Mohon tunggu...
Barokah Meilany Putri
Barokah Meilany Putri Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Saya suka menulis, dan saya ingin membagikan tulisan saya melalui media yang tersedia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Berbicara yang Beradab: Panduan Retorika Dakwah

25 Juni 2024   14:29 Diperbarui: 25 Juni 2024   14:49 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Barokah Meilany Putri

Dosen Retorika dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 

Retorika dan dakwah yang baik harus berlandaskan adab. Artinya, baik komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u) harus menjunjung tinggi kesopanan, keramahan, dan budi pekerti. Hal ini penting untuk membangun komunikasi yang efektif dan saling menghormati.

Dalam Islam, adab merupakan aturan tentang sopan santun yang bersumber dari al-Qur'an. Adab ini menjadi pedoman dalam menjalin komunikasi antar manusia. Di dalam Islam, adab bahkan lebih diutamakan daripada ilmu.

Komunikasi Islam (dakwah) menekankan pada kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti. Artinya, dakwah tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada prosesnya. Hal ini menunjukkan pentingnya adab dalam retorika dakwah.

Adab dan akhlak dalam Islam memiliki perbedaan. Adab adalah aturan yang bersifat memaksa, sedangkan akhlak adalah panggilan hati tanpa paksaan. Dalam retorika dakwah, adab lebih tepat digunakan karena bersifat mengikat.

Akhlak atau respons spontan orator atau dai dapat muncul saat ceramah atau pidato tanpa terikat aturan agama atau budaya, direncanakan, atau dibuat-buat. Namun, akhlak dapat dipelajari, diulang-ulang, dan dibiasakan.

Bagi orator dan dai, adab bermanfaat untuk membimbing mereka menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai waktu dan tempat. Hal ini dikenal sebagai ethos dalam ilmu retorika yang turut memengaruhi komunikan.

Adab retorika dapat dipahami sebagai berikut:

* Pertama: Aturan tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti saat bertutur untuk mengajak manusia berbuat baik.

* Kedua: Aturan tentang apa yang baik dan buruk yang harus dipatuhi saat dai berdakwah atau orator berpidato.

* Ketiga: Pantulan baik dan buruknya dai dan orator di berbagai media, baik tradisional, konvensional, maupun media sosial.

Para dai dan orator yang menjunjung tinggi adab retorika dakwah akan mendapatkan pujian dan sanjungan dari netizen. Sebaliknya, mereka yang mengabaikannya akan mendapat kecaman dan makian. Respons negatif netizen di dunia digital cenderung lebih menyakitkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun