Mohon tunggu...
Bart Mohamad
Bart Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang 'backpacker' yang berkelana di bumi Eropa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Antara yang Menarik di Istanbul

28 Mei 2012   10:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_191040" align="alignleft" width="640" caption="Hagia Sofiya: Masjid, gereja dan kini Museum (Foto: BM)"][/caption] Sejak memulai petualangan di beberapa negara di Eropa, saya melihat beberapa kota cantik yang membuat pengalaman di sana tidak diterlupakan. Kota seperti Praha, Budapest, Lisbon dan Barcelona adalah antara yang menjadi 'favourite'. Kini, Istanbul adalah dalam daftar baru 'favourite list' saya. Keindahan Istanbul bukan saja kota yang cantik tetapi keragaman budayanya juga membuat kota ini unik dan harus dikujungi. Seperti yang telah saya tulis sebelum ini tentang pilav, masjid-masjid indah, kebiruan Laut Marmara dan keramaian daerah Taksim, kota Istanbul menampilkan keunikan budaya yang tidak akan Anda temui di tempat lain. Ketika melalui jalan-jalan di daerah Sultanahmet, saya tertegun dengan arsitekturnya yang berseni. Di Grand Bazaar yang menjual berbagai souvenir, makanan khas Turki, karpet, tembikar dan kerajinan tangan dari perak. Ini membuat kota ini ada 'sesuatu' yang harus Anda kunjungi. Grand Bazaar adalah pusat fokus para wisatawan untuk berbelanja. Keragaman yang ada 'under one roof' memudahkan para wisatawan memilih produk seperti souvenir dan makanan khas Turki. Tetapi harga di dalam Grand Bazaar lebih mahal dan Anda bisa membelinya dengan harga lebih murah dari pedagang kaki lima yang ada di sepanjang lorong-lorong kecil di luar gedung Grand Bazaar. Beberapa orang Turki yang saya temui menyarankan saya membeli pakaian seperti kaos pria dan T-shirt. Menurut mereka, Turki merupakan produsen tekstil utama untuk pasar negara-negara Eropa. Jadi kualitas tekstilnya sesuai standar Eropa. Oleh karena ransel yang saya bawa kecil, maka tidak banyak barang yang bisa saya beli. [caption id="attachment_191045" align="alignleft" width="640" caption="Dari dalam Grand Bazaar (Foto: BM)"]

1338166803928922468
1338166803928922468
[/caption] Selain berbelanja meriah di Grand Bazaar, di daerah Sultanahmet juga memiliki beberapa tempat bersejarah untuk Anda kunjungi. Tempat paling utama sudah tentu Masjid Biru dan disebelahnya Hagia Sofiya. Sebelum memasuki ke gedung yang besar itu, Anda bisa melihat-lihat makam para Sultan kerajaan Ottoman seperti Sultan Selim II, Sultan Murad III, Sultan Mustafa I dan Sultan Ibrahim. Semua makam-makam ini terletak di sebelah Hagia Sofiya. Mengunjungi makam-makam ini memberikan kita sedikit informasi tentang kekuasaan sistem beraja di Turki suatu masa dulu. Bangunan makam dibangun dengan arsitektur yang indah beserta dengan kaligrafi di bagian dalam kubah. Makam ditutupi dengan kain beledu hijau. Memasuki ruang makam ini para wisatawan beragama Islam bisa menyedekahkan surat Al-Fatihah kepada mereka yang telah banyak berjasa pada perkembangan agama Islam di Asia dan Eropa suatu masa dahulu. [caption id="attachment_191043" align="alignleft" width="640" caption="Makam Sultan Selim II (Foto: BM)"]
13381666581362824042
13381666581362824042
[/caption] Setelah mengunjungi makam-makam ini, saya memasuki gedung Hagia Sofiya yang sangat gah. Biaya memasuki gedung ini berbeda dengan warga lokal. Wisatawan dikenakan biaya sebesar 20 Lira. Hagia Sofiya memiliki sejarah panjang sebagai sebuah gereja, masjid dan akhirnya menjadi sebuah museum sejak tahun 1931. Di bagian dalam gedung ini masih ada gambar-gambar dari mozaik yang menunjukkan ia sebuah gereja dan ada juga karakter-karakter sebuah masjid yang masih tertinggal. Untuk yang begitu obses dengan arsitektur menarik, untuk saya Hagia Sofiya adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi. Tidak jauh dari Hagia Sofiya terdapat sebuah istana lama yang dikenal sebagai Tokapi Palace. Tiket untuk masuk ke istana ini juga berharga 20 Lira. Ada berbagai tinggalan kesultanan Turki yang bisa Anda nikmati di dalamnya. Memang di daerah Sultanahmet, tingalan sejarah masih dijaga dengan rapi. Tidak ada gedung modern yang didirikan dikawasan ini untuk memelihara keaslian sejarah lampau. Gedung-gedung modern hanya didirikan di daerah Taksim dan juga di daerah Anatolia di bagian Asia. Jika adapun gedung baru, ia harus tidak tinggi yang bisa 'overshadow' gedung-gedung bersejarah. Ketika masuk waktu sholat, kita akan mendengar suara mua'azin mengalunkan bait-bait adzan ke segenap pelosok kota Istanbul. Suasana ini seperti yang pernah saya rasakan ketika berkunjung ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Terasa begitu indah mendengarnya. Meskipun Istanbul adalah kota yang sangat menarik dikunjungi, tetapi para 'backpackers' yang merencana ke sana agar berhati-hati. Ketika Anda berjalan dan disapa dengan ramah oleh orang yang tidak dikenal, lontarkan senyuman dan berlalu pergi. Ini karena ada orang yang mencoba memanfaatkan para wisatawan. Sebelum saya kesana, sahabat saya yang pernah kesana pernah bercerita ia disapa di jalanan dan ditawarkan untuk jalan-jalan. Akhirnya, sahabat saya itu dibawa ke restauran dan beliau terpaksa membayar harga makanan 4 sampai 5 kali lipat. Mendengar cerita itu saya sangat berhati-hati ketika menginjakkan kaki di Istanbul. Setelah keluar dari Bandara Atarturk, saya berjalan menuju ke stasiun metro untuk ke Zeytinburnu. Dari Zeytinburnu saya naik tram yang mengarah ke Kabatas dan berhenti di stasiun Sultanahmet. Saya menurut setiap 'direction' yang di email oleh penjaga hostel yang saya pesan. Lokasi hostel itu sepertinya sangat mudah di temui. Turun saja dari tram saya berjalan menuju ke hostel, dan ketika melalui sebuah toko karpet saya di panggil oleh penjaga disitu yang memakai jas hitam. Seolah-olah ia sedang menunggu saya. 'Come .. I am the boss '. Memang penjaga hostel menyebut hostelnya dibawah toko karpet didalam emailnya. Jadi saya yakin dialah penjaga hostel itu. [caption id="attachment_191147" align="alignleft" width="640" caption="Istanbul: European Capital of Culture 2010 & European Capital of Sports 2012"]
13381998471106247336
13381998471106247336
[/caption] Saya kemudian diajak memasuki toko karpet itu dan ada seorang lagi pembantu didalam toko itu. Ia mempersilakan saya duduk dan kemudian mengarahkan pembantunya membuat teh untuk saya. Layanannya sangat bagus. Saya bertanya, dimana hostelnya dan kapan saya bisa 'check-in'. Ia berkata, sebentar lagi, duduk dan minum teh dulu. Setelah teh di kirim ke saya, dia menyuruh pembantunya menghamparkan karpet untuk saya lihat. Dia bertanya yang mana satu menarik untuk saya. Setelah 5 karpet yang berbagai ukuran dan warna dihamparkan di depan saya, beliau meminta saya memilih. Saya mulai memikirkan ada sesuatu yang tidak kena dengan