Belakangan ini, jagat media sosial saya diramaikan oleh drama dunia skincare. Perseteruan antar pemilik brand seolah tak ada habisnya, mulai dari saling tuding skin care milik si A terbukti over klaim, merk si B pake bahan mercuri, produk si C mengandung bahan aneka rupa yang berbahaya. Tidak hanya membahas produk eh  malah merembet ke masalah pribadi saling bongkar aib di sosmed. Fenomena ini membuat saya yang awalnya acuh tak acuh, jadi penasaran. Siapa sih mereka-mereka ini? Kenapa begitu heboh maling teriak maling di sosmed?
Istri saya yang notabene penggemar produk kecantikan pun ikut heboh. Dia khawatir dengan produk-produk yang selama ini rutin dia pakai, konon katanya ada produk yang pernah dia pakai ada kandungan berbahaya dan over klaim.
"Sudah berapa banyak uang yang kubuang sia-sia?" keluhnya sambil menunjuk deretan produk skincare di meja riasnya.
Saya pun mulai mencari tahu lebih dalam tentang para pelaku drama ini. Ternyata, banyak di antara mereka adalah Perempuan dan pria yang usianya tergolong muda. Ya, usia under 40 gitu deh.  Tapi mereka sudah terjun ke bisnis kecantikan. Dengan modal tampang cantik dan polesan makeup tebal, mereka dengan mudah memikat banyak konsumen lewat sosmed untuk membeli rpoduk mereka. Seketika gaya hidup yang awalnya biasa-biasa saja berubah seketika menjadi gaya hidup mewah bak sosialita. Dengan penuh rasa percaya diri mereka mulai flexing ke sosmed  pencapaian yang mereka raih dengan memperlihatkan barang-barang mewahnya. Mungkin untuk memperkuat citra atau label mereka sebagai sosok yang sukses di usia muda.
Namun, di balik kemewahan itu, tersimpan fakta mengejutkan. Banyak di antara mereka ternyata tidak memiliki latar belakang pendidikan yang memadai di bidang kecantikan. Mereka lebih mengandalkan insting bisnis dan kemampuan marketing untuk meraup keuntungan. Tak heran jika produk-produk mereka seringkali mengandung bahan-bahan berbahaya dan over klaim yang mereka sendiri pun tidak faham kandungan apa yang ada di dalam produk skin care yang mereka jual. Edan bukan?
Fenomena ini menunjukkan betapa mudahnya seseorang menjadi kaya raya di era digital. Namun, di balik kilau kekayaan itu, tersimpan risiko yang besar, baik bagi konsumen maupun bagi pelaku bisnis itu sendiri. Konsumen berisiko mengalami kerusakan kulit akibat penggunaan produk yang tidak aman, sementara pelaku bisnis berisiko menghadapi masalah hukum jika produknya terbukti membahayakan konsumen. Oleh karena itu, cerdaslah sebagai konsumen. Jangan mudah tergiur dengan iklan dan iming-iming harga murah. Wajah dan tubuhmu adalah harta yang paling berharga. Jangan rusak hanya demi FOMO produk skin care yang sedang viral.
Coba perhatikan, adakah pemilik skin care yang sudah lama berdiri dan diakui kemanjuran produknya melakukan flexing di sosmed? Justru para pebisnis yang sudah lama berdiri kokoh malu jika mereka terlihat pamer harta benda mereka. Beda dengan pebisnis baru muncul yang justru semakin memperlihatkan apa yang mereka miliki. Anda tinggal menilai sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H