Derap langkah itu terdengar ketika hamba duduk bersila menatap arah Tuhan langit dengan nafas panjang dan air mata
Manusia itu menyapaku sembari tersenyum dengan senyuman yang mengalahkan cahaya langit
Sang pengembara bangun dari duduknya menghadap manusia itu selagi berkata
“Segala puji bagi Tuhan yang telah mempertemukan hamba denganmu, Sang Nabi”
Sang Nabi mempersilahkan hamba kembali beristirah serta menyuruh hamba bercerita tentang putri yang sempurna
“Putri yang sempurna, hamba tidak sempurna untuknya”
“Putri yang sempurna, manusia terbaik yang Tuhan langit ciptakan melebihi semestaNya”
“Putri yang sempurna, hanya cahaya kasih Tuhan langit yang dapat mengetuk hatinya”
“Putri yang sempurna, hanya lelaki pilihanNya yang senantiasa mendoakanya dikala fajar menjelang dan dikala malam kelam hingga semesta bertasbih mengiringinya”
“Putri yang sempurna, hanya dia yang membuat hamba senantiasa hidup dalam matinya hati hamba dan mati dari hidupnya belenggu nafsu dalam diri hamba”
Sang Nabi menatap hamba hingga tubuh bergetar tak kuasa menahan kerendahan hati manusia sempurna sesempurna Sang Nabi yang menyampaikan kalamnya dengan lembut laksana dentingan harpa dalam orchestra semesta.
“Bukankah seorang putri yang sempurna akan menghargai lelaki yang berjuang atas nama cintaNya demi dia”
“Bukankah seorang putri yang sempurna akan menghormati lelaki yang akan mendidik dan membimbingnya dalam sebuah ikatan suci, sesuci embun pagi”
“Ingatlah wahai pengembara, janganlah engkau cepat berbahagia karena kesabaranmu adalah kebahagianmu”
“Jalanmu tidak selalu terbaik menurutNya, namun jalanNya pasti terbaik untukmu karena Dia Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
“Karena jika kau mengikuti jalan Rabbmu, Tuhan langit, niscaya Dia akan mengukuhkan keyakinanmu bahwa engkau akan dipertemukan dengan dia yang senantiasa menjaga diri, karena kau juga menjaga diri”
“Karena putri sempurnamu juga selalu berdoa hingga suatu saat dia akan dijemput oleh orang terbaik yang dipilihkan olehNya”
“Karena hanya manusia yang senantiasa memperbaiki diri yang akan dipilih olehNya untuk mencintai dan dicintainya tanpa ragu, untuk menggenggam tanganya tanpa ragu, untuk mencium keningnya tanpa ragu, untuk memimpin nya tanpa ragu, untuk mendidiknya tanpa ragu, dan untuk menggapai surgaNya tanpa ragu”
“Karena hanya dia putri yang sempurna yang akan menjadi matamu disaat kau tak mampu melihat, menjadi kakimu saat kau tak mampu melangkah, menjadi tanganmu saat mungkin tak ada lagi yang bisa kau genggam dan bila engkau lebih dulu dirindukan olehNya maka tak henti-hentinya dia berucap pada anak-anakmu tentang betapa hebatnya dirimu namun jika dia lebih dulu dirindukan olehNya dia akan memohon kepada Tuhan langit agar pada saatnya nanti engkau akan tetap menjadi kekasihnya di tanah surga”
“Dan hanya dia putri yang sempurna yang sanggup menggetarkan pintu Arsy karena ketulusanya, keikhlasanya dan kesetiaanya mencintaimu wahai pengembara”
Kalamnya membuat hamba terenyuh sembari berdoa dan berharap hingga suatu saat nanti atas kehendakNya hamba dipertemukan denganya putri yang sempurna sesempurna Sang Nabi.
Cahaya Sang Nabi mulai menghilang seiring berkumandangnya senandung fajar, namun kalamnya begitu terang, seterang mentari dikala siang dan rembulan dikala malam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H