toko ini. Dia sepertinya memaksa saya membeli karpet yang saya katakan menarik tadi. Harganya sangat tidak masuk akal yaitu 250 Euro karena dikatakan 'handmade' yang membutuhkan waktu 2 bulan untuk disiapkan. Tapi saya tetap memberikan alasan yang saya ke Istanbul hanya sebagai 'backpacker' dan tidak merencana membeli apa-apa. Beliau tetap mau menjualnya dengan memberi opsi kepada saya karpet itu bisa di kirim melalui 'courier' ke alamat saya. Setelah melihat situasi yang tidak enak, saya segara berkata kepada beliau saya sudah capek dan mau cepat check-in. Beliau masih tidak putus asa dan menyarankan saya membeli barang yang lebih murah yaitu lampu hiasan yang berharga 50-100 Euro. Akhirnya, saya mengambil keputusan mengangkat 'backpack' saya dan keluar dari toko itu lalu saya bertanya 'where is the hostel?'. Beliau menjawab, I don't know .. may be somewhere there 'sambil menunjukkan ke arah jalan. Ternyata ia bukan pemilik hostel tetapi mengakui pada awalnya untuk menarik saya masuk ke tokonya. Tetapi itulah kenyataan yang harus dihadapi sebagai seorang 'backpacker di Istanbul'. Saya berjalan beberapa meter dari toko itu, saya temui satu lagi toko karpet dan bagian atasnya adalah hostel yang saya cari. Tetapi sayangnya pintu masuknya berkunci. Saya bertanya dengan pengusaha toko dibawah itu dan beliau juga tidak pasti apakah gedung di atas tokonya adalah hostel yang saya cari. Ada beberapa orang pemuda di depan toko itu yang membantu saya menelepon nomor hp yang ada di atas 'booking confirmation' yang telah saya cetak. Tidak sampai 5 menit pemilik hostel itu turun dan membuka pintu untuk saya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada pemuda yang membantu saya tadi, saya pun naik ke lantai 3. Hostel itu barui 1 bulan beroperasi dan tidak ada papan tanda dihadapan gedung itu. Menurut pemilik hostel itu, memang tidak banyak yang tahu di situ ada hostel. Akhirnya, saya dapat check-in dan beristirahat. Apa yang penting, saya terlepas dari 'conman' yang menjual karpet dengan harga mahal. Di kamar hostel saya temui seorang 'backpacker' dari Lituania dan Amerika. Mereka berdua juga bercerita pengalaman di Istanbul. Mereka tertawa ketika saya bercerita tentang apa yang saya alami. Tetapi itulah Istanbul. Saya akui banyak yang baik-baik di Istanbul tetapi harus berhati-hati jika mereka terlalu baik kepada kita. [caption id="attachment_191155" align="alignleft" width="640" caption="Tokapi Palace (Foto: BM)"]
13382018952015760396
13382018952015760396
[/caption] [caption id="attachment_191154" align="alignleft" width="640" caption="Grand Bazaar dibuka sejak tahun 1461 (Foto: BM)"]
13382016431280145801
13382016431280145801
[/caption] [caption id="attachment_191152" align="alignleft" width="640" caption="Makam Sultan Mustafa I dan Sultan Ibrahim (Foto: BM)"]
1338201548448729750
1338201548448729750
[/caption] [caption id="attachment_191149" align="alignleft" width="640" caption="Dari dalam Hagia Sofiya (Foto: BM)"]
1338200085454562274
1338200085454562274
[/caption] [caption id="attachment_191150" align="alignleft" width="640" caption="Tinggalan Kristen di dalam Hagia Sofiya (Foto: BM)"]
1338200183792588573
1338200183792588573
[/caption] [caption id="attachment_191151" align="alignleft" width="640" caption="Rempah ratus di Grand Bazaar (Foto: BM)"]
13382002651136199577
13382002651136199577
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun