus berhenti tidak jauh dari pusat kota yang berhadapan dengan sebuah hotel. Melihat saja orang yang asing turun dari bus, beberapa orang coba mendekati saya. Mereka menunjukkan beberapa katalog hotel beserta tarif untuk ditawarkan kepada saya. Tarif hotel berbeda-beda berdasarkan status hotel dan yang paling murah sekitar 180-200 yuan. Mereka semua bukan bekerja dengan hotel tetapi akan diberi komisi untuk setiap kamar yang bisa mereka jual. Inilah cara unik masyarakat Guangzhou bekerja. Saya tidak tertarik dengan tawaran mereka karena khawatir ditipu atau di tekan dengan harga yang mahal. Lagipun saya tidak biasa dengan transaksi dijalanan seperti itu. Saya berjalan dan terus menuju ke sebuah hotel berbintang 3 yang tidak jauh dari situ. Setelah bertanya tarif kamar hotel, harganya hampir sama seperti yang ditawarkan oleh beberapa orang dijalanan tadi. Karena tidak mau mencari yang lain, saya setuju dengan kamar berharga 180 yuan per malam. [caption id="attachment_282157" align="aligncenter" width="640" caption="Tidak setakat bahasa isyarat tetapi juga bahasa piktograf (Foto: BM)"]
13769897071084381491
13769897071084381491
[/caption] Beberapa jam di dalam bus, perut terasa sangat lapar. Saya turun ke lantai bawah di restoran hotel untuk mencari makanan. Memang sulit untuk mendapatkan makanan halal di Guangzhaou dan lebih-lebih lagi saya baru saja tiba. Tidak pilihan lain selain memesan makanan di restauran hotel. Masalah utama ialah untuk berkomunikasi dengan karyawan restauran. Saya ingin memesan makanan nasi goreng 'vegetarian' yang tentu saja bisa dimakan. Beberapa kali saya mengulangi, mereka tetap tidak mengerti apa yang saya mau. Pelayan di restauran itu pergi ke dapur dan memanggil koki untuk berbicara dengan saya. Hasilnya tetap sama. Seperti ayam berbicara dengan bebek. Akhirnya saya meminta pulpen dan kertas untuk melukis apa yang saya bisa makan. Saya bisa makan makanan laut (seefood) tetapi tidak mau daging. Saya melukis gambar babi dan berkata 'NO' dan melukis gambar ikan dan berkata 'YES'. Mereka menganggukkan kepala tanda memahami dan kemudian beredar pergi. Saya merasa lega karena bisa juga berkomunikasi dengan mereka bahkan dalam keadaan susah payah. Apa yang sangat saya kagumi adalah sikap mereka yang coba sedaya upaya untuk memahami apa yang saya maukan. Sesuatu yang saya bisa angkat topi kepada mereka. [caption id="attachment_282161" align="aligncenter" width="635" caption="Nasi goreng yang dipesan (Foto: BM)"]
1376989813109226469
1376989813109226469
[/caption] Ternyata kelegaan saya hanya beberapa menit. Koki tadi keluar dari dapur dan datang kepada saya dengan wajah yang nampak bingung. Ia memanggil saya untuk ke dapur bersamanya. Saya hanya menurut karena mungkin ada sesuatu yang penting untuk diberitahu. Di dapur ia menunjukkan satu persatu bumbu dan bahan yang ingin dimasak untuk kepastian. Ini menunjukkan telur dan sayuran. Saya menunjukkan sinyal jempol tanda setuju. Juga menujukkan daging yang saya tidak pasti jenisnya dan menunjukkan sinyal tidak kepada saya. Saya mengangguk kepala tanda setuju. Setelah ia puas dengan apa yang harus dimasak, tampak wajah ada sedikt senyuman dibandingkan sebelum itu. Nasi goreng yang dimasak sesuai dengan selera saya dan mungkin juga karena sudah terlalu lapar. Jika ingin berkunjung ke negeri China Anda harus belajar beberapa kata dalam bahasa Mandarin untuk memudahkan untuk berbicara. Setiap negara memiliki keunikan tersendiri dan sebagai pengembara, kita harus siap dengan mental dan fizikal untuk berhadapan dengan semua itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